Shadow of Love

Saya tidak bermagsud memata-matai



Saya tidak bermagsud memata-matai

0"Maaf saya terlambat ... " ucap hans tenang, dengan gerakan reflect, satu tangannya merapikan jas hitamnya sambil berjalan masuk kedalam ruang pertemuan.     

Hari ini wajahnya tampak lesu, tidak bersemanggat seperti biasanya. mata tajam yang biasanya terpancar cerah, seakan meredup oleh rasa lelah yang tergambar jelas diwajahnya. jenny dengan sigap memberikan sebuah map putih tepat didepan meja hans. yang berisi berkas laporan data untuk pembahasan dalam rapat mereka. jenny kemudian mengambil tempat duduk disebelah kanan hans, ia mulai sibuk mengetik sesuatu dengan laptop didepannya. sesekali terlihat ia membenarkan letak kaca mata minus yang ia kenakan yang tampak semakin turun ke hidung. dengan mimik wajah super serius, Jenny bersiap mendampingi hans seperti biasanya.     

Semua orang didalam ruangan tampak dengan khidmat mendengar pemaparan dari hans, tangan mereka terlihat mencatat semua point arahan dari hans di notebook mereka masing-masing, sesekali mereka menganggukan kepala dan mengapresiasi pemaparan hans.     

Selama lebih dari tiga puluh nenit hans memimpin jalannya rapat. mimik wajahnya tampak berwibawa dan penuh percaya diri seperti biasanya. ia duduk dimeja paling depan, sementara para bawahannya yang terdiri dari para pimpinan management duduk melingkar mengitarinya. dibelakang hans terpampang layar LCD yang sedang menyala dan tampak mempresentasikan sebuah grafik proyek terbaru mereka di Surabaya dan Bali.     

"Apakah ada pertanyaan ?" tanya hans, usai panjang lebar memberi pemaparan pada para bawahannya, sambil matanya memencar mengitari peserta rapat itu.     

Suasana tampak hening...     

"Baik !.. jika memang tidak ada lagi pertanyaan, saya anggap kalian semua paham dengan apa yang saya arahkan. jadi kita akhiri pertemuan hari ini. Selamat bekerja untuk semua divisi!!!, Mari kita bekerja bersama untuk suksesnya proyek kita"     

Semua orang didalam ruangan langsung ikut berdiri, sebagai tanda hormat pada hans yang keluar dari ruangan meeting. Jenny dengan tenang mengikuti langkah hans dibelakangnya. dan bersama menaiki lift menuju lantai tujuh, kantor utama hans.     

" Jenn.... " hans tiba-tiba menghentikan langkahnya, sejenak menatap kearah jenny dengan bimbang.     

" Iyaa pak..."     

Raut wajah hans tampak gelisah seolah ingin menanyakkan sesuatu, "Hmm tidak jadi ..." dengan lesu ia mengurungkan niatnya bertanya sesuatu pada jenny, ia memilih melanjutkan berjalan masuk menuju keruangan kantor pribadinya.     

*     

*     

Hans terus menelfon anita berulang kali. wajahnya terlihat gelisah, tangannya mengetukkan bolpoint hitam keatas meja, tidak sabar menunggu jawabban panggilan telfon dari anita. namun setelah sekian menit menunggu, dan tidak kunjung mendapatkan response juga. Hans akhirnya memutuskan untuk pergi menemui anita secara langsung. ia memutuskan untuk datang ke apartmentnya yang terletak dipusat kota. untuk mengakhiri perang dingin mereka berdua.     

Sebenarnya, ini adalah hari ke empat pasca pertengkaran mereka tempo hari. ia sengaja tidak menelfon anita beberapa hari terakhir, untuk memberi waktu anita menenangkan diri. meskipun hatinya merasa rindu namun ia berusaha bersabar karena ia sadar telah berbuat salah pada isterinya. namun akhirnya ia menyerah. ia tidak dapat menahan rasa rindunya lebih lama lagi.     

Hans bergegas masuk ke dalam lift, lalu memencet tombol dua puluh satu, yaitu lantai apartment tempat tinggal Anita. Sesampai didepan pintu apartment, ia segera memencet tombol pintu, berlagak sebagai tamu agar anita membuka pintu untuknya. ia berpikir saat ini anita mungkin masih marah padanya, pasca incident ciuman sirena kala itu. membuat hans tidak berani untuk masuk kedalam apartment sebebas dulu. 'Ayolah sayang. bukain pintu untukku', hans kembali menekan tombol bell putih didepan pintu. mencoba bersikap sabar menghadapi sikap keras kepala istrinya. ' Huhh gadis ini benar-benar susah ditaklukan !' batin hans menggerutu.     

Sekian lama hans terus berusaha bersabar dan menunggu diluar pintu, namun anita tidak kunjung membuka pintu untuknya. akhirnya ia menyerah juga, ia lalu mencoba membuka pintu dengan menggunakan password yang sama seperti biasanya.     

CLAK !     

Pintu apartment terbuka. 'Hmm password pintunya masih sama. tidak diganti hehehe' batin hans bahagia, ia menjepit bibirnya kuat, menahan senyum bahagianya, seraya berjalan memasuki ruang tamu apartment.     

"Sayang.... sayang..... aku pulang..." hans mencoba memanggil anita dengan manja, kepalanya menoleh kekanan dan kekiri melihat situasi apartments yang terasa berbeda, ia lalu berjalan kearah kamar utama, tempat dimana biasanya anita menghabiskan waktu beristirahat atau bekerja dengan laptopnya.     

Mendadak hati hans berdesir hebat. saat mendapati suasana apartment begitu senyap. seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. sangat berbeda dengan suasana saat dirinya tinggal bersama anita sebelumnya. "Sayang.... sayang... kamu dimana..." teriak hans lagi, matanya berpencar mencari anita ke seluruh penjuru ruangan. sambil terus melangkah mencari anita kearah kamar mandi didalam kamar utama mereka. 'Hah apa jangan-jangan telah terjadi sesuatu yang buruk pada nita....' hans keluar dari kamar utama, berjalan menuju kearah ruang laundry yang berada diarea dekat dapur , matanya memencar berusaha mencari anita 'Ahhh tidak mungkin !, apartment ini dilengkapi system security yang ketat, tidak mungkin penjahat bisa masuk kesini tanpa melewati security' hans menggelengkan kepalanya sendiri, berusaha menghilangkan prasangka buruk yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya.     

Hans mengambil ponsel di kantong celananya, berusaha menghubungi ponsel anita kembali, namun betapa terkejutnya ia, ketika ia dapat mendengar suara getar ponsel dari kamar utama. dengan setengah berlari ia segera berjalan masuk kembali kedalam kamar, dan benar saja ia mendapati ponsel isterinya itu tampak tergeletak diatas meja disamping tempat tidur. 'Hahh...ternyata nita pergi tanpa membawa serta ponselnya ?... bagaimana kalau terjadi sesuatu urgent dengannya.' Hans mengerutkan dahinya, hatinya kini benar-benar dilanda rasa panik. ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada isterinya saat ini. ia kemudian mengambil ponsel anita, sambil melihat keadaan disekitar kamar. ia melihat semua barang-barang milik anita masih tersusun rapi ditempatnya, dan baju-baju anita juga tampak masih ada dilemari wardrobe nya.     

Hans tampak berpikir keras. ia berjalan mondar-mandir dalam ruang tamu, sembari memperhatikan sekali lagi seluruh ruangan dengan teliti. ia melihat bunga divase tampak sudah layu dan mengering, ini sangat aneh, anita adalah pecinta bunga dan suka kebersihan. hampir setiap hari ia selalu mengganti bunga diruang tamu dengan bunga segar yang baru. keadaan ini seperti menandakan bahwa anita sudah tidak ada dirumah dalam beberapa hari terakhir.     

Wajah hans mulai berubah panik dan tampak gelisah. ia segera memeriksa ponsel anita, melihat panggilan masuk dan keluar terakhir yang tertera dalam layar ponsel isterinya. ia memeriksa selain panggilan dari dirinya tertera nomor jenny sebagai panggilan terakhir anita. 'What... Jenny ? nita menelfon Jenny pada dini hari ? apa yangterjadi ? apakah mungkin mereka ngobrol hingga dini hari ?' hans tidak menemukan jawabban atas spekulasi dalam pikirannya. maka ia memutuskan untuk menelfon jenny dan menanyakkan langsung alasan anita menelfon dirinya selarut itu.     

"Jenn... kamu dimana sekarang?"     

"Saya masih dikantor pak... ada apa yah,? apakah bapak membutuhkan sesuatu ?"     

"Apakah kamu tahu dimana anita sekarang?". tanya hans to the point.     

DEGH ! ....     

Jantung jenny serasa ingin copot seketika. tangannya bergetar hebat. wajahnya auto berubah memerah. beruntung saat ini mereka tidak sedang berhadapan. hingga jenny tidak perlu menyembunyikan rasa gugup dan takutnya saat ini.     

"Apa magsud bapak ??" jawab Jenny berpura-pura tenang, berusaha agar nada suaranya terdengar biasa saja. sekuat tenaga menahan rasa terkejut dan takut dengan konfrontasi hans yang tiba tiba.     

"Aku menemukan ponsel anita dirumah , dan panggilan terakhirnya adalah menelfonmu, apakah kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku...."     

"Maaf pak.... saya benar-benar tidak mengerti magsud pertanyaan bapak??" jawab Jenny sok lugu. sambil meremas kertas dalam gengaman tangannya. "Hari itu, ibu menelfon saya seperti biasanya ... beliau bertanya tentang bagaimana bapak dikantor ... maaf yahh pak, saya tidak bermagsud memata-matai bapak. saya hanya menjawab pertanyaan ibu saja. bapak jangan khawatir, saya selalu berada dipihak bapak kok selama ini ... suwer..." lanjut Jenny, berpura-pura polos. melanjutkan acting seolah tidak mengetahui konflik antara boss dan isterinya.     

"Begitu yaa, .... tidak apa-apa jenn, aku mengerti kok... baiklah kalau begitu kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu," jawab hans pelan. tanpa menunggu response selanjutnya, ia segera mematikan sambungan telfonnya pada jenny.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.