Shadow of Love

Membuat susah orang lain



Membuat susah orang lain

0Pada hari berikutnya, ibu hans tiba-tiba datang mengunjugi anita ke tempat tinggalnya di apartment. menawarkan diri untuk menemaninya check up kedokter kandungan yang memang terjadwal hari itu, Anita tidak tahu darimana ibu mengetahui jadwal check up nya. atau ini memang kebetulan saja, ibu datang disaat yang tepat. apapun alasan ibu, tentu saja anita langsung menyambut hangat niat baik ibu. membalas memeluk ibu dengan erat. "Apakah kedatanganku menganggu..."     

"Ahh mamah bicara apa sih. tentu saja tidak menganggu. nita justru senang sekali kalau mamah mau mengantar check up. nita jadi tidak sendirian kesana" jawab anita spontan.     

Ibu hans tampak tersenyum getir. seolah sedang memendam kepahitan yang tersimpan rapat dihatinya. menatap senyum polos diwajah anita. ia tahu menantunya tidak bermagsud menyindir atau bicara sarcasm padanya. "Benarkah. syukurlah kalau begitu, mamah ingin sekali melihat cucu mamah nit..." jawab ibu hans senang, langsung meraih pundak anita dan membelai perut anita dengan lembut.     

"Tentu saja mah.... dokter bilang ia sangat aktif bergerak. hingga membuat lehernya terlilit tali pusar, dokter sampai memberinya obat agar membuatnya lebih tenang"     

"Hah. berarti nurun dari daddynya itu hahaha. persis seperti hans saat dalam kandungan mamah dulu nit... mamah berpikir mungkin karena anak laki-laki. jadi lebih aktif. beruntung ia tidak sampai terlilit tali pusar. atau mungkin mamah tidak menyadarinya saat itu. karena USG jaman dulu tidak secanggih seperti technology saat ini, tapi bersyukur ia lahir sehat hahaha"     

"Begitu yah mah... memang hormon anak laki-laki lebih aktif yah mahh, mudah-mudahan ia sehat dan baik-baik saja hingga lahir nanti yah mah" mereka berbincang sambil menunggu anita bersiap diri. setelah anita selesai berdandan, mereka berdua akhirnya pergi bersama kerumah sakit khusus "ibu dan anak" terkenal yang terletak dijantung kota Jakarta.     

Ibu hans dan anita kompak saling berpandangan, lalu saling melempar senyum bahagia saat mendengar penjelasan dokter kandungan bahwa bayi dalam kandungan anita telah berhasil melepaskan diri dari lilitan tali pusar dilehernya. ibu terus menatap kearah layar monitor didepannya dengan tatapan takjub. melihat pada tampilan layar yang menunjukkan gambaran sosok bayi lelaki yang sedang meringkuk dengan tangan dan kaki yang tampak bergerak lemah diperut anita. terdengar juga detak jantungnya yang berdegup kencang. menandakan ia sehat-sehat didalam sana. tanpa sadar air mata ibu jatuh. ibu lalu menciumi kening anita berulang kali. seraya terus menatap perut telanjang anita penuh cinta, "Ahh cucu oma sayang...."     

"Can't wait for you to come into the world..."     

"Ini oma... oma sayang kamu. sehat-sehat yah nak"     

Anita melihat ibu menangis haru. ia mengusap air mata diwajah ibu dengan lembut. "Dia sangat beruntung memiliki oma terbaik seperti mamah. dan ia tahu oma-nya mencintainya...."     

"Oh sayang...Mamah juga beruntung memilikimu nita.... terima kasih sudah memberi cucu untuk mamah .... mamah sangat bahagia memilikimu sebagai istri puteraku.... terima kasih sayang".     

.     

.     

Pulang dari rumah sakit, mereka berdua memutuskan untuk menjenguk sirena. ibu hans berpikir mumpung se-arah. jadi sekalian mampir. Anita hanya bisa pasrah dengan keputusan ibu. biar bagaimanapun sirena adalah sepupu hans, dan mereka masih dalam circle keluarga dekat. darah lebih kental daripada air, ia tidak dapat menampik realita itu.     

Ibu hans mengandeng tangan anita memasuki rumah sakit tempat sirena dirawat.     

Ini adalah kali kedua ibu menjenguk sirena. dan ibu sudah mendapat kabar dari mama sirena secara langsung. jika keadaan sirena kini telah berangsur membaik. jadi kedatangannya sekarang bermagsud untuk mengetahui perkembangan keadaan-nya sirena secara langsung.     

Ibu dan Anita berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terlihat asri. taman hijau terhampar disetiap sudut kanan dan kiri lorong jalan. berbagai jenis tanaman hias dan bunga berwarna warni menghiasi setiap sudut taman. sambil menikmati pemandangan disepanjang jalan. mereka membawa bungkusan buah segar yang sengaja ibu siapkan sebagai buah tangan untuk sirena. juga bouquet bunga untuk dihias dikamar agar sirena merasa fresh dan tidak bosan saat harus berada didalam kamar seharian.     

Sambil terus berjalan, ibu dan anita tampak berbincang ringan. membahas tentang cucu dalam kandungan anita. senyum keduanya terus mengembang cerah. namun tiba-tiba langkah mereka terhenti seketika. saat tanpa sengaja ibu dan anita melihat hans tampak sedang mengendong sirena, mengangkat tubuh sirena dari kursi rodanya didepan sana. Kedua tangan sirena reflect melingkar erat pada leher hans, dan tanpa diduga sirena segera melayangkan ciuman kebibir hans dengan sengaja. Hans tampak terkejut, namun kemudian terlihat dapat menerima sikap mesra sirena. mereka saling bertatapan sesaat lalu tersenyum bahagia.     

"Mah... nita mau pulang saja ". dengan sekuat tenaga anita berusaha menguatkan dirinya. ia segera memalingkan wajahnya kesamping. tidak ingin melihat pemandangan mesra yang terpajang dihadapannya. tangan kirinya mencoba melepas gandengan tangan ibu padanya.     

Ibu menatapnya pilu, tentu saja ia dapat merasakan betapa hancur hati anita saat ini. tapi ia menolak melepaskan tangan anita sedikitpun. ibu justru mengenggam tangan anita semakin erat.     

"Hans.... !" teriak ibu keras. memanggil puteranya itu dengan suara lantang. lalu berjalan kearahnya dengan tetap mengandeng tangan anita dengan kuat. wajah ibu tampak mengeras dan menatap tajam kearah puteranya. Hans yang terkejut langsung menoleh kearah sumber suara. ia tampak tersentak kaget dengan kedatangan ibu dan anita. raut wajah hans seketika berubah memucat dan gugup. dengan perlahan ia meletakkan sirena kembali ke kursi rodanya. namun sirena tampak keberattan dengan aksi hans, seolah tidak rela hans menurunkannya kembali ke kursi roda. tangan kanannya terus memegang lengan hans erat. hans berusaha menepis tangan sirena itu, namun sirena berkeras tidak beralih memegangi lengan hans. "I~bu... nita... kalian datang" seru hans dengan suara tergagap. "Iyaa... aku datang. aku habis mengantar nita check up kehamilan, sekalian mampir kesini untuk menjengukmu naa ... ada masalah ?"jawab ibu lugas, sambil menatap hans dengan galak. lalu pandangan ibu beralih menatap tajam kearah sirena. seandainya dapat mengeluarkan sinar laser. mungkin tatapan ibu dapat membelah tubuh sirena hingga menjadi potongan kecil. Hans menjawab dengan menggelengkan kepalanya. tidak berani membalas tatapan mata ibu, benar-benar tidak bisa berkutik.     

"Aku dengar kondisi kamu sudah lebih baik sekarang naa..." lanjut ibu hans, sengaja bertanya dengan nada sarcasm. tanpa kehangattan sedikitpun dalam nada bicaranya.     

"Luka dikepalaku masih belum sembuh tante, dan aku juga masih belum bisa berjalan " jawab sirena dengan nada memelas. mengeluhkan keadaan-nya sekarang. "Yeah I see.... jadi lain kali, berhati-hatilah saat menyetir. agar tidak terjadi kecelakaan fatal begini."     

"Karena selain menyusahkan dirimu sendiri, juga membuat susah orang lain. paham !. by the way...kemana perawat pribadi kamu ?!. bukankah ia dibayar mahal untuk merawatmu... setahuku, mengajakmu jalan-jalan keluar adalah tugasnya bukan ? kenapa dia tidak mendampingimu disini" tanya ibu sinis. sengaja mencecar sirena dengan terbuka. terdengar kejam, tanpa rasa simphaty sedikitpun.     

Wajah sirena tampak gentar, "Hans kepalaku sakit..." keluh sirena sambil menyandarkan kepalanya disisi tangan hans. merajuk manja, ibu tampak tersenyum sinis menatapnya, seolah sudah sangat hafal dengan intrik murahan seperti itu. sirena jelas merasa canggung, terus menggoyang tangan hans untuk segera membawanya pergi. merasa tidak nyaman dengan tatapan mengintimidasi ibu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.