Shadow of Love

Mulai sekarang kamu handle prastian



Mulai sekarang kamu handle prastian

0"Tidak pak,... bukan begitu magsud saya .... Prastian tidak tinggal disini. sungguh ! ... ia hanya sesekali berkunjung main kesini untuk menengok Bryan. bu nita tinggal bersama saya dan Bryan saja dirumah ini. dan sebenarnya hubungan ibu nita dan prastian hanya sebatas teman saja selama ini. jadi tidak ada yang perlu bapak cemaskan tentang hal itu," dengan wajah penuh ketakutan Jenny segera menjelaskan situasi yang sebenarnya pada hans. ia tidak ingin hans salah paham pada hubungan anita dengan prastian. meskipun ia tahu Prastian menyimpan hati pada anita. namun dalam kondisi begini, tentu saja ia tetap harus menyelamatkan diri terlebih dahulu.     

Hans tiba-tiba merasa lega. meskipun dalam hatinya ia sebenarnya juga sudah tahu, jika isterinya itu tidak mungkin berani menghianati pernikahan mereka. Anita adalah wanita yang sangat berprinsip. dan ia bukanlah typical wanita yang mudah jatuh cinta meskipun prastian adalah cinta pertamanya. ia yakin anita tetap setia padanya. dan keyakinannya semakin kuat saat ia bisa merasakan sendiri ketika bercinta dengannya tempo hari. ia sadar sepenuhnya jika isterinya itu bersih.     

Tapi mendengar penjelasan dari jenny. seolah memberi rasa sejuk dihatinya, menguatkan keyakinannya.     

"Apakah benar begitu...." ucap hans sotoy, sengaja mengerjai Jenny. Jenny mendengakkan kepalanya. raut wajahnya kembali tegang. menatap kearah hans dengan gugup.     

"Sungguh pak !! ..Bapak boleh periksa sendiri seluruh rumah ini, saya bisa pastikan pak. tidak ada satupun tersimpan barang laki-laki dalam rumah ini, kecuali milik Bryan..." jelas Jenny meyakinkan hans dengan mengebu gebu. melihat ekspresi ketakutan Jenny, Hans tidak dapat mengendalikan diri. hampir saja tawanya meledak. ia buru-buru membalikkan badan. mengepalkan tangannya dan menggigitnya pelan, melepaskan tawa dalam diam. detik selanjutnya ia kembali memasang wajah kerasnya. lalu membalikkan badannya berhadapan kembali kearah jenny.     

"Baiklah. aku percaya padamu " ucap hans tenang, berbicara dengan penuh wibawa.     

"Te-terima kasih pak hehehe "     

"A-Apa-kah bapak akan tetap disini ?…" tanya Jenny curious, sambil memijit bahunya yang terasa sangat pegal, ia benar-benar merasa lelah lahir batin daningin segera beristirahat. tenaganya telah terkuras setelah seharian bekerja. ia tidak menyangka sampai dirumah akan menghadapi masalah pelik ini. benar-benar hari yang melelahkan.     

"Tentu saja aku akan tetap disini.… kenapa ?, apa kamu merasa keberatan ?" balas Hans santai, sambil menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. tapi tatapannya jelas sedang menantang jenny dengan lantang.     

"Ohh tidak ... tentu saja saya tidak keberatan sama sekali pak. bapak boleh tinggal disini sampai kapanpun bapak mau.... silahkan saja pak. anggap saja rumah sendiri." Jawab Jenny lugas, memasang wajah seramah mungkin. meski dalam hatinya menangis pilu. meratapi nasib buruknya hari ini.     

Hans tersenyum kecil mendengar jawaban pasrah jenny. tentu saja ia merasa puas dapat menaklukan jenny dalam kendalinya kini.     

"Apakah anita bekerja ditempat prastian?"     

"Tidak pak... ibu bekerja freelance di Perusahaan assurance. ibu tidak mendapat bantuan dari prastian sama sekali, ia mendapatkan pekerjaannya dengan kemampuannya sendiri "     

"Hmm begitu yah... okay", tanpa diberitahu jenny pun hans sudah tahu, bahwa Anita pastiakan menolak bantuan dari prastian. menginggat sifatnya yang sangat idealis, Anita tidak suka berhutang budi pada orang lain. padanya saja. yang jelas-jelas adalah suaminya sendiri-pun ia tidak mau memanfaatkan posisinya. saat itu, ia memilih menyembunyikan statusnya sebagai isterinya. demi professional kerja di kantornya yang terdahulu.     

Hans termenung. tampak memikirkan sesuatu.     

"Jenn...."     

"Yaa pak !"     

"Mulai sekarang, kamu handle prastian"     

"Hah... magsud bapak ?"     

"Aku ingin, kamu pastikan agar prastian tidak mengunjungi anita kesini". ucap hans tegas. berbicara dengan nada memerintah pada Jenny.     

"T-Ta-pi ....bagaimana caranya pak?" tanya Jenny lugu, melihat kearah hans dengan wajah bingung.     

"Aku juga tidak tahu... itu adalah urusanmu, kamu pikirkan sendiri bagaimana caranya..." jawab hans ketus. kedua tangannya bersedekap dan balas menatap jenny cuek.     

Jenny terdiam membeku, pikirannya tiba-tiba blank, tidak tahu harus bagaimana. ia hanya bisa menganggukan kepalanya dengan pasrah, sambil menghela nafas panjang , meratapi nasib sialnya hari ini. yang harus berada ditengah konflik rumah tangga atasannya yang super arrogant.     

"Kalau begitu, bolehkah saya masuk ke kamar saya untuk istirahat sekarang pak ??". tanya Jenny dengan ekspresi wajah terlihat lelah.     

"Sure ! kamu boleh pergi istirahat sekarang,.... "     

"Terima kasih pak..." Tapi baru juga satu langkah jenny berjalan meninggalkan sofa tempatnya duduk, hans sudah menahan langkahnya lagi.     

"Ehh... tunggu dulu ..."     

"Ada apalagi sih pak...." Jenny tidak bisa menyembunyikan lagi rasa kesalnya.     

"Emm itu.... kasih tahu aku, yang mana kamarnya nita?"     

"Yang itu pak..." Jenny menunjuk kearah pintu kamar bercat putih yang terlihat tertutup rapat didepannya sana, yang berada tepat disamping kamar Bryan.     

"Ohh.... yang itu... oke...."     

"Ada lagi pak...."     

"Mmm ...Untuk sementara gak ada.... kamu boleh istirahat masuk ke kamarmu sekarang, aku akan memanggil jika aku membutuhkan sesuatu...." jawab hans cuek. sambil satu tangannya mengepak seolah mengusir agar jenny secepatnya pergi dari hadapannya. Jenny segera membalikkan badannya. berjalan pergi menuju kamar pribadinya 'Cihh sokk ngusir.berasa situ yang punya rumah saja!.... Woiii ingat. kamu sedang berada diumahku boss !'gerutu jenny. hatinya merasa kesal setengah mati.     

.     

.     

Sepeninggal Jenny.....     

Hans tampak berkeliling melihat keseluruhan rumah Jenny yang menjadi tempat tinggal isteri dan anaknya selama delapan bulan belakangan ini. rumah Jenny memang tidak terletak dipusat kota. tetapi dilingkungan kelas menengah dikawasan jakarta selatan. Lingkungan itu terasa nyaman dan bersih.     

Rumah Jenny cukup besar dan luas. berdesign klasik lantai dua nan mewah. dilantai satu terdapat sebuah ruang tamu yang cukup luas dengan dua set sofa mewah menghiasi ruangan depan, di ruang tengah terdapat tiga kamar tidur utama yaitu kamar Anita yang terletak bersebelahan dengan kamar Bryan. sementara kamar jenny ada di samping ruang makan , yang menghadap pada taman kecil interior yang berdinding kaca. sementara ruangan dibelakang adalah dapur bersih, dan tempat laundry yang tembus ke garasi mobil     

Dilantai dua , terdapat dua kamar tamu juga sebuah balkon besar yang dihiasi berbagai tanaman hias dan bunga yang menghadap ke jalan. Hans menghentikan langkahnya. dan tertarik untuk membuka pintu kamar didepannya, ia merasa penasaran dengan isi didalam kamar itu. namun saat ia membuka pintu. hatinya merasa terhenyak. sekaligus terharu dengan pemandangan yang dilihatnya. ternyata Jenny yang ia anggap melawan dirinya mampu membuatnya terharu. ia menciptakan tempat bermain khusus untuk puteranya Bryan disalah satu ruangan kamar dilantai dua. dilengkapi perosotan, kolam bola mini, hingga mobil-mobilan.     

Dalam hatinya ia bersyukur karena ternyata anita tinggal aman bersama Jenny, bukan seperti yang ia takutkan sebelumnya. tinggal bersama prastian.     

Setelah puas melihat-lihat. Hans kembali turun kelantai satu. dan ia bergegas keluar rumah. ia teringat, ia tadi memarkir mobilnya tepat didepan garasi. tentu saja agar ketika anita pulang nanti, dapat memberinya akses jalan masuk ke garasi. juga, Hans tidak ingin anita melihat mobilnya terparkir didepan rumah. yang pasti akan langsung mengetahui kehadirannya dirumah jenny. dan memberi kesempatan padanya untuk lari darinya lagi.     

Hans segera memindahkan parkir mobilnya kesamping rumah, dan tidak terlihat mencolok dimalam hari.     

.     

.     

Hans menunggu kedatangan anita dengan gelisah, matanya menatap pada jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam lewat sekian menit, tapi belum juga ada tanda-tanda anita pulang kerumah. namun wajah hans kembali cerah, menatap bocah kecil didepannya dengan tatapan takjub, dengan hati-hati ia mencoba menyentuh lembut tangan kecil Bryan disampingnya, berusaha untuk bermain dan berinteraksi dengannya.     

Bryan yang semula takut , lama kelamaan menjadi cair dan mau disentuh oleh Hans. ia tertawa geli dengan kelitikan lembut yang hans berikan diperutnya. lalu mereka berdua tampak saling tertawa bersama.     

"Daddy.... call me daddy...." hans tampak mengajari Bryan memanggilnya daddy, tapi Bryan yang masih delapan bulan belum begitu meresponnya. ia tampak kembali asik dengan mainannya. sesekali ia memukul hans dengan gemas karena sengaja mengambil mainannya darinya.     

.     

.     

Hans segera berdiri dan menyerahkan Bryan ke baby sitternya. lalu berjalan cepat masuk ke kamar anita, saat ia mendengar suara mobil masuk kegarasi rumah.     

Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka.     

"Bryan... mommy home ..." suara merdu anita menggema dari ruang tamu. Anita telah pulang bekerja. dan ia langsung pergi menyapa puteranya terlebih dahulu. Hans tersenyum kecil, ia merasakan hatinya menghangat. dan matanya menjadi basah.     

"Ohh My baby boy ... mommy miss you so much... come on... peluk mommy dong ... big hugs.... " celoteh anita, menghambur kearah puteranya yang sedang asik bermain toys.     

"Bu Jenny udah pulang mbak ?" tanya anita riang, menyapa pengasuh Bryan, sambil mengendong Bryan dalam pelukan satu tangannya, ia berjalan mengambil air minum dikulkas, dan meminumnya.     

"Sudah bu... bu jenny sedang beristirahat dikamarnya"     

"Ohh.... apa ia sudah makan malam ?"     

"Kurang tahu bu... tadi...emm" mbak fitri tiba-tiba teringat pesan hans padanya. untuk tidak memberitahu kedatangannya pada anita lebih dulu. karena suami bossnya ingin membuat kejutan istimewa untuk anita. tentu saja ia harus mendukungnya. ''Ahh aku tidak boleh merusak kejutan romantis ini.' gumam Mbak fitri dalam hati.     

"Sepertinya tadi bu Jenny pulang kerja langsung kekamar, jadi belum sempat makan bu...." terang mbak fitri, sengaja memasang wajah sok lugu.     

"Yaa udah, biarkan ia istirahat. nanti ibu saja yang panggil sendiri untuk makan sama-sama"     

"Minta tolong pegangin Bryan yah mbak... saya mau mandi dulu" anita menyerahkan Bryan kembali dalam gendongan mbak fitri, lalu pergi menuju ke kamar pribadinya.     

Anita meletakkan tas kerjanya diatas meja rias. lalu menyisir rambut panjangnya dengan kedua tangannya yang terampil. mengikatnya dan membentuk bulatan sanggul diatas kepalanya. terlihat simple, namun justru semakin menampilkan kecantikkan alaminya. tanpa perasaan ragu, ia kemudian mulai melepas jasnya, dan membuka kancing kemeja putihnya satu per satu. setelah itu ia juga membuka rok kerjanya. hingga menampilkan dirinya yang telah setengah telanjang yang hanya berbalut bra dan celana dalam saja.     

Ia membalikkan badannya. ingin menyiapkan pakaian ganti. mengambilnya dilemari baju yang berada disamping tempat tidur.     

Awwwhhh !!     

Bola mata anita membola lebar. ia berteriak dengan keras. namun saat ia sadar dan melihat dengan jelas siapa pria didepannya. ia segera membungkam mulutnya sendiri rapat-rapat. ia tampak kaget setengah mati dengan kehadiran hans yang berbaring santai diranjangnya, dan tengah asik memandangi tubuhnya tidak berkedip.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.