Shadow of Love

Tolong datang secepatnya



Tolong datang secepatnya

0Anita terbangun dari tidur, ketika merasakan rasa sakit dan mulas diperutnya, ia telah berkali-kali ke kamar mandi untuk buang air, namun tetap tidak mengurangi rasa mulas yang semakin lama justru terasa semakin hebat. ia lalu mengambil smartphone untuk meminta bantuan mamah. Ia tertegun sejenak menatap layar ponselnya. 'Ahh bagaimana jika mamah tahu saat ini hans tidak sedang bersamaku. pasti mamah akan murka', Anita segera mengurungkan niatnya menelfon mamahnya. ia tidak bisa membayangkan bagaimana kekacauan yang akan terjadi jika mamah sampai tahu keadaannya kini. mamah pasti akan melabrak hans juga ibu hans yang dipikirnya telah mengabaikan keadaan-nya.     

Mata anita segera mencari nomor alternative yang sekiranya dapat ia hubungi. dan matanya tiba-tiba menangkap pada tulisan "my personal doctor" di layar contact ponselnya. wajahnya tampak bimbang saat akan menekan nomor telfon itu. ia tidak dekat secara personal dengan dokter pribadinya, namun bukannya dokter kandungan pribadinya bertanggung jawab atas persalinannya. anita menganggukkan kepalanya. membenarkan diri. akhirnya dengan mantap ia menelfon dokter pribadinya untuk meminta bantuan.     

Sekian menit ia menunggu balasan telfon, namun panggilan telfonnya tidak juga diterima oleh dokter pribadinya. membuat anita merasa frustrasi. ia memegangi perutnya dengan erat. menahan rasa sakit yang terasa melilit kian konstan pada perutnya.     

Ia menoleh kearah samping. melihat jam diatas meja yang menunjukkan pukul 3.20 pm, waktu ternyaman saat semua orang tertidur pulas dengan mimpi indahnya masing-masing. jadi wajar saja jika panggilan telfonnya diabaikan. 'Bagaimana ini... apakah sebaiknya aku telfon hans... Aa~ghhhh...' Anita kembali meringis kesakitan. keringat dingin tampak membasahi dahinya. terus mencoba menahan rasa sakit yang semakin lama terasa semakin hebat. namun saat akan menekan nomor telfon hans. tiba-tiba ia teringat pertengkaran mereka tadi sore tadi. dan anita segera mengurungkan niatnya. 'Ahh tidak akan. ini bukanlah solusi. aku tidak akan membuatnya datang karena bayiku. tidak akan !' Anita teringat pertengkaran dengan hans sore tadi, ia mengertakkan giginya dengan kesal, segera mengurungkan niatnya menelfon suaminya. baginya lebih baik menahan sakitnya sekarang daripada meminta bantuan suaminya. biar bagaimanapun harga dirinya tidak sebanding dengan sakit perutnya.     

Dalam keadaan bingung dan kalut tiba-tiba jenny muncul dalam benaknya. ia tahu jenny adalah orang yang cepat tanggap. selalu bisa diandalkan kapan saja. ia tahu jenny pasti akan membantunya jika ia minta. Anita segera menekan contact nama jenny. benar saja tanpa menunggu lama jenny langsung mengangkat telfonnya, hanya dalam sekali panggilan saja. hati anita merasalega. langsung menghembuskan nafas panjang.     

"Jen... bisakah kamu membantuku... aku sepertinya akan melahirkan....bisakah kamu menolong membawaku ke rumah sakit sekarang.. please." pinta anita dengan nada memohon.     

"Hahh serius nit !, tapi, emang bapak tidak bersamamu..." Jenny ikut panik sekaligus merasa bingung. langsung beranjak dari tempat tidurnya. dan menyalakan lampu kamar.     

"Aku tidak bisa menjelaskan padamu sekarang.... tolong aku dulu jenn..."     

"Iya. baiklah... aku segera kesana sekarang. kamu bertahanlah.. aku akan sampai dalam beberapa menit okay..." jawab jenny dengan suara panik. ia tidak lagi mempertanyakan apapun pada anita. ketika mendengar suara kesakitannya. segera bergegas mengganti pakaian dan membenahi rambut panjangnya seadanya.     

"Aku berangkat sekarang nit. kamu bertahan sebentar okay"     

"Iya. aku tunggu jen, tolong usahakan datang secepatnya yahh. aku sudah tidak tahan" meski suara anita begitu lirih namun jenny dapat mendengar dengan jelas rintihan kesakitan anita. membuatnya semakin panik, seumur hidup ia tidak pernah berhadapan dengan keadaan darurat seperti ini. bagaimana ia dapat menolong anita menghadapi persalinannya. 'Bagaimana ini..."     

.     

.     

Langit tampak menguning keemasan, bertanda pagi telah datang. jalan raya juga masih terlihat lenggang dari lalu lalang kendaraan. sesosok pria muda nan tampan mengenakan kemeja berwarna putih bersih yang dipadu blue trouser duduk dibelakang setir kemudi dengan tidak sabar. wajahnya terlihat gelisah, menunggu lampu merah didepannya berubah menjadi hijau. ia memukul gagang setir didepannya dengan keras. lalu mengusap rambutnya kasar. terlihat frustrasi dengan lambatnya lampu merah berganti hijau. ia sedang diburu waktu, agar tiba di rumah sakit tempat secepat ia bisa. untuk menemui cintanya yang kini sedang berjuang antara hidup dan mati.     

Jennifer mengabarkan pada prastian tentang keadaan Anita saat ini, menelfon prastian dengan panik, mengatakan bahwa anita harus segera menjalani operasi Caesar sekarang juga. anita berkeras meminta jenny untuk tidak menghubungi suaminya hans, anita ingin jenny sendiri yang tanda tangan surat perjanjian medis untuk tindakan invasif/operatih. meminta jenny bertindak sebagai wali yang bertanggung jawab atas dirinya.     

Tentu saja jenny merasa sangat ketakutan, ia takut dengan resiko yang harus dihadapi jika sesuatu yang buruk menimpa sahabat sekaligus istri boss nya itu. Maka secara diam-diam ia menghubungi prastian untuk segera datang ke rumah sakit. kebetulan setelah dikenalkan oleh anita saat itu. mereka sempat bertukar nomor telfon, dan prastian satu-satunya orang yang iatahu mempunyai kedekatan secara personal dengan anita.     

"Hallo pras. kamu sudah sampai dimana sekarang?, nita sudah kesakitan bangett, ia sudah tidak tahan lagi. tolong cepat sedikit " seru Jenny. dengan suara gemetar.     

"Aku sudah sampai, kamu dimana ?" tanya prastian kebingungan.     

"Kamu jalan ke IGD sekarang. aku tunggu kamu disana !" seru Jenny, seraya berlari kecil kearah pintu keluar unit gawat darurat. matanya langsung berpencar kesegala penjuru, terus berjalan keluar area IGD untuk menemukan prastian.     

Jenny auto berseru memanggil nama prastian. tatkala melihat sosoknya sedang mencari-cari, tampak berjalan kebingungan.     

"Praaass..... disini " teriak jenny. memanggil prastian dengan keras agar berjalan menuju kearahnya. prastian menoleh kearah sumber suara dan langsung mengangkat tangannya keatas tanda noticed keberadaan jenny. prastian segera berlari kecil menuju kearahnya. raut wajahnya seketika berubah lega, mereka berbicara sebentar. spontan jenny menggandeng tangan prastian untuk berjalan kedalam ruang IGD didepan mereka.     

"Dokter .... ini wali ibu Anita sudah datang. ia sudah siap untuk tanda tangan surat persetujuan operasinya." ucap jenny lantang. menyerahkan prastian kemeja jaga. sambil menunjuk kearah wajah prastian dengan penuh percaya diri. tidak peduli dengan tatapan prastian yang langsung menatapnya awkward. 'Nih cewek benar-benar ajaib. antara polos dan gak tahu malu ckckckck, apa gak bisa ngomongnya halus sedikit gitu'     

"Ohhh baik.... silahkan duduk dulu" seorang laki-laki berpakaian APD lengkap berwarna hijau tua langsung mempersilahkan prastian untuk duduk dikursi didepannya. prastian segera duduk, sembari menunggu petugas medis melakukan pekerjaannya. seorang dokter berpakaian putih mengambil beberapa form yang sudah dipersiapkan sebelumnya. kemudian menghampiri meja prastian dan berbicara dengan nada tenang.     

"Begini pak.... keadaan Ibu anita saat ini tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal , karena kontraksi perutnya tidak disertai dengan pembukaan juga karena ketubannya sudah pecah dini jadi harus segera dilakukan tindakan operasi caesar untuk menyelamatkan ibu dan bayinya " jelas petugas medis itu panjang dan lebar.     

"Saya mengerti dok.. ..dokter lakukan saja semua tindakan terbaik untuk menolong anita.... tolong selamatkan dia dan bayinya...please ", jawab prastian memohon.     

"Baik pak... kalau begitu tolong segera isi form ini dan tanda tangani , tolong dibaca dulu point-point nya sebelum ditanda tangani, setelah itu kami akan segera melakukan operasinya."     

Prastian sejenak membaca dengan seksama form perjanjian tindakan medis ditangannya. dan tanpa berpikir panjang ia langsung menanda tangani ketiga lembar form yang diajukan kepadanya.     

"Sudah dok.... tolong segera dilakukan tindakan operasinya," ucap prastian mantap. seraya menyerahkan kembali bolpoint dan ketiga form yang telah ia tanda tangani pada petugas medis itu. "Baik ... kami akan berusaha yang terbaik untuk ibu anita. kebetulan dokter kandungan ibu anita telah tiba disini. dan beliau sendiri yang akan memimpin jalannya operasi",     

"Syukurlah kalau begitu ... terima-kasih banyak atas bantuannya ".     

Setelah mendapatkan surat persetujuan tindakan operasi. petugas itu mengijinkan prastian untuk melihat keadaan Anita sejenak. wajah prastian berubah memucat saat melihat anita tampak sedang mengerang kesakitan. ia tampak berbaring dengan posisi miring. rambutnya yang tergerai tampak basah oleh keringat, wajahnya terlihat pucat pasi , ia terlihat menangis sambil terus memegangi perutnya yang buncit. sesekali ia membalikkan badannya kekanan dan kekiri menahan rasa sakit sambil memegang erat gagang tempat tidur disampingnya.     

Wajah tampan prastian langsung membeku. sepasang matanya terus menatap anita dengan erat. hatinya terasa perih dan tersayat. merasa tidak berdaya, melihat cintanya merasakan sakit. tanpa dapat berbuat apapun untuk meringankan sakitnya. ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. menyalahkan dirinya sendiri yang begitu bodoh telah menyerahkan anita pada lelaki yang tidak pantas untuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.