Shadow of Love

I'm nothing to you



I'm nothing to you

0"Apakah ini tentang sirena ..." tanya ibu seraya menatap anita dengan raut wajah menyelidik. anita terdiam membeku. terus menundukkan wajahnya kebawah. tidak berani bergerak sedikitpun apalagi membalas tatapan ibu padanya. tiba-tiba tenggorokannya bagai tercekat. tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menyangkal atau mengiyakan opini ibu. hanya air mata yang terus mengalir deras membasahi wajah ayunya. " Ohh sayang. jangan menangis begini. all is well.... jika ini tentang sirena. kamu tidak usah khawatir sayang ... it's not big deal. ini tidak separah yang kamu pikirkan".     

"Percaya kata-kata mama. meskipun seribu sirena berusaha menggoda hans diluar sana. percayalah mereka tidak akan pernah bisa mengambilnya darimu ! karena mama tahu betul bagaimana hans padamu okay...". satu tangan ibu hans meraih dagu anita, lalu mendengakkan wajah anita keatas untuk menatap kearahnya. ibu berusaha menenangkan hati anita. agar tidak salah paham pada sikap hans. ibu seolah berusaha meyakinkan anita jika sirena bukanlah seseorang yang mampu merebut hati hans darinya.     

Ibu hans menghapus air mata diwajah anita dengan lembut, lalu memeluknya erat penuh cinta. "Sayang... mama tahu betul siapa wanita yang benar-benar hans cintai. selamanya hans hanya akan menjadi milikmu. nita .... mama tahu betul. bagaimana perjuangan hans dulu untuk mendapatkan cintamu. trusted me ... hans tidak bermagsud mengabaikanmu saat ini. beri dia waktu untuk membereskan masalah ini. bersabarlah sejenak hingga sirena sembuh yah. jangan khawatir ia akan kembali padamu seperti dulu",     

Anita mengiyakan setiap ucapan ibu dengan menganggukkan kepalanya berulang kali. sambil tetap menangis terisak. tanpa dapat berbicara sepatah katapun. tangisnya pecah seketika dalam pelukan ibu hans. meskipun dalam hati ia tetap merasa ragu dengan kata-kata ibu. setelah ia mendengar dengan telinganya sendiri bagaimana hans mengakui cintanya pada sirena kala itu.     

Namun ia berusaha menampilkan sikap setuju dihadapan ibu. dan memilih menyimpan rapat luka dihatinya. ia memilih berpura-pura tidak pernah mengetahui bagaimana perasaan sebenarnya hans pada sirena. karena ia sadar bertindak emosional dan gegabah juga bukan solusi terbaik untuk situasinya saat ini.     

Anita mencoba berkompromi dengan dirinya sendiri, bahwa membangun rumah tangga terkadang tidak se-perfect seperti cerita sinetron. hans dan dirinya jauh dari kata sempurna, semua orang memiliki rahasia perasaannya masing-masing.     

Anita berusaha menerima kenyataan bahwa hans menyimpan hati untuk sirena, dan membiarkan perasaan cinta hans itu menjadi rahasia hatinya sendiri. ia akan mencoba semampunya untuk memahami situasi ini dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka yang tidak sempurna dengan lapang dada.     

"Nita masuk dulu yah mah... " tidak terasa mobil ibu hans telah sampai mengantar anita hingga depan lobby utama apartment. "Terima kasih atas acaranya mah... I'm so happy. terima kasih juga sudah antar nita kembali kesini, maaf sudah banyak merepotkan mamah".     

"Ahh. mengapa kamu selalu bersikap sungkan begitu sama mamah. tidak perlu berterima kasih. ... memang sudah seharusnya mamah membuat party ini untukmu. kamu adalah menantu mama, yang penting kamu harus jaga kesehatanmu yahh... ingat jangan stress, nanti bayinya ikut nangis loh... paham !"     

" Iya mahh... nita ngerti"     

"Yaa sudah. cepettan masuk sana. cepat istirahat tidur. tidak boleh kerja capek- capek dan jangan lupa minum vitaminnya okay "     

"Iyaa mah ... beres " jawab anita mantap. seraya mencium tangan kanan ibu dan memeluknya erat lalu turun dari mobil dengan hati-hati.     

"Bye nita " seru ibu sambil melambaikan tangan nya dari mobil yang perlahan pergi menjauh meninggalkan apartmentnya. "Bye mah..."     

.     

.     

Jam sudah menunjukkan pukul satu tengah malam, namun hans belum juga pulang. Anita tampak menunggu dengan gelisah. sudah berjam-jam lamanya ia berbaring diranjang, namun tetap tidak dapat memejamkan mata sedikitpun. 'Apakah hari ini ia menginap lagi di rumah sakit.... apakah sirena demikian penting dibanding aku dan anakku.... apakah ia tidak merasa bersalah padaku... ' seribu pertanyaan terus mengganjal dalam hati anita. ia terus membalikkan badannya kekanan dan kiri dengan gelisah. wajahnya masih terlihat kecewa diliputi perasaan marah. ia hanya ingin segera bertemu dengan hans untuk mengkonfrontir langsung alasannya tidak dapat datang diacara baby shower yang dibuat ibunya hari ini.     

Anita benar-benar sangat ingin menumpahkan rasa marahnya pada hans. ia merasa sikap hans sudah tidak dapat diterima lagi. sepenting apapun kondisi sirena baginya. namun bukankah setidaknya ia tetap harus ingat bahwa ia masih memiliki isteri yang tengah hamil tua dirumah. dimana letak tanggung jawabnya sebagai seorang suami. apakah ia tidak menaruh rasa khawatir sedikitpun atas dirinya yang berada di apartement sendirian. meskipun ia bukan typical ibu hamil manja yang haus perhatian suami, namun bukankah sudah seharusnya suami mengerti tentang keterbatasannya sekarang dengan perut yang kian membesar ini.     

Anita menghempas nafasnya keras. bangkit dari posisi tidurnya , berjalan menuju ruang tamu. dan langsung membuka horden panjang yang menutupi jendela kaca apartment dengan remote control ditangannya. sekedar untuk melihat pemandangan luar untuk meringankan rasa suntuk dikepalanya.     

Pemandangan malam ibu kota terhampar indah dari ketinggian lantai dua puluh satu apartment. kerlip lampu dari gedung-gedung yang berjejer nan jauh juga tampak begitu indah bagai kunang-kunang yang berterbangan dimalam hari. Anita memandang kebawah. melihat kearah jalanan dibawah yang sudah tampak lenggang dari lalu lalang kendaraan. begitu sepi dan senyap. seperti hatinya yang terasa begitu hampa dan sunyi saat ini. sesaat kemudian ia tampak melamun, lalu mengambil ponsel miliknya diatas meja, dan terus menatap kearah layar smartphone dengan tatapan ragu. apakah tidak menganggu jika ia menelfon hans di tengah malam begini. Anita tampak mondar mandir menimbang. ia kemudian berhenti dan langsung menekan nama "My love " yang tertera didalam contact ponselnya. yang adalah nomer telfon milik hans. hatinya berdebar kencang menunggu jawabban telfon suaminya. "Hallo... " terdengar suara khas hans menjawab telfon anita dari seberang sana.     

"Apakah kamu demikian sibuk hari ini??" tanya anita to the point. "I'm sorry sayang... but sirena condition suddenly dropped this afternoon. dan dia membutuhkanku mendampinginya".     

"OH. I see... so I'm just nothing to you right..." ujar anita dengan nada dingin. spontan meremas ponsel ditangannya dengan erat. "Bukan seperti itu sayang. tolong jangan bersikap kekanakan please, aku juga sangat lelah sekarang ini"     

"Apakah itu salahku...."     

"Aku tidak mengatakan ini salahmu yank..... huh mengapa kamu jadi pemarah begini sih .. please mengertilah dengan posisiku .. saat ini sirena benar-benar masih dalam kondisi kritis. dan dokter menyarankan agar ia terus diberi perhatian lebih untuk stimulasi otaknya. ... aku~"     

"Fine !! aku memang pemarah dan menyebalkan hans.. lakukan semua yang kamu inginkan. maaf sudah menganggu waktumu bersama sirena ... aku tutup telfonnya sekarang. aku capek. aku mau tidur sekarang..." ucap anita dengan ketus. langsung menutup telfonnya sepihak. tangannya tampak gemetaran memegang ponsel. dadanya turun naik menahan amarah yang memuncak. ia benar-benar sudah muak dan tidak ingin mendengar lebih lanjut penjelasan dari hans.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.