Shadow of Love

Menikahlah denganku



Menikahlah denganku

0Hans telah selesai membersihkan diri. ia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang diikat simple dipinggangnya. tubuhnya yang berotot terlihat dengan jelas. memperlihatkan perut kencangnya yang begitu masculine. posture tubuhnya tampak sangat atletis. dengan rambut hitam yang ikal masih tampak basah menetes. satu tangannya tampak menyeka rambutnya yang basah dengan handuk putih. matanya tertuju kearah ranjang tidur didepannya yang telah kosong.     

Ia terkejut. seketika raut wajahnya berubah memerah. tatapan matanya seolah tidak percaya, melihat kearah ranjang tidurnya yang kini tidak berpenghuni lagi. tampak kosong dan senyap. dan rona bahagia diwajahnya perlahan memudar menjadi amarah.     

"A-ni- ta !!! Kau benar-benar yahh !! beraninya kau lari lagi dariku !" teriak hans dengan histeris. penuh emosi.     

"Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau berani mengejar cecunguk bang**t itu ! tunggu saja. aku pasti akan segera menemukanmu !! "     

"Ar-rghh !" hans berteriak dengan keras. hatinya terasa hancur. bercampur rasa marah yang kembali memuncak. ia     

mengusap wajahnya beberapa kali, sambil berjalan mondar mandir didalam kamar berulang kali. otaknya terus berpikir keras. memikirkan cara bagaimanamenemukan isterinya. 'Prastian ! Nita pasti pergi mencari prastian !' Hans langsung melempar handuk putih ditangannya kelantai.     

Dengan gerakan kasar ia mengambil satu botol air mineral diatas meja. dan meminumnya dalam sekejap.     

"Ar-rghh dasar wanita murahan !" hans mengacak-acak rambutnya dengan putus asa melampiaskan rasa frustrasi dihatinya. "Nita. . kenapa kamu begitu keras kepala !" Hans tertunduk lesu. tatapan matanya tampak berkaca-kaca. ia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. entah mengapa ia tiba-tiba merasa tidak bertenaga. tubuhnya terasa lemas bagai tidak bertulang. tanpa sengaja air matanya meleleh kebawah. Hans tampak menangis dalam diam.     

.     

.     

Anita turun dari taxi....     

Ia akhirnya telah sampai kembali dirumah tempat tinggalnya bersama jenny. baru saja ia membuka pintu pagar didepan rumah, tatapannya langsung tertuju pada senyuman hangat yang menyambutnya di teras depan rumah.     

"Yeay mommy pulang,..." sambut prastian dengan wajah gembira. sambil memainkan tangan Bryan yang tampak exited melihat kedatangan mommy nya. prastian tampak sedang mengendong Bryan dalam pelukannya. setia menunggunya pulang kerumah.     

"Kok belom bobok sih sayang mommy. ..." jawab anita, sambil memegang tangan kecil Bryan penuh cinta. melihat wajah polos puteranya. tiba-tiba anita merasa lebih baik.     

"Khan. Bryan tungguin mommy pulang. iya khan" jawab prastian mewakili Bryan. sengaja berbicara dengan nada sok imut.     

Anita tersenyum simpul. dengan sikap tenang, ia langsung nyelonong masuk duluan kedalam rumah, kemudian duduk disofa ruang tamu dan mulai melepas heels yang melekat dikakinya satu per satu.     

Prastian terus mengawasi tingkah anita dengan seksama, seolah sedang memastikan apakah terjadi sesuatu yang buruk padanya. memeriksa dengan instinct yang dimilikinya. saat melihat wajah anita yang tampak rileks dan tenang, prastian seolah merasa lega. ia kemudian mengambil duduk disofa disebelahnya. lalu kembali menatap anita dengan penuh perhatian.     

"Apakah kamu baik-baik saja ? " tanya pras lembut, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. bahwa wanita didepannya memang dalam kondisi baik-baik saja.     

Anita tersenyum kecil. berusaha memasang mimik wajah senormal mungkin. seolah tidak terjadi apa apa padanya. karena ia tidak ingin membuat prastian cemas. dan menciptakan drama baru antara prastian dengan hans. ia tidak ingin prastian mengetahui bahwa ia baru saja diperkosa oleh hans. yang pasti akan membuat prastian murka dan mencari hans untuk membuat perhitungan.     

"Jangan khawatir. kami tadi bicara secara baik-baik saja kok. sambil ngopi dicafe hotel jadi agak lama,"     

"Ohh begitukah ...."     

"Hmm...."     

"Jadi apakah kamu akan pulang kembali kerumahmu ?" tanya prastian penasaran. wajahnya tampak gugup. tapi ia tidak dapat menahan rasa ingin tahunya lebih lama lagi.     

"Apa magsudmu.... apa kamu tidak suka aku tinggal disini lagi,"     

"Bukan !.... tentu saja aku berharap kamu tetap tinggal disini ... bahkan kalau bisa untuk selamanya bersamaku..." jawab prastian polos. dengan mimik wajah super serius. dalam hatinya ia langsung bersyukur. anita memutuskan tetap tinggal bersama jenny. tidak ikut pulang dan tinggal bersama lagi dengan hans seperti kekhawatirannya tadi. Anita melirik kearah wajah prastian. ia tampak tersenyum geli. melihat ekspresi wajah lega prastian.     

"Nita... aku benar-benar merasa bahagia kamu tetap memilih tinggal disini.... sungguh.." ucap prastian lagi, seolah berusaha meyakinkan anita akan hatinya.     

"Aku tahu.... "     

"Mommy ganti baju dulu yahh sayang " anita sengaja berbicara pada Bryan. sambil memegang tangan kecilnya yang berada dalam gendongan prastian, ia segera berdiri meninggalkan prastian begitu saja. berjalan menuju ke kamarnya dan langsung menutup pintunya dari dalam.     

'Nita calm down... calm down....' Anita seperti akan meledak. ia sudah berusaha menahan tangisnya sedari tadi. dan berpura-pura tenang dihadapan prastian. padahal sebenarnya ia sedang kacau menenangkan dirinya sendiri. menahan hatinya agar kuat dan tidak boleh menangis. setidaknya jangan menangis sekarang. tidak boleh...     

Anita segera mengatur nafasnya. mencoba menenangkan hati dan pikirannya. sembari sibuk menganti gown hitam yang dikenakannya dengan kaos oblong nyaman yang biasa ia kenakan dirumah.     

Setelah ia merasa tenang. ia segera keluar kamar untuk menemui prastian kembali. ternyata Bryan sudah terlihat tertidur. ia melihat prastian yang sedang menidurkan Bryan dengan lembut di dalam box baby dikamarnya. menyelimuti lalu meninggalkannya untuk tidur dengan mbaknya.     

Prastian menghampiri anita yang tampak terus memperhatikan dirinya.     

"Katakan dengan jujur .... apakah terjadi sesuatu padamu ? Apakah hans memukulmu tadi ?!" tanya prastian cemas. sambil memeriksa wajah anita dengan seksama. saat bersama Bryan tadi ia tidak leluasa untuk memeriksa semu     

"Tidak pras... aku baik-baik saja. sungguh !" ucap anita berbohong. sembari memasang ekspresi normal.     

"Coba aku periksa kalau begitu. aku takut kau menyembunyikan lukamu dariku "     

"Luka apaan sih ! gak usah lebay deh!" Anita langsung menghempas satu tangan prastian yang mencoba memeriksa bagian wajahnya dengan lebih dekat. meskipun kini mereka kembali dekat, namun bukan berarti prastian dapat melanggar area privasinya. Anita merasa keberatan dengan tindakan prastian itu. karena bagaimanapun, statusnya kini masih istri sah hans. jadi ia tidak akan membiarkan prastian memiliki hak untuk menyentuhnya semaunya.     

"Syukurlah kalau kau tidak terluka ... tadi aku begitu menghawatirkan kamu," Prastian mengerti. Anita keberatan disentuh olehnya. ia segera menarik tangannya kebawah. mengurungkan niatnya menyentuh wajah anita. lalu berganti meraih satu tangan anita dan menariknya paksa menuju ruang tamu untuk mengajaknya berbicara secara private.     

Anita menuruti prastian. mengikuti langkahnya dari belakang. mereka duduk berdampingan disofa ruang tamu. prastian membalikkan badannya, duduk menghadap kearah anita. ia lalu mengenggam tangan anita erat dan menatapnya sendu.     

"Nita menikahlah denganku... "     

Anita tentu saja kaget. menatap kearah prastian dengan wajah tidak percaya. ibarat ia baru saja mendapat serangan bombastic dari hans. dan sekarang ia harus menerima serangan telak juga dari prastian.     

Anita menatap prastian dengan awkward. menjadi salah tingkah. ia tahu prastian sedang tidak bercanda. raut wajah prastian terlihat serius menatap kearahnya penuh harap. tapi ia merasa benar-benar tidak siap. dan tidak menyangka dengan lamaran prastian yang mendadak itu.     

"Pras... kamu jangan ngaco yah ! aku lagi gak mood bercanda denganmu " Anita melepas pegangan tangan prastian dan berpura-pura santai menghadapinya. tanpa sepatah katapun prastian berkeras mengikat tangan anita dengan mengenggamnya lebih erat. dan tidak melepaskan tatapannya sedikitpun pada anita. sebagai bukti bahwa ia sedang mengatakan keinginannya dengan serius.     

"Maafkan aku pras .... tapi aku benar-benar tidak bisa denganmu"     

"Mengapa..."     

"Kamu sendiri tahu, aku bahkan belum menyelesaikan perceraianku dengan hans saat ini, jadi bagaimana mungkin aku bisa menerimamu" ucap anita terus terang. seraya melepas gengaman tangan prastian dengan hati-hati. "Aku tidak bisa memberi harapan palsu padamu pras. maafkan aku...."     

"Kamu jangan khawatir nit... asalkan kamu berkata 'Ya' padaku. aku akan mengatur mengurus perceraianmu. aku akan menyewa beberapa lawyer untuk menyelesaikan perceraianmu sesegera mungkin, bagaimana..." ujar prastian dengan nada penuh percaya diri. mencoba meyakinkan anita.     

"Pras please.... aku benar-benar belum siap. aku tidak ingin membahasnya sekarang," pinta anita. dengan wajah memohon.     

"Tapi......"     

"Baiklah .. kalau begitu kita bicarakan lagi lain kali" prastian tiba-tiba dapat menangkap perubahan sikap anita padanya. dan hatinya merasa gentar. ia takut anita justru akan menjauh dan bersikap dingin lagi padanya. jadi prastian memutuskan untuk tidak memaksa anita untuk berbicara padanya saat ini. iya tahu ini sangat beresiko.     

"Kamu segera istirahat sana.... sudah malam" ucap prastian. sambil melihat kearah jam tangannya yang menunjukkan pukul satu dini hari. Anita menganggukkan kepalanya setuju.     

"Yaa udah. aku pamit sekarang yahh " sambung prastian, seraya mengecup tangan anita lembut.     

"Hati hati bawa mobilnya yah.... jangan ngebut"     

"Iya. pasti "     

Mereka berdua saling bertatapan, Anita mengantar prastian hingga masuk ke mobilnya dan perlahan pergi meninggalkan rumah.     

.     

.     

Jennifer menyandarkan dirinya kedinding kamar, sambil menghela nafas panjang . ia telah mendengar seluruh percakapan prastian dan anita di ruang tamu, tidak dapat disangkal hatinya terasa perih, bagai tertusuk pisau tajam. sangat menyakitkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.