Shadow of Love

Simpan saja penjelasanmu



Simpan saja penjelasanmu

0Hans tampak berdiri tanpa ekspresi didepan pintu utama butik. pandangannya yang tenang menyapu melihat kearah sekelilingnya. seolah sedang mencari sesuatu. ia datang dengan mengenakan setelan jas rapi berwarna hitam dengan dalaman kemeja berwarna putih bersih yang tampak disetrika dengan cermat. sehingga menampilkan citra exclusive yang sempurna ditubuh pria ramping itu. meskipun hans hanya berdiam diri saja disana, tidak berbicara atau melakukan sesuatu apapun. namun aura keagungan terpancar jelas di wajah tampannya yang langsung sukses mencuri perhatian semua tamu undangan yang hadir didalam butik itu. mereka seperti kompak merasa takjub dengan pesona ketampanan hans.     

Sepasang matanya yang sedari tadi melayang menyapu seisi ruangan akhirnya terhenti pada satu titik disudut ruangan butik.     

Hans tampak terkejut untuk sesaat, wajahnya terlihat shocked dan terpana melihat kearah wanita cantik yang tampak duduk menyendiri disudut ruangan butik itu. tanpa berpikir panjang ia segera membuka kaca mata hitam yang masih melekat erat diwajah tampannya, lalu menebar senyum tipis berjalan kearah wanita cantik itu dengan langkah bersemanggat. semua orang yang hadir seolah kehilangan jiwanya dalam sekejap saat hans berjalan melewati depan mereka.     

Hans menatap lekat dan tersenyum kecil kearah anita yang terus menundukkan wajah disudut ruangan itu, yang tampak berpura-pura sibuk melihat kearah ponsel ditangannya dan sengaja tidak peduli dengan kehadirannya.     

Dengan langkah kecil hans terus berjalan menghampiri kearah tempat anita berada.     

Jantung anita berdegup semakin kencang tidak terkendali seiring langkah kaki yang kian terdengar mendekat kearahnya, sebenarnya ia merasa tidak siap dengan pertemuan tanpa rencana ini. ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu hans dibutik ini. dengan rasa gugup anita mendengakkan wajahnya keatas. mencoba menyambut kedatangan hans dengan senyum terbaik yang ia punya. hingga pandangan mereka bertemu. hatinya seketika bagai tersambar petir. dadanya berdebar begitu kencang. dan jantungnya seperti akan meloncat dari dadanya. saat melihat suaminya itu kini sudah berada tepat dihadapannya dan tersenyum hangat kepadanya.     

"H-Ha~ans …" sapa anita dengan canggung. wajahnya berubah memerah bagai udang rebus. dan tubuhnya tampak gemetaran. merasa gugup setengah mati. 'Ahh kenapa tubuhku tidak bisa diajak kerja sama begini ! bisa gak sih bersikap biasa saja gitu. lagian dia juga sudah melihat semua luar dalammu!' umpat anita dalam hati. menghardik dirinya sendiri. seraya menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk menyembunyikan reaksi gemetar ditubuhnya.     

Hans kembali tersenyum kecil penuh arti. ia seolah sudah terbiasa dengan reaksi polos isterinya itu. seperti biasanya, hatinya berdesir hebat , merasakan kerinduan yang dalam pada cinta matinya itu. jiwanya seolah sangat lapar untuk dapat memeluk erat makhluk indah didepannya kini.     

Namun ia sadar. bahwa ia tidak dapat berbuat seenaknya lagi pada wanitanya itu. hans tampak mengepalkan kedua tangannya kuat berusaha menahan diri setegar mungkin.     

“Kok kamu disini?, kamu datang sama siapa…… ” tanya hans dengan intonasi canggung, sambil terus menatap anita lekat. hans tahu, anita bukan typical wanita gila shopping dan suka mengikuti event fashion show barang branded begini. jadi wajar saja jika ia terheran dengan kehadiran isterinya dibutik mewah ini.     

“Iya … kebetulan aku temenin mamah belanja disini ” jawab anita polos. balas menatap hans dengan nada santai, berusaha bersikap tenang dan biasa saja. sebaliknya hans tampak tidak dapat menyembunyikan rasa terpananya, ia terus menatap kearah anita tidak berkedip.     

“Bagaimana kabarmu sekarang nitt ……”     

“Seperti yang kamu lihat. aku baik-baik saja. kamu sendiri …… sudah berapa lama kembali dari jepang? aku yakin kamu pasti sangat menikmati waktumu disana ”     

Seketika hans terperanjat. ia seperti baru tersadar jika ia sama sekali tidak memberitahu dan berpamit pada anita saat melakukan perjalanan bisnisnya kala itu. dan ucapan anita barusan seperti sebuah sindiran halus padanya. untuk menginggatkan perbuatannya. yang tidak berpamit padanya sebelum pergi.     

“Mengapa kamu berpikir aku menikmati waktuku disana ? sementara isteriku sendiri tidak peduli dengan keadaan sehat atau sakitku. aku kejepang untuk perjalanan bisnis. bukan untuk liburan nita... apakah kamu tahu itu?”     

“A~ahh begitu. isteri macam apa itu! yang bahkan tidak tahu menahu tentang jadwal perjalanan bisnis suaminya!Ckckckck aku ragu. jangan-jangan ia hanya istri mainan untukmu.” balas anita dengan nada sarcasm.     

Mereka saling bertatapan tajam penuh arti. seolah sedang saling berkonfrontasi dalam dingin. “Mari kita keluar. aku ingin bicara sebentar denganmu ” ucap hans lugas. mengajak anita untuk berbicara secara private. empat mata dengannya.     

“Kamu katakan saja disini, karena aku tidak akan pergi kemana-mana ……”     

“Nita kita tidak dapat membicarakan masalah kita disini. aku ingin membicarakan masalah serius. mari kita bicara di kafe bawah okay ”     

“Aku tidak bisa. ... mamah ada disana, dia akan marah jika melihatku pergi begitu saja meninggalkannya ”     

Hans reflect menengok sejenak kearah belakang, mengikuti petunjuk jari telunjuk anita yang menunjuk kearah mamah yang tampak sedang berada didepan kasir sana. menunggu transaksi pembelian barang miliknya selesai di lakukan. dengan hormat hans segera menganggukkan kepalanya memberi salam pada mamah.     

"Ha~aans kamu sudah lama disini… " ucap sirena manja, tiba-tiba muncul dari arah belakangnya dan langsung memeluk pinggang atletis hans dengan mesra. ia melakukannya tanpa rasa canggung sedikitpun didepan anita.     

Sontak hans merasa terkejut dengan aksi dan kehadiran sirena itu, wajahnya berubah memucat dan tampak ketakuttan. matanya langsung tertuju menatap kearah mamah dan anita secara bergantian. senyuman hangat yang semula menghias bibir mamah saat membalas salamnya tadi, seketika berubah menjadi senyuman sinis penuh amarah. mamah tampak speechless dan marah melihat pemandangan tidak pantas dihadapannya itu, 'Hahhhh apa-apaan ini ! kurang ajar. jadi ini muka aslimu ! besar juga nyalimu. berani menghina puteriku tepat didepan mataku ! dasar bajingan tengik!' wajah mamah tampak memerah penuh emosi. bagai seeker singa yang siap menerkam mangsa. mamah tidak dapat menahan kemarahan dalam hatinya. namun begitu, ia sadar mereka masih berada ditempat public. dan ia harus tetap menjaga images dihadapan para tamu butik itu, yang merupakan teman-temannya juga.     

Tentu saja mamah tidak akan bersikap gegabah dan arrogant pada hans di area public seperti ini. ia tidak mau tindakan impulsivenya justru akan menimbulkan gossip atau scandal tidak sedap mengenai ia dan anita dalam lingkungan teman-teman sosialitanya nanti.     

Meskipun wajah mamah terlihat gusar menahan marah. namun ia bertindak elegant. tanpa berpikir lagi, ia langsung menarik tangan anita keluar dari butik itu dengan segera. tanpa memperdulikan hans yang tampak panik dan salah tingkah sendiri.     

"Mah… tunggu sebentar …” ucap hans pelan, tangannya berusaha meraih tangan anita dan menahan mamah untuk tidak membawanya pergi.     

“Mah jangan salah paham … hans bisa menjelaskan ini semua," namun sirena justru semakin mengencangkan pelukan dipinggangnya. dengan susah payah hans melepaskan pelukan sirena ditubuhnya. sambil menatapnya geram penuh ancaman. ia kemudian berlari kecil ikut keluar dari butik itu untuk mengejar anita dan mamahnya dari belakang. sementara sirena hanya dapat terbengong merasa tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.     

Siapa wanita tua tadi ? mengapa hans memanggilnya mamah ?. sirena memicingkan matanya. tampak berpikir keras. berusaha menginggat siapa gerangan dua wanita yang hans kejar barusan. sekian detik ia berusaha memutar otak. tapi ia benar-benar blank. dan tidak mengetahui siapa sebenarnya mereka.     

"Mah… wanita tadi adalah sirena, sepupu hans mah… mamah boleh bertanya pada ibu jika tidak percaya … "     

"Whatever ! enyah kamu dari hadapanku !”     

“Mah…… dengarkan dulu penjelasan hans please”     

“Simpan saja penjelasanmu di pengadilan agama nanti. aku tidak peduli siapapun dia.… dan apa hubungannya denganmu … tapi yang pasti ! selama aku masih bernyawa aku tidak akan pernah dapat menerima puteriku dihina begitu didepan mataku !! "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.