Shadow of Love

Bagaimana kau menjelaskan ini



Bagaimana kau menjelaskan ini

0Setelah menyelesaikan pekerjaannya Jenny merapikan document- document ditangannya. lalu mengaturnya pada cabinet dibelakang meja kerjanya. beberapa hari belakangan, Hans sangat sibuk dengan urusan personalnya. ia bahkan meminta jenny untuk reschedule semua agenda meeting dan pekerjaannya. membuat jenny dapat pulang lebih cepat setiap hari. hikmahnya ia jadi dapat melakukan hobbynya berlatih taekwondo. yaitu olah raga bela diri yang berasal dari Korea, yang telah ia pelajari sejak dibangku sekolah dasar dulu. yang awalnya diperkenalkan oleh ayahnya yang ingin jenny belajar bela diri demi keamanannya di masa depan. tidak disangka akhirnya justru membuat jenny benar-benar menyukainya. bahkan menjadikannya sebagai satu-satunya olah raga favorite yang selalu ingin dilakukanya. karena selain bermanfaat untuk kesehatan. juga bermanfaat sebagai pertahanan diri dari bahaya. dan meskipun ia kini telah meraih sabuk hitam, ia tidak pernah menyombongkan prestasinya itu, ia tidak berminat untuk diperlihatkan kepada siapapun. ia menyimpan untuk dirinya sendiri.     

"Ehh Bapak ? ... " panggil Jenny setengah berteriak. merasa terkejut dengan kehadiran Hans yang tampak berdiri tepat didepan pintu pagar rumahnya. 'Baru juga nyampek rumah, sudah nyariin aja'. gumam Jenny merasa annoying sekaligus surprised. ia menoleh kesamping, menatap kearah pantulan cermin pada spion mobil, tangannya sibuk mengendalikan setir kemudi. berusaha memarkir mobilnya dibelakang mobil hans. ia tidak bisa memarkir mobilnya didalam garasi. karena mobil milik hans menghalangi jalannya. mobil hans terparkir tepat didepan gerbang garasi rumahnya.     

Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik. jenny keluar dari mobil dan segera berjalan menghampiri hans.     

"Ehh Jenny ? ngapain kamu disini...." tanya Hans kebingungan. tampak terkejut dengan kehadiran Jenny disana. ia mengeryitkan dahinya, tampak berpikir keras. saat melihat mobil milik Jenny tadi, ia mengira telah salah melihat orang. tentu saja karena bukan hanya jenny seorang pemilik mobil Ford merah di Jakarta ini.     

"Lah.. ini khan jam pulang kerja pak. wajar saja kalau saya pulang kerumah khan. bapak gimana sihh..."     

"Hah ... jadi ini rumahmu ?!" mendengar jawabban santai dari jenny sontak semakin membuat Hans semakin terkejut. namun detik selanjutnya ia seperti memahami sesuatu. seketika raut wajahnya berubah mengeras. tapi memaksakan diri untuk tersenyum manis kearah jenny. Jennifer memang sekretaris pribadinya. dan telah bekerja bersamanya hampir lima tahun lamanya. tapi kedekatan yang mereka jalin selama ini murni professional kerja. membahas tentang urusan kantor saja. Hans sama sekali tidak pernah kepo atau ingin mengetahui tentang dimana rumahnya, atau segala urusan personalnya. itu sebabnya hans benar-benar tidak tahu. jika alamat yang diberikan oleh informan yang ia bayar untuk menyelidiki keberadaan anita adalah merupakan rumah pribadi jenny.     

"Iyaa pakk..." Mendadak Jenny gugup, hatinya merasa tidak nyaman. ia seperti mempunyai firasat buruk dengan pertanyaan hans barusan, 'Ahh mampus ! sepertinya pak hans sudah tahu nita ada bersamaku ? Hah bagaimana ini.... 'pikiran Jenny langsung traveling. awalnya ia merasa aneh saja kenapa hans berada didepan rumahnya. namun saat ia melihat attitude menyelidik hans. ia langsung tahu, bahwa dirinya telah tertangkap basah. Jenny merasa takut setengah mati.     

"Boleh aku masuk ke rumahmu Jenn ?" tanya hans dengan suara keras memaksa.     

"Si-iiilaahkan pak" Tentu saja jenny tidak berani menolak permintaan hans untuk masuk kedalam rumahnya. nyatanya mereka kini telah berdiri tepat didepan pagar rumahnya. 'Hah tamatlah riwayatku !' Jenny tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. tubuhnya tampak gemetar, ia benar-benar ingin mencari tempat bersembunyi untuk lari dari kenyataan.     

Jenny menekan tombol 'open' kunci remote yang tergabung juga dengan beberapa kunci pribadinya. dan pintu pagar rumahnya terbuka lebar. tanpa basa basi hans langsung berjalan tergesa-gesa menuju ke pintu masuk rumahnya. tatapan matanya langsung berpencar melihat kesegala penjuru rumah Jenny dengan teliti.     

Hans kemudian masuk menuju ruang tamu. Namun seketika ia menghentikan langkahnya. saat ia mendengar suara anak kecil yang sedang mengoceh dari dalam salah satu ruang rumah Jenny.     

Hatinya tiba-tiba terasa sesak , dadanya terasa berat untuk bernafas. Hans mencoba mengatur nafasnya. memejamkan matanya sejenak. berusaha menenangkan dirinya sendiri. lalu menoleh kebelakang. menatap jenny dengan ekspresi wajah tenang.     

"Kamu tinggal sama siapa Jennifer ?", tanya hans pelan. suaranya terdengar parau. matanya terlihat berkaca-kaca.     

"Kenapa ada anak kecil dirumahmu?", Hati hans seolah ingin meledak. suara ocehan anak kecil itu terdengar begitu riang. namun mampu membuat hatinya tercabik pilu.     

"Ohh... itu Keponakan saya pak... kebetulan kakak saya tinggal bersama saya disini " jawab Jenny seadanya mencari alasan.     

"Ohh... jadi itu ponakanmu.... " Hans menganggukkan kepalanya, seolah mengamini jawabban jenny. bibirnya tampak melengkung, tersenyum sinis dan berbahaya.     

"Tapi sejak kapan kamu punya kakak Jen... mendadak sekali ? , bukannya kamu anak tunggal sepertiku ..."     

"Emm itu... magsud saya kakak sepupu pak... dia itu anaknya tante saya. tapi sudah saya anggap seperti kakak kandung saya sendiri...."     

"Ohh begitu. .. jadi kakak sepupu yahh... I see...."     

"Silahkan duduk dulu pak..." Melihat hans terus berdiri saja. Jenny berinisiative mempersilahkan hans untuk duduk di sofa ruang tamu. ia mengulurkan kedua tangannya. mempersilahkan hans untuk duduk di sofa besar yang berada di ruang tamu dibelakang mereka. tapi hans tidak bergeming. ia tampak menatap kearah jenny dengan waspada, ia memilih mengabaikan ajakan jenny. langsung melangkahkan kakinya menuju ke sumber suara anak kecil tadi.     

Jenny berusaha mencegah hans masuk ke kamar Bryan,     

"Silahkan duduk disana saja pak... didalam berantakan.. " Jenny sengaja menghalangi langkah hans. memasang badannya didepan hans, mencoba menggiring hans untuk tetap berada diruang tamu, tapi hans tidak memperdulikkan arahan Jenny, ia meraih bahu jenny dan mendorongnya kesamping dengan kasar. membuat jenny terhuyung.     

Dengan wajah penasaran hans terus berjalan menuju ke kamar dimana sumber suara anak kecil itu berada.     

"Apakah bapak mencari sesuatu ?" teriak Jenny panik. sengaja mengalihkan perhatian hans.     

Mendengar jenny berteriak keras padanya, Hans segera menghentikan langkahnya. ia menoleh kebelakang menatap jenny dengan tatapan menusuk tajam. seandainya bisa mengeluarkan sinar laser mungkin tubuh Jenny kini telah berlubang karenanya.     

"Iyaa... aku sedang mencari punyaku yang hilang, dan aku yakin ia berada disini !," jawab hans lantang. sengaja berbicara menantang kearah jenny. seketika bulu kuduk jenny berdiri. ia merasa ngeri dengan amarah hans yang seolah siap membakarnya hidup-hidup. membuatnya membeku gemetar.     

Pintu kamar Bryan tiba-tiba terbuka.....     

"Daa~da~daaaa … " suara riang itu menggema memenuhi seluruh rumah Jenny. Bryan seolah mengetahui kedatangan Jenny. ia sengaja memanggil Jenny dengan exited. tangan kecilnya terus memukul pagar mainan didalam kamarnya. tidak sabar untuk berlari kearah jenny. hati Jenny meleleh. tanpa sadar ia berjalan menghampiri     

"Ohh....My baby.... kangen sama bunda yah" sambut Jenny hangat, langsung berjalan menghampiri Bryan dikamarnya. mengangkatnya dari dalam area safety bermainnya. dan mengendongnya penuh kasih sayang.     

Hans tampak diam membeku. menyaksikan pemandangan di depannya, ia terus menatap bocah laki-laki kecil didalam pelukan Jenny dengan lekat, "What's your name... " tanya hans dengan suara bergetar, perlahan mendekati Bryan. Tapi Bryan segera menjauh. wajahnya tampak ketakutan, tidak mau menjawab pertanyaan hans, dan segera bersembunyi dipelukan Jenny.     

Jenny hanya dapat meringis pilu menyaksikan penolakan Bryan pada hans.     

"Bu Jenny, saya sudah siapkan makan malamnya di meja makan.... tadi ibu nita pesan, suruh bu jenny makan malam duluan, karena hari ini bu nita ada lembur. jadi pulangnya agak malam...". ucap mbak fitri lugu, baby sitter Bryan berbicara polos dan bebas hambatan bagai sedang berada dijalan tol.     

Hans tersenyum samar, menatap kearah Jenny sinis dengan amarah yang berkobar. tatapan mata hans yang tajam seolah sedang menguliti dirinya. Jenny memaksakan diri tersenyum awkward. ia merasakan tubuhnya kini bagai tak bertulang. dan ia sepertinya mau pipis ditempat.     

Hans lalu menganggukkan kepalanya mengerti. dengan santai ia berjalan menuju ke kamar Bryan, mengamati keadaan kamar Bryan dengan seksama, ia lalu berkeliling memasuki ruangan demi ruangan dirumah Jenny.     

'Nita .... ternyata selama ini kamu berada sangat dekat denganku' gumam hans dalam hati.     

'Huhhh. bodohnya aku' hans tersenyum lebar, seolah sedang mentertawakan kebodohannya sendiri. sesekali ia memukul kepalanya dan mendengakkan wajahnya keatas. menahan rasa marah juga kesal dengan kenyataan yang ia hadapi kini. yang benar-benar diluar dugaannya.     

Jenny segera memberikan Bryan ke mbak fitri. mengkodenya untuk mengajak Bryan bermain dikamar.     

Ia lalu kembali menutup kamar Bryan dengan perlahan. lalu berjalan lunglai mencari tempat duduk di ruang tamu. ia benar-benar merasa lemas dan tidak bertenaga. ia sudah pasrah dengan nasibnya kini.     

Hans langsung menyusulnya keruang tamu. dan duduk tepat didepan Jenny. wajahnya terlihat mengeras. seperti polisi yang siap menginterogasi penjahat.     

Hans menatap Jenny tajam. penuh rasa kesal plus jengkel yang menumpuk dihatinya.     

"Bagaimana kau akan menjelaskan ini Jennifer " tanya hans sinis.     

"Saya minta maaf pak..." jawab Jenny pelan. menundukkan kepalanya dalam-dalam. tidak berani menatap balik kearah boss nya itu.     

"Nyalimu besar juga yah !. Berani betul kau menghianatiku !" ucap hans dengan nada lemah setengah mengejek.     

"Saya benar-benar minta maaf pak..."     

"Saya tidak bermagsud menghianati bapak ,... ibu anita yang meminta saya melakukannya pak... suwer ! saya benar-benar tidak berdaya" Jenny berusaha menjelaskan situasinya.     

"Aku sungguh kecewa padamu Jenn.. apakah kamu lupa akulah yang membayarmu ?! akulah boss mu. akulah yang berhak memerintahmu !" suara hans mulai meninggi, seolah ingin menunjukkan dengan jelas dominasinya pada Jenny.     

"Saya bersedia keluar dari kantor untuk menebusnya pak, jika bapak berkenan. saya akan mengundurkan diri sekarang juga ...."     

"Huh enak saja! Kau pikir semudah itu kau bisa lepas dariku !"     

"Jangan mimpi !" bentak hans keras. menatap jenny semakin kesal.     

GLEK ! Jenny menelan ludahnya dengan berat. 'Lalu aku harus bijimana dong ?!'     

"Maafkan saya pak..." suara Jenny serak, menahan isak tangis. Hans mengepalkan tangannya dengan kuat , darahnya seperti mendidih. ia tentu saja tidak dapat menerima penghianatan Jenny ini .     

"Kamu harus membayar semua kesalahanmu padaku" gertak hans galak. jari telunjuknya menunjuk tegas kearah Jenny.     

"Mulai sekarang kau harus mengikuti rencanaku , dan memihakku sampai akhir."     

"Paham !!" bentak hans.     

Jenny hanya bisa menganggukkan kepalanya berulang kali, pasrah sepasrah-pasrahnya. Hans melihat jenny tampak sudah tidak berkutik. ia tahu, kali ini jenny tidak akan berani menghianati dirinya. lagian ia kini telah mengetahui dengan persis dimana isteri dan anaknya.     

Hans menatap kearah depan. melihat kearah pintu kamar Bryan. "Siapa nama anakku Jenn... " ucap hans sendu. tiba-tiba hatinya terasa pedih saat ia ingat Bryan menolak disentuh olehnya.     

"Bryan pak.... Bryan Siddhartha Wijaya ..." jawab Jenny pelan.     

Hans mengusap kepalanya, mengeryitkan kuat matanya. memegangi hidungnya. bertahan sekuat tenaga agar tidak menangis.     

"Syukurlah. Ternyata nita masih mengingatnya... aku yang memberikan nama itu padanya jenn.." hans tampak tersenyum, air matanya tiba-tiba jatuh menetes. tanpa dapat ia tahan lagi.     

"Tapi, mengapa ia memanggilmu bunda??"     

"Ahh. itu.... Ibu sendiri yang mengajari Bryan memanggil saya dengan bunda pak , juga memanggil prastian dengan ayah..."     

"Hahaha kalian benar benar funny ... ."ucap hans meledek. tertawa terbahak. tetapi sorot matanya tampak tajam. menahan amarah yang siap meledak.     

"Jadi kalian juga tinggal bersama dengan prastian disini Hah !!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.