Shadow of Love

Ia seharusnya tahu kondisimu



Ia seharusnya tahu kondisimu

0Prastian berdiri menyendiri diujung koridor ruang operasi, menghisap rokoknya dengan khidmat. sesekali pandangan matanya menatap tajam kearah pintu ruang operasi yang tampak tertutup rapat. 'Kenapa lama sekali.... apakah terjadi sesuatu bayinya ?.... apakah nita baik-baik saja?... ' batin prastian penasaran. ia menghela nafasnya panjang, raut wajahnya terlihat gelisah, merasa khawatir dengan kondisi anita yang tidak kunjung keluar dari kamar operasi. Prastian sangat berharap dokter segera keluar dari ruangan itu dan memberitahunya bahwa mereka telah menyelesaikan operasi pada anita dengan lancar. Prastian menjatuhkan rokok yang baru saja dihisapnya kelantai dan langsung menginjak dengan kaki kanannya kuat-kuat. ia kemudian masuk kembali keruang tunggu operation room. dan langsung duduk dikursi tunggu barisan paling depan yang tersedia disana.     

Beberapa menit berlalu...     

Tidak ada tanda-tanda dokter atau suster keluar dari kamar operasi. hati prastian semakin cemas. tanpa sadar ia terus mengetukkan sepatunya kelantai dengan berisik, membuat sebuah lantunan melodi tidak beraturan. otomatis membuat kesal Jennifer yang juga sedang duduk disebelahnya. yang juga sedang menunggui operasi anita bersamanya. sambil memasang wajah galak Jenny langsung menghardik prastian. sengaja menekan paha prastian dengan satu tangannya, agar berhenti bergerak. "Bisa diam gak !! berisik tau !" prastian spontan menoleh kesamping. hampir saja wajahnya menabrak wajah jenny yang tiba-tiba telah berada tepat didepan wajahnya.     

GLEK !     

Prastian menelan ludahnya sendiri. wajahnya seketika berubah memerah malu. merasa kaget sekaligus awkward sendiri. 'Apa-apaan nih cewek. main pegang-pegang aja !, huhh ternyata temperamentnya jelek juga. menyeramkan'. Prastian otomatis berhenti mengetuk sepatunya kelantai. jenny segera melepaskan tekanan tangannya pada kaki Prastian. ia lalu kembali duduk manis dikursinya, dan kembali memejamkan matanya dengan damai. memasang wajah datar, bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun. 'Ckckckck benar-benar cewek ajaib', tanpa sadar prastian terus menatap kearah jenny yang asik memejamkan matanya.     

"Jen.... jam berapa kamu membawa nita kesini ?" tanya prastian ragu, mencoba membuka percakapan pada jenny yang terlihat cuek padanya.     

"Sekitar jam tiga pagi, kenapa....". spontan jenny membuka matanya kembali, balas menatap prastian tenang.     

"Bagaimana keadaan nita saat itu"     

"Saat menelfonku, nita sudah dalam keadaan kesakitan, ia memintaku membawanya ke rumah sakit" jelas jenny apa adanya. sambil mendengakkan posisi badannya, dan menoleh kearah prastian face to face. "Aku langsung datang ke apartmentnya saat itu juga, sampai disana ternyata nita sudah menungguku di lobby bawah, jadi aku langsung membawanya kesini sesuai keinginan nita".     

"Ohh i see, btw kenapa kamu tidak menelfon suaminya ?" tanya prastian penasaran, seraya menatap jenny dengan ekspresi wajah serius.     

"Nita melarangku ! apapun yang terjadi, dia melarangku menghubungi bapak ...ia bahkan berpesan, jika sesuatu yang buruk terjadi dengannya, ia memintaku menelfon mamahnya daripada bapak. tapi masalahnya aku lupa meminta nomer telfon mamahnya, sementara keadaan-nya tadi sudah tidak bisa diajak berkomunikasi lagi karena saking sakitnya. makanya aku telfon kamu untuk menelfon mamahnya nanti jika dibutuhkan"     

Prastian menganggukan kepalanya berulang kali, tampak mengerti dengan situasi Jenny. ia tahu jenny berkata yang sebenarnya. karena ia sangat mengenal kharakter keras kepala anita. sejak dulu jika ia mempunyai masalah. Anita selalu ingin menanggungnya seorang diri. memilih menahan rasa sakitnya sendirian. tidak ingin membaginya pada orang lain. hingga sering membuat prastian merasa frustrasi sendiri.     

*     

*     

Dua jam kemudian.....     

Seorang dokter perempuan berpakaian APD lengkap tampak keluar dari kamar operasi. ia tampak langsung melambaikan tangan, mengkode prastian untuk masuk kedalam ruang operasi. merekalalu berbicara diruang depan kamar operasi, dokter itu mengabarkan kalau operasi berjalan lancar, anita telah melahirkan anak berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2,8 kg, dan panjang 49 cm. kondisi anita dan anaknya juga dalam keadaan sehat. "Terima-kasih dokter atas kerja kerasnya " ucap prastian seraya mengambil tangan dokter dan menjabat tangannya. mengucapkan rasa terima-kasih. wajahnya seketika berbinar. senyum simpul mengembang cerah pada wajah tampannya.     

"You're welcome pak. sudah tugas saya membantu ibu anita menjalani proses persalinannya .." dokter wanita yang memimpin jalannya operasi caesar anita ternyata adalah dokter kandungan pribadi anita sendiri. "Terus terang selama ini saya penasaran dengan suami ibu nita, karena beliau selalu datang check up rutin ke saya sendirian , tanpa didampingi anda. senang sekali akhirnya dapat bersapa secara langsung dengan anda sekarang pak hans...." dokter itu membalas jabat tangan prastian dengan senyum ramah.     

"Ohh itu, ... maafkan saya, karena terlalu sibuk selama ini" jawab prastian gugup. salah tingkah sendiri dengan kesalah pahaman dokter padanya. namun ia memilih membiarkan kesalahan pahaman itu. dan bersikap se-natural mungkin berperan menjadi suami anita.     

"Dok ... bisakah saya melihat isteri saya sekarang"     

"Tentu saja bisa pak ... ibu anita sekarang sudah kita pindah ke kamar perawatan.... bapak bisa langsung kesana sekarang"jawab dokter dengan ramah, mempersilahkan prastian untuk langsung menjenguk anita diruang perawatan. Prastian langsung menganggukkan kepalanya paham. mengucapkan terima kasih, dan segera berpamitan.     

Dengan langkah bahagia prastian menuju ke kamar perawatan Anita, hatinya seperti hujan disiang hari, begitu sejuk penuh harapan. ia dapat menyimpulkan anita dan suaminya sedang dalam pertengkaran serius saat ini. terlihat saat anita bahkan menolak untuk memberitahu kondisinya pada hans disaat dirinya bertarung antara hidup dan mati. prastian tahu, sikap anita itu pasti dilandasi pertengkaran sengit antaramereka dengan level tidak termaafkan. tanpa sadar tersenyum samar penuh arti.     

Sesampai didepan kamar VVIP nomor. 107 , prastian menghentikan langkahnya sejenak. mengatur nafasnya perlahan. menenangkan diri. jantungnya berdegup semakin kencang. ia kembali menarik nafas panjang. lalu mendengakkan wajahnya keatas. berusaha keras menekan perasaan gugupnya.     

Perlahan tangannya membuka pintu kamar didepannya, yang merupakan kamar perawatan khusus wanita pasca bersalin. ia kemudian melangkah masuk kedalam ruangan dengan langkah senyap. tatapan matanya melihat keseluruh penjuru ruangan. dinding kamar perawatan terlihat bercat putih bersih dengan dekorasi minimalis. hanya berhias dua buah lukisan bunga yang terpajang di dinding ruangan. suasana dalam ruangan begitu tenang tanpa suara.     

Langkah prastian terhenti didepan ranjang tidur anita. hatinya seketika berdebar keras, melihat kearah sosok cinta pertamanya tampak terbaring lemah di ranjang tempat tidur , wajahnya tampak pucat pasi. prastian merasa jantungnya seakan tertikam sebilah pisau. begitu sakit dan pilu. tangan besar prastian dengan lembut membelai rambut anita. 'Mulai sekarang, aku tidak akan membiarkanmu terluka sendirian lagi ....'     

Prastian menundukkan wajahnya kebawah. hatinya merasa hancur berantakan melihat anitanya, terbaring lemah didepannya. "Pras...." suara lemah anita memanggil namanya. matanya yang sayu tampak melihat kearah prastian kebingungan. seakan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.     

"Kamu sudah bangun nitt..." sapa prastian lembut. sengaja bersikap biasa saja, seolah mereka adalah pasangan yang seharusnya mengasihi satu sama lain. "Kamu hebat sekali nita.... kamu kini sudah menjadi seorang ibu... selamat yah " lanjut prastian hangat seraya mengenggam tangan anita lembut.     

Dengan sisa kekuatannya anita segera melepas gengaman tangan prastian padanya. seraya tersenyum awkward. "Bagaimana dengan anakku " tanya anita masih dengan suara lemah. meskipun suasana terlalu membingungkan untuknya. Anita tidak mengerti bagaimana bisa prastian tiba-tiba telah berada dikamar itu bersamanya. namun ia menginggat dengan jelas bahwa ia telah melahirkan anaknya. wajahnya tampak berubah tegang saat tidak mendapati anaknya yang tidak berada dalam ruangan bersamanya.     

"Anak kamu ganteng bangett nitt… dia baik-baik saja. sehat dan sempurna. saat ini ia masih berada dalam incubator di ruang khusus perawatan anak untuk menstabilkan kondisinya. kalau sudah normal, suster pasti akan segera membawanya kesini untuk berada bersamamu" ucap prastian menjelaskan. agar anita dapat merasa tenang. Anita segera menganggukkan kepalanya mengerti, lalu tersenyum kecil sebagai tanda terima-kasih.     

"Ahh jangan tersenyum menggodaku begitu, aku tidak bisa diginiin ...." balas prastian seraya sengaja memegangi dadanya sendiri merasa tidak kuat.     

"Kamu jangan ngebanyol dulu pras .... aku abis operasi, masih sakit kalau buat tertawa pakk !". jawab anita seraya memukul lemah tubuh prastian sekenanya, sambil berusaha menahan tawa sebisanya. "Sorry bukk khilaf ehh..." timpal prastian meledek. langsung menangkap tangan anita dan mengenggamnya erat. dan mereka saling bertatapan sambil menahan tawa.     

Prastian memang selalu begitu, dalam situasi apapun , dia pasti mampu membuat anita tertawa dengan segala tingkahnya yang tidak terduga.     

Tokk tokk tokk !     

Pandangan prastian dan anita kompak menatap kearah pintu ruangan, saat melihat Jenny datang dengan meggeret sebuah koper berwarna silver masuk kedalam ruangan. Anita spontan melepas gengaman tangan prastian padanya. seraya menatap kearah jenny gugup.     

"Ehh kamu sudah bangun nit... "sapa Jenny hangat, saat melihat anita tampak membuka matanya dan melihat kearahnya.     

"Aku tadi pergi sebentar, mengambil kopermu yang ketinggalan dimobil..." jelas Jenny pada anita.     

"Terima kasih banyak Jennifer sayang. maaf sudah banyak ngerepottin kamu " ucap anita masih dengan suara yang lemah. setelah meletakkan koper kesudut ruangan, jenny berjalan mendekat ke tepi ranjang anita. "Apakah kamu sudah merasa lebih baik ?"     

"Iya. aku sudah tidak sakit lagi. tenang saja...."     

"Syukurlah kalau begitu. aku ikut tenang. .. nitt, apakah tidak sebaiknya kamu mengabari bapak sekarang ?" tanya Jenny setengah membujuk pada anita. prastian yang duduk disampingnya otomatis menatap jenny dengan keras, seketika wajahnya tampak kesal. namun ia berusaha tenang dan tetap dengan diamnya.     

"Jangan please …"jawab anita spontan kaget. langsung mengambil tangan jenny disampingnya. seraya memasang wajah memohon.     

"Aku tidak ingin anakku menjadi alasan untuk menahannya jenn please...." jawab anita tegas, raut wajahnya seketika berubah muram.     

"Tapi nit... biar bagaimanapun bapak seharusnya tahu kondisimu sekarang, bahwa kamu sudah melahirkan anaknya"     

Wajah anita seketika memerah, air mata perlahan membanjiri pipinya. spontan jenny memeluk tubuh lemah anita dengan lembut. menghapus air matanya yang terus mengalir diwajah cantiknya. " Baiklah. terserah apapun keputusanmu ...jangan menangis okay .. aku berjanji tidak akan memberitahu apapun pada bapak, aku janji.... jadi kamu tidak boleh menangis lagi" Jennifer tampak ikut menangis bersama anita.     

"Kamu istirahat yang cukup, agar cepat sembuh yahh "     

Anita mengangguk kan kepalanya tanda setuju.     

Prastian menyaksikan semuanya dalam diam. diwajahnya tergambar jelas bahwa dia sudah mengerti situasi rumah tangga anita saat ini. dan dia juga mengerti apa yang harus dilakukanya selanjutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.