Shadow of Love

Gadis ini tidak berhenti membuatku gila



Gadis ini tidak berhenti membuatku gila

0"A-Aku …" anita tertegun beberapa saat. ia merasakan tubuhnya mendadak lemas seperti tidak bertulang, tiba-tiba ia tidak dapat menguasai dirinya dan terhuyung beberapa langkah kebelakang. hilang keseimbangan diri. "Hati-hati !" ucap hans dengan nada setengah berteriak padanya. Anita menyipitkan matanya panik sekaligus ketakuttan. akhirnya pasrah dengan keadaan dirinya yang akan segera terjatuh. namun kemudian terdengar suara hangat dari atas kepalanya. sebuah lengan yang kuat reflect memeluk pinggangnya dengan erat. dan menariknya kuat hingga tubuhnya menabrak dada kokoh dan terasa hangat, detik berikutnya anita telah masuk kedalam pelukan hans safely.     

Aroma tubuh khas milik hans seketika menerpa wajah anita, nafasnya yang panas menyapu wajahnya. membuat anita seketika lupa diri dalam euphoria pesona yang tak terbatahkan dari lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu.     

Anita masih belum tersadar dari rasa terkejutnya. ia membiarkan saja saat hans terus memeluk dan mencium puncak kepalanya dengan mesra. seakan ia juga ingin berlama-lama merasakan kehangattan pelukan pria yang begitu ia rindukan selama sekian bulan ini. dan tiba-tiba ia dapat merasakan bayi dalam kandungannya pun berhenti bergerak aktif. bayinya seakan juga ikut bahagia mendapat pelukan hangat ayahnya.     

"Uhuk !" seorang karyawan dari perusahaan lain yang kebetulan lewat disamping mereka sengaja berdehem keras. dan menatap kearah keduanya dengan pandangan sinis. seolah sengaja memperingatkan anita dan hans untuk mengakhiri adegan berpelukan di ruang public itu. saat ini memang waktu pulang kerja. meskipun sudah lewat sekian menit namun masih banyak karyawan perusahaan lain dalam tower yang berlalu lalang untuk pulang.     

Anita segera menyadari situasinya dan buru-buru mendorong tubuh hans menjauh darinya. wajahnya bersemu kemerahan menahan malu. ia tampak membenahi tatanan rambut panjangnya, menjadi salah tingkah sendiri. namun belum juga berdiri sekian detik, tubuhnya kembali terhuyung kebelakang. entah mengapa kakinya masih terasa lemas, seperti tidak bertenaga sama sekali. dengan spontan anita berpegangan kembali pada lengan kokoh hans .     

Hans tersenyum kecil merasa kegirangan. ia lalu sengaja menjepit tubuh anita erat-erat dalam pelukannya, hingga membuat anita tidak dapat berkutik.     

Anita menggigit bibirnya kuat. merasa malu setengah mati dengan tingkahnya sendiri. namun juga tidak berdaya dengan kondisi tubuhnya saat ini. dengan pasrah ia harus menerima saja ketika hans terus memeluk tubuhnya dan menuntun pelan untuk duduk dikursi tunggu dalam lobby. "Kamu tunggu disini sebentar yah. aku akan membelikan air minum untukmu" ucap hans lembut. kemudian langsung berlalu pergi menuju food courts pada bagian samping tower. sambil berlari, tatapan mata hans seolah tetap mengawasi anita agar jangan sampai melarikan diri darinya.     

Meskipun faktanya hans tahu betul. jangankan mau melarikan diri darinya. saat ini untuk berdiripun anita merasa tidak mampu. tubuhnya masih terasa lemas dan tidak bertenaga. entah akibat rasa shocked yang diterimanya tadi hingga menimbulkan reaksi demikian. atau murni karena masalah kesehatan berkaitan dengan kehamilannya kini. 'Gadis ini benar-benar tidak berhenti membuatku gila! bagaimana mungkin ia bisa demikian ceroboh, tidak memperhatikan kesehatannya begini.' batin hans geram sendiri. sambil menyerahkan kartu debit untuk pembayaran dua botol air mineral di kasir food courts.     

Setelah selesai melakukan pembayaran hans segera berlari kecil menuju ke tempat duduk anita kembali dengan wajah berbinar cerah dan tampak sangat bahagia. tangan kanannya terlihat membawa dua botol air mineral dalam kemasan dan langsung menyerahkan satu botol pada anita "Minumlah dulu agar perasaanmu menjadi lebih tenang yahh… " ucap hans lembut, Anita menganggukkan kepalanya dan langsung menerima satu botol air mineral itu dari tangan hans.     

Hans sengaja telah membukakan tutup botol mineral itu dengan sempurna. hingga anita bisa langsung meneguk air didalamnya.     

GLEK GLEK GLEK !     

Anita meneguk air mineral itu hingga habis setengah botol. lalu mengusap pinggir bibirnya dari bekas minumnya dengan tangannya sendiri.     

TAK !     

anita meletakkan botol air mineral itu diatas meja kaca didepannya. lalu menghela nafas panjang, sambil menatap kearah hans yang duduk dikursi di depannya dengan tenang "Kamu tidak usah pikirkan hal ini hans… mari kita lanjutkan proses perceraian yang sedang berjalan ini secepatnya " ucap anita dengan lugas. dengan ekspresi wajah dingin dan berbicara tanpa perasaan sama sekali.     

Anita seolah sudah bertekad bulat untuk berpisah dari hans as quick as possible.     

"Anita.... tutup mulutmu ! jangan bicara omong kosong lagi!" gertak hans geram. ia tampak mengepalkan tangannya kuat, wajahnya langsung memerah menunjukkan kemarahan yang memuncak hebat pada anita. sorot matanya yang gelap. terlihat mencekam membuat nyali anita menciut.     

Anita seketika tidak berani berkata-kata lagi. ia kini bagai duduk dikursi berjarum. dan tidak bisa melarikan diri. "Apakah kamu sudah merasa baikkan sekarang …"tanya hans pelan. sambil menatap galak kearah anita.     

"S~Sudah… "     

"Kalau begitu kamu tunggu aku disini. aku mengambil mobil sebentar ditempat parkir. dan mengantarmu pulang ke apartment. nanti kita lanjutkan pembicaraan kita disana… okay" hans seperti menyadari. ia telah membuat anita merasa begitu ketakuttan dan tegang. ia lalu mengangkat sudut bibirnya kecil. hingga raut wajahnya terlihat kembali normal. ia lalu meraih tangan anita yang berada diatas meja. dan mengenggamnya erat.     

Anita terkejut. dan spontan bermagsud menarik tangannya kembali. namun hans tidak membiarkannya. ia justru sengaja mengenggamnya semakin erat. mereka saling bertatapan tajam dengan mulut sama-sama terbungkam.     

"Tidak perlu repot-repot mengantarku aku bisa pulang sendiri. aku biasa pulang dengan MRT , sekalian jalan-jalan untuk olah raga. kamu boleh pulang sekarang"     

"Kamu jangan keras kepala. tunggu aku sebentar disini , aku akan mengambil mobilku ditempat parkir. dan mengantarmu pulang … paham!" ucap hans dengan nada tegas. namun ia merasa ragu meninggalkan tempat duduknya. hatinya merasa bimbang saat mendengar jawabban anita barusan yang seolah ia dapat pulang sendiri tanpanya. tiba-tiba hans merasa takut anita benar-benar akan pergi meninggalkannya saat ia mengambil mobil ditempat parkir nanti.     

Hans terdiam cukup lama , terus memandang anita lekat dan seksama.'Membingungkan sekali ini orang ! katanya mau ngambil mobil. kenapa gak berangkat sih?. malah diam gak jelas begini'.     

"Aku sudah selesai bicara denganmu. aku mau pulang sekarang ". kata anita dengan kesal, ia merasa jengkel dengan sikap hans yang justru terus menatap dan menahannya disana seperti orang dungu.     

Anita berdiri dari kursi duduknya. berniat untuk beranjak pergi. namun belum juga ia beranjak sejengkalpun dari kursinya. tangan hans reflect menghalau tubuh anita agar tidak pergi dari tempat duduknya.     

"Tunggu nita.... kita belum selesai bicara". cegah hans langsung menangkap tangan kiri anita dan mencegahnya pergi dari sana. "Aku capek banget hans. aku mau pulang sekarang!"     

"Baiklah ... kalau begitu aku akan mengantarmu pulang. kita lanjutkan pembicaraan kita nanti di apartement saja yahh," dengan tegas hans langsung memutuskan membawa anita untuk ikut pergi bersamanya ketempat parkir. ia segera meraih satu tangan anita dan mengandengnya paksa untuk ikut pergi bersamanya menuju tempat parkir mobil khusus tamu executive di area depan tower.     

Sambil menatap kearah hans kesal, anita terpaksa mengikuti langkah hans dibelakangnya dengan patuh. karena banyaknya karyawan lain yang masih berlalu lalang dilobby utama pada jam pulang kerja seperti ini, membuatnya takut untuk melawan sikap arrogant hans itu. karena ia sadar perdebattan mereka nanti justru akan menimbulkan scene dan kehebohan.     

Mereka berjalan bergandengan tangan menuju ketempat parkir. hans segera membukakan pintu mobilnya untuk anita. "Hati-hati …" ia melindungi kepala anita agar tidak terbentur dashboard diatasnya. Anita kemudian duduk dikursi depan. hans lalu membantu memasang sabuk pengaman dan mengatur kursi duduk anita senyaman mungkin. 'Hufft dia pikir aku anak kecil yang gak bisa pasang seatbelt sendiri apa ?. menyebalkan !' anita diam-diam melirik kesal kearah hans, terus mengumpat jengkel dalam hati.     

Hans tersenyum samar. melihat sikap anita yang begitu menurut padanya seperti anak kecil yang takut kena hukuman bila berbuat nakal.     

Hans menutup pintu disamping anita dengan pelan, ia lalu berjalan melintasi depan mobilnya dan membuka pintu kemudi, ia kembali menatap anita disampingnya untuk memastikan apakah posisi duduknya nyaman sebelum mulai melajukan kendaraan miliknya keluar dari area perkantoran perusahaan anita itu. ia mengemudikan mobilnya melintasi jalanan protokol ibukota dengan kecepatan sedang.     

Sepanjang perjalanan mereka berdua saling terdiam, mereka seolah tenggelam dengan pikiran masing-masing , hans tampak khusuk membawa mobilnya melaju menuju ke apartment.     

Anita sengaja menghindari bertatapan dengan hans. ia memilih mengarahkan pandangannya keluar jendela mobil. untuk melihat pemandangan gedung bertingkat yang berjejer megah disepanjang jalan yang mereka lalui. sambil mendengarkan music yang hans putar dimobilnya.     

"Apakah kamu tidak ingin membeli sesuatu untuk makan malam ?" hans mencoba memecah kebekuan diantara mereka. "Tidak perlu !aku tidak lapar " jawab anita dengan ketus.     

"Hmm bukankah seharusnya kamu makan secara teratur selama masa hamil ini”     

"Tentu saja aku makan dengan teratur. tanpa harus kamu beritahu, aku pasti akan menjaga diriku dengan baik. semua orang juga akan melakukan hal yang sama. jadi stop bersikap sok care padaku ”     

"Aku hanya mencoba berbaikan denganmu. kenapa kamu begitu emotional ? apakah kamu bersikap demikian juga pada prastian ?"     

Seketika mimik wajah anita berubah buram. bertambah kesal setengah mati. "Hentikan mobilnya sekarang ” ucap anita ngegas. sambil menatap kearah hans dengan galak.     

"Kamu jangan bercanda... bagaimana mungkin kamu bisa seenaknya saja turun ditengah jalan raya begini...”     

"Bukan urusanmu !” anita langsung melepaskan sabuk pengaman ditubuhnya. dan mengalungkan tas pada bahu kanannya , seolah bersiap untuk keluar dari mobil hans sekarang juga.     

"Anita please.... ”hans segera meraih tangan anita dengan erat. sambil tangan satunya tetap fokus mengemudi.     

"Maafkan aku. baiklah aku mengerti aku tidak akan membuatmu marah lagi. pasang kembali seatbelt nya okay...”     

Anita menghempas tangan hans yang mengenggam tangannya dengan erat diatas pahanya. dan segera mengambil lalu mengenakan kembali seatbelt ditubuhnya. dalam hatinya ia juga merasa was-was saat melihat hans mengemudikan mobilnya hanya dengan satu tangannya saja.     

Hans tampak tersenyum lega. dan kembali fokus mengemudikan mobilnya.     

"Kita mampir beli bakso dulu yaa”     

"Tidak. aku ingin cepat pulang sekarang. aku benar-benar capek.”     

"Kasihan anakku. ia pasti merasa kelaparan karena sifat egois mommynya…" hans sengaja menghembuskan nafasnya dengan keras, seolah merasa ikut prihatin atas nasib anaknya yang masih dalam kandungan anita.     

Anita tampak tidak peduli dengan kata-kata hans. ia memilih diam dan terus menatap kearah samping mobil.     

"Seharusnya kamu tidak usah bekerja, jika kondisi tubuhmu lemah begini. sangat berbahaya untuk anak kita”     

".......”     

Karena tidak mendengar response anita, hans mengangkat alisnya. ia lalu menengok kesamping. tidak disangka ternyata ia melihat anita telah terlelap tidur. Hans tampak tersenyum lebar dalam diam. menahan rasa gemasnya pada tingkah istrinya itu. bagaimana mungkin ia dapat tertidur dengan suasana hati begini. dan hans tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mencium lembut kening anita. dan membenarkan letak kepalanya dengan posisi senyaman mungkin. tidur memang sebuah kemewahan setelah sibuk dengan aktivitas bekerja seharian. melihat betapa pulasnya tidur isterinya itu. terlintas kepahitan dan kepasrahan dimatanya.     

Hans tidak pernah berpikir sebelumnya jika anita sedang hamil saat ini. dan anita berencana menghadapi semua tanpanya.     

Hans hanya bisa mengumpat pada kebodohannya sendiri. matanya terlihat berkaca-kaca. bagaimana mungkin ia bisa tidak menyadari situasi ini sebelumnya.     

Dengan tatapan sayu ia kembali melihat kearah sampingnya dan menatap wajah wanita yang paling ia cintai itu tertidur lelap dikursi sebelahnya. hatinya terasa begitu hancur karenanya. ia seolah merasa tidak berdaya menghadapinya. sejak dulu anita seolah selalu memasang tembok pembatas padanya. selalu bersikap hati-hati dan waspada. hingga seolah tidak ada celah baginya untuk dapat mendekat dan melindunginya. ia tidak tahu bagaimana cara melembutkan hati anita padanya. bagaimana cara agar anita tahu betapa besar ia mencintainya.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.