Shadow of Love

Tidak terjadi apa-apa diantara kami



Tidak terjadi apa-apa diantara kami

0Prastian tidak bisa bersabar lebih lama lagi. wajahnya tampak mengeras. darahnya terasa mendidih, "Jaga mulutmu !! Jangan kurang ajar yah !! Jangan bicara sembarangan !" seru Prastian marah. ia langsung berdiri menghadap kearah sirena, jari telunjuknya menunjuk ke arah wajahnya penuh amarah.     

Mata mereka bertemu, mereka saling melotot seolah-olah mereka memang terlahir sebagai musuh. Meskipun prastian merasa awkward harus berteriak melawan seorang wanita. namun Prastian sudah tidak dapat menerima sikap arrogant sirena , yang begitu seenaknya memperlakukan anita.     

Melihat itu, Anita spontan memegang tangan Prastian. berusaha menenangkannya. ia menarik satu tangan prastian, agar duduk kembali di kursinya. matanya menatap prastian penuh arti. bagai sebuah kode agar Prastian tidak menanggapi ulah sirena.     

Anita merasa trauma. ia tidak ingin terpancing emosi. ia takut perlawanannya pada sirena kali ini juga akan menimbulkan dampak kecelakaan seperti saat itu. benar-benar traumatized. ia tidak ingin mencari masalah dengan sirena lagi. apalagi sampai melibatkan prastian dalam konfliknya.     

"Kenapa kamu begitu marah.... apakah tebakanku salah?"     

Prastian kembali menatap tajam kearah sirena, ia membuka mulutnya, berniat membalas ucapan sirena, namun ia segera menoleh kesamping, saat tiba-tiba anita kembali menarik tangannya. seolah menahannya untuk tetap tenang. Prastian menganggukkan kepalanya mengerti.     

"Hmph .. jadi, jika kamu bukan lelaki simpanannya ... apa jangan-jangan kamu adalah suami barunya ?"     

Sirena mencibir, sengaja memancing kembali kemarahan prastian dan anita. bibirnya tersenyum sinis. menatap anita dan prastian dengan tatapan mengejek. sirena menyilangkan tangannya. matanya yang diskriminatif memandang prastian dari atas kebawah.     

Anita menghela nafas. mencoba menenangkan hatinya sendiri.     

"Apakah kamu sudah selesai ??" tanya Anita datar. Menatap ke sirena face to face. ia tidak bisa bohong, ia benar-benar membenci sirena. 'Apa yang sebenarnya hans sukai darimu ?, bagiku, kamu tidak lebih cantik dari pelayan toko kosmetik. lihatlah dirimu.. kamu begitu sombong, arrogant dan pemarah. dengan kelakuan seperti ini, seandainya kamu tidak punya kekayaan itu. kamu sungguh tidak bisa diselamatkan!' dalam hati, Anita mengumpat sirena dengan geram.     

"Kalau sudah selesai, sebaiknya segera pergi dari sini, karena kami ingin menikmati makanan dengan tenang disini, "     

"Ahh .... baiklah aku mengerti. aku akan segera pergi... aku tidak akan menganggu waktu kencan kalian berdua yang begitu romantis ini "     

"By the way, I'm so happy to see you move on this fast nita.... Hans menilaimu terlalu tinggi. he thinks you're as innocent as nun, kenyataannya sekarang ternyata kamu tidak lebih hina dari seorang pelacur murahan. Ckckckck poor hans...."     

"Whatever.... bicaralah sesukamu. Aku sama sekali tidak peduli. Lagian bukannya kamu sudah tahu dengan pasti. kalau aku dan hans sudah tidak tinggal bersama sejak lama? tapi kenapa kamu masih terus mengangguku ?"     

"Kenapa kamu belum juga berhasil mendapatkan hatinya ?"     

"Hmm jangan-jangan benar apa yang dikatakan Hans padaku, jika kamu itu TIDAK BERARTI APA-APA baginya hmph ?"     

Wajah sirena seketika berubah memerah. hatinya bagai ingin meledak. tidak dapat menerima penghinaan anita. ia mengepalkan tangannya dengan kuat. tanpa sadar kuku panjangnya menancap ditelapak tangannya, ia sangat ingin membuat anita bertekuk lutut dihadapannya. anita satu-satunya wanita yang dapat mengalahkannya dihadapan hans. "Dasar wanita jalang ! tidak tahu malu!"     

Anita tersenyum kecil, ekspresi wajahnya begitu santai. ia tidak terpancing sedikitpun dengan provokasi dan kata-kata kejam sirena.     

"Kenapa...apakah ucapanku salah ?"     

"Kamu..."     

"Okay. kita lihat saja, siapa yang akan tertawa paling akhir nanti !!, Hans adalah milikku. dan sampai kapanpun akan seperti itu. tidak ada seorangpun yang dapat memisahkan kami. kamu tidak lebih hanyalah wanita penghangat ranjang untuk sementara seperti wanita-wanitanya yang lain. meskipun kamu berusaha merayunya kembali dengan trick licikmu, percayalah itu tidak akan berhasil. paham !!"     

"Terserah apa katamu... cepat pergi dari sini ! telingaku sakit mendengar ocehan omong kosongmu yang tidak berfaedah !",timpal prastian kesal, tangannya mengibas menyuruh sirena untuk segera enyah dari hadapannya.     

"Okay, okay... I'm leaving now. Maaf sudah menganggu acara kencan kalian hahaha. have a nice day . bye~" pamit sirena terkekeh, sambil mengenakan kembali kaca mata hitamnya, dan meninggalkan meja keduanya seraya melambaikan tangannya ke arah Prastian dan Anita dengan senyum mengejek sinis.     

"Siapa dia Nit?" tanya Prastian penasaran, selepas kepergian Sirena.     

"Dia Sirena, saudara jauh Hans, dia sangat tergila-gila pada Hans sejak kecil," jawab Anita singkat.     

"Kenapa mereka tidak jadian saja? Sama-sama arrogant. Pas banget tuh !"     

Anita tersenyum kecil. melihat wajah prastian yang tampak kesal. terlihat sangat lucu.     

"Nit, bagaimana dengan proses ceraimu?" tanya Prastian dengan tatapan serius ke Anita.     

"Aku tidak ingin tergesa-gesa memutuskannya Pras, aku harus memikirkan dengan hati-hati, karena sekarang ada Bryan yang harus aku pertimbangkan, Hans punya segalanya, aku takut ia akan melakukan apapun agar perwalian Bryan jatuh ke tangannya kelak." jelas Anita, wajahnya terlihat cemas . Prastian tampak menghela nafas panjang, ia menganggukkan kepalanya mengerti. dan mencoba mengerti situasi Anita,     

"Nitt... jujur, Aku merasa cemburu memikirkanmu menghabiskan harimu bersama Hans kemarin, aku benar-benar tidak berharap kamu akan kembali dengannya lagi," ucap Prastian terus terang, ia harus berani berbicara jujur dan mengungkapkan isi hatinya. ia ingin anita tahu, ketakutan yang ia rasakan saat ini. meskipun dengan kemungkinan anita akan semakin menjauh darinya. Prastian menundukkan kepalanya dalam-dalam.     

Anita tersenyum kecil, memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah cemburu prastian.     

"Tenang saja. tidak terjadi apa-apa diantara kami. sebenarnya dari kemarin malam Bryan kena panas dan demam tinggi, kami berdua sibuk mengurus Bryan."     

"Hah Bryan sakit.... kenapa kamu gak ngasih tahu aku..."     

'Huh bagaimana mungkin aku memberitahumu. bukannya itu justru menambah masalahku saja.' Anita menghempas nafasnya panjang.     

"Jangan khawatir, Bryan sekarang sudah baikkan kok, dia sudah sehat kembali jadi aku bisa tenang meninggalkannya bekerja " ucap anita lirih, entah mengapa tiba-tiba ia menjelaskan itu pada prastian. yang ia tahu. ia hanya tidak ingin prastian berprasangka macam-macam tentangnya dan hans.     

"Betul begitu ?" tanya Prastian memastikan, sambil menatap kearah anita dengan wajah cerah.     

Anita menganggukkan kepalanya, berpura-pura cuek sembari tetap menikmati makanan didepannya. seketika senyum indah merekah pada wajah tampan prastian. hatinya lega mendengar pengakuan anita. ia tidak pernah meragukan kejujuran anita. namun intinya ia bahagia karena anita peduli dengannya. Anita berusaha menjelaskan situasinya agar ia tidak cemburu pada hubungannya dengan hans.     

.     

.     

.     

Satu minggu kemudian.....     

"Nitt.... jalan-jalan yukk... kangen udah lama kita gak shopping bareng , aku juga sudah kangen banget. pengen peluk Bryan huhuhu"     

"Ayok dong ... kapan kita ketemuan jenn ?, aku juga pengen ngobrol banyak sama kamu." , Anita terdiam. mengatur nafasnya sejenak. ia mengerti bagaimana perasaan rindu Jenny pada puteranya. mereka telah bersama sejak Bryan lahir, membantu merawat Bryan. dan menganggapnya bagai keluarganya sendiri. Anita merasa bersalah pada jenny, karena dirinya ia mendapat banyak tekanan dari hans. meskipun Jenny tidak pernah mengeluh sedikitpun padanya. namun ia tahu, ia mendapat tekanan begitu berat karenanya.     

Yang paling disesalinya, ia bahkan tidak berpamitan secara properly pada jenny saat ia meninggalkan rumahnya saat itu. ia benar-benar merasa bagai orang yang tidak tahu berterima kasih. habis manis sepah dibuang. namun ia juga tidak punya pilihan lain, karena saat ini ia juga merasa seperti tawanan yang mengharuskan ia tetap tinggal dirumah hans, jika ia ingin bersama dengan puteranya. dalam hati ia berharap Jenny akan memahami situasinya sekarang ini. kelak jika ia telah menemukan solusi terbaik untuk Bryan dan dirinya ia pasti akan datang berterima kasih pada jenny.     

"This weekend gimana ?" ucap jenny bersemanggat. seketika membuyarkan lamunan anita.     

"Boleh Jen ... nanti kita ajak prastian sekalian yah."     

"Hah ?! kenapa harus dengan prastian ?... nanti kalau sampai ketahuan pak hans, khan malah bikin masalah lagi nit" seru Jenny dengan nada panik.     

"Tenang saja. enggak apa-apa jenn. tentang Hans serahkan padaku. nanti aku yang handle. lagian kenapa mesti takut, kita khan cuman ketemuan jalan-jalan di mall doank, kasihan prastian pasti ia kangen juga sama Bryan, sudah lama mereka tidak ketemu"     

Jenny terdiam. wajahnya berubah pucat pasi. tangannya terlihat gemetar, memegangi smartphone ditangannya dengan kuat agar jangan sampai jatuh. pandangan matanya tiba-tiba kabur, membayang berkaca-kaca sambil menatap kearah wajah tegas boss didepannya ketakutan.     

"Yaa~ sudah... terserah kamu saja ...."     

"Okay. kalau begitu see you at the weekend yah"     

"Okay bye !" Jenny langsung menutup percakapan dengan anita. tubuhnya tiba-tiba terasa lemas tidak bertenaga.     

Hans menatap jenny dengan tajam. bagai seekor singa lapar yang siap menelan mangsa didepannya hidup-hidup. Sebenarnya ini adalah ide dari hans yang meminta jenny untuk menelfon Anita dan mengajaknya pergi shopping dan jalan-jalan bersama. namun tidak disangka anita tiba-tiba punya ide mengajak prastian sekalian. sementara Hans sejak tadi ikut mendengarkan percakapan telfon mereka melalui loudspeaker dari smartphonenya.     

"Katakan padaku dengan jujur ! kamu tuh sebenarnya dipihak mana Hah !" tanya Hans keras.     

dengan tatapan garang menghujam kearah jenny.     

GLEK ! Jenny menelan ludahnya dengan berat.     

"Yah gimana pak... saya juga serba salah. bapak dengar sendiri khan. tadi ibu yang tiba-tiba berinisiatif untuk mengajak prastian. saya juga cuman ngikut saja. saya benar-benar tidak berkomplot dengan ibuk dan prastian pak. saya berada dipihak bapak. suwerrrr....".     

"Tidak usah banyak alasan kamu! kalau kamu dipihakku. kenapa kamu tidak berusaha menolaknya dengan tegas tadi ?. bilang kekk kalau kamu hanya mau berduaan saja jalan-jalannya sama dia doank. gitu khan beres !"     

"Kalau saya terang-terangan menolak. nanti ibuk bisa langsung curiga kalau saya sekarang berada dipihak bapak.... bapak tenang saja. kita main cantik pak. tentang prastian nanti saya yang akan mengurusnya. saya akan pastikan prastian tidak akan pergi jalan-jalan dengan kita.. gimana?"     

"Bener begitu ? !"     

"Tenang saja pak.... serahkan pada saya. nanti saya yang atur semuanya."     

"Awass yah ! Kalau kamu berani khianatin aku lagi. habis kamu !"     

"Siap pak! laksanakan "     

Jawab Jenny cengegesan sambil mengangkat dua jari telunjuk dan jari tengah bersamaan. 'duh mesti muter otak lagi nih. cari cara melenyapkan prastian dari agenda acara shoppingnya.... kalau tidak, tamatlah riwayatku !'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.