Shadow of Love

Tidak perlu berpura-pura mencintaiku



Tidak perlu berpura-pura mencintaiku

0"Nga~ngapain kamu disini ! " Anita spontan berteriak tergagap, kedua tangannya tanpa sadar menutupi bagian dadanya yang terbuka. dengan gerakan reflect ia langsung menempelkan tubuhnya pada lemari baju didepannya.     

"Mmm sebenarnya aku ingin melihat kamu melanjutkan membuka seluruh bajumu. sayang sekali, hanya tinggal itu saja... jadi aku bisa menikmati lagi tubuh telanjang isteriku.." jawab Hans santai, mengangkat dagunya menunjuk kearah celana dalam yang masih melekat ditubuh indah anita. Hans tampak terpesona dengan pemandangan molek didepannya. ia mematung, terus menatap punggung belakang isterinya itu tak bergeming. memandangi setiap detail kulitnya yang terlihat begitu mulus bagai porcelain terbaik didunia. dibeberapa bagian tubuh anita masih tampak beberapa tanda merah bekas ciuman darinya yang masih belum menghilang. menunjukkan padanya betapa gilanya percintaan yang mereka lalui dua hari yang lalu dihotel saat itu.     

Anita terlalu malu untuk berbalik. ia terus berdiam diri seperti mummy. berharap dapat menjadi invisible didepan hans.     

"Huhh dasar mesum !" sambil tersipu malu, ia membuka lemari baju didepannya dan segera meraih beberapa pakaian dari dalam sekenanya.     

"Mesum sama isteri sendiri emang gak boleh... lagian siapa suruh kamu pergi dari rumah, kamu telah membuatku kehilangan kesempatan bercinta denganmu beberapa bulan terakhir... "     

"Seharusnya kamu bersyukur karena aku tidak berubah menjadi zombie saat ini.." jawab hans santuy. sengaja ingin membuat kesal anita. hatinya merasa agak geli melihat tingkah polos istrinya yang masih bersikap malu-malu padanya. membuatnya semakin merasa gemas.     

"Yaa udah. Jadi zombie saja sana. bodo amat. aku tidak peduli !"     

Anita segera mengenakan kaos oblong dan celana kain yang ia ambil dalam lemari dengan acak.lalu bergegas membuka pintu dan segera keluar dari kamarnya dengan tergesa. tangan kanannya sesekali merapikan bajunya yang belum terpakai dengan benar.     

Hans bangkit dari tempat tidur dan segera mengikuti kemanapun anita pergi.     

"Beneran gak peduli.... Emang kamu gak takut kalau aku gigit ? hwaaa..." Hans memasang ekspresi ingin menginggit layaknya vampire. sambil terus berjalan mengikuti anita dari belakang.     

"Huhh dasar kurang kerjaan !"     

Anita tiba-tiba menghentikan langkahnya. membuat kepala hans tanpa sengaja menabrak belakang kepalanya dengan keras.     

BHUK !     

"Aduhhh....!. " teriak anita meringis kesakitan. sembari memegangi belakang kepalanya yang terasa sakit. ia segera membalikkan badannya kearah hans.     

"Apakah kepalamu terbuat dari batu ?"     

"Entahlah. coba nanti aku tanyakan pada ibu..." disaat anita masih merasa kesakitan. Hans hanya tersenyum kecil, ia yang menabrak anita, seharusnya merasa sakit. tapi ia justru tidak merasakan sakit sedikitpun. bersikap seolah tidak terjadi apapun.     

"Sini aku bantu periksa, jangan-jangan kepalamu berdarah yank...."     

"Apaan sihh. minggir sana ! gak usah deket-deket !"     

"Ihh galak amat..."     

"Emang baru nyadar "     

Hans menganggukkan kepalanya berulang kali. mengiyakan pertanyaan anita.     

Anita menghela nafasnya panjang. melipat kedua tangannya diatas perut, balas menatap hans dengan tatapan kesal.     

"Baiklah hans. jawab pertanyaanku dengan serius. Apa sebenarnya yang kau inginkan ... " enough is enough. sepertinya ia memang harus berbicara terbuka pada hans dan menyelesaikan permasalahan mereka saat ini juga. Anita tidak ingin lari dan menghindar dari hans lagi.     

"Kamu kembali pulang bersamaku !" jawab hans lugas, ia berjalan arrogant melewati anita. berjalan menuju kearah sofa lebar di ruang televisi. duduk dengan santai disana. membalas menatap anita dengan wajah menantang. Hans tahu, satu-satunya cara paling ampuh menghadapi sifat keras kepala anita adalah bersikap tidak tahu diri. membiasakan anita untuk menerima kehadirannya lagi. dan tidak memberi kesempatan padanya untuk menolaknya.     

"Enggak ! aku tidak mau pulang bersamamu" jawab anita tegas. tidak mau terintimidasi oleh hans.     

Hans tersenyum dan berkata tanpa basa-basi.     

"Okay. baiklah aku mengerti ..... kalau kamu memang sangat menyukai tinggal disini,... aku juga akan ikut tinggal bersamamu disini."     

"Tapi, aku harus pulang sebentar, mengemasi barang-barangku untuk pindah kesini bersamamu.... bagaimana. ?"Ucap hans mesra. ia bersikap seolah bersedia berkompromi dan mengalah sesuai keinginan anita.     

"Hah.. apa kamu sudah gila?" hardik anita geram. Hans bereaksi sangat tenang. Anita merasa seperti sedang memukul kapas. gertak darinya seolah tidak berarti sama sekali. ia tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi hans yang sungguh tidak tahu malu itu.     

"Emang kenapa ?, salahnya dimana kalau aku ikut tinggal bersama isteri dan anakku disini ?."     

"..."     

"Lagian aku juga tidak butuh persetujuan darimu kok... aku sudah mengantongi ijin dari jenny untuk tinggal disini sesukaku ..... kalau kamu tidak percaya, tanya langsung pada jenny"     

Hans berdiri, lalu berjalan mendekat kearah anita, mendekatkan bibirnya tepat ditelinga anita dan berbicara lirih.     

"Jangan lupa bahwa kita masih sepasang suami isteri. Meskipun kamu tidak pernah mengambil uang pemberian dariku, namun setidaknya aku sudah berusaha untuk bertanggung jawab menafkahimu dan anakku ... Malam ini aku ingin memberimu nafkah batin, sekaligus meminta hak-ku. sebaiknya kamu mempersiapkan diri dan berdandan yang terbaik untukku okay...."     

Anita membeku. wajahnya seketika berubah memerah. memang benar mereka masih suami istri. tapi ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Hans begitu percaya diri mengungkit tentang kewajibannya sebagai seorang istri. dan meminta haknya tanpa merasa malu sedikitpun. 'Dasar muka tembok !' batin anita mengumpat. ia tidak menyangka hans ternyata sangat tidak tahu malu.     

Hans seolah berpura-pura lupa, tentang sebab utama ia dulu pergi meninggalkan dirinya ....     

Dengan perasaan kesal anita sengaja mengabaikan ucapan hans barusan. ia malas berdebat lebih lanjut. ia pergi ke kamar Bryan dan langsung mengambil bocah laki-laki kecil itu dari dalam box baby lalu mengendongnya dan membawanya kekamar pribadinya. hans dengan patuh mengikuti kemanapun anita pergi. Hans terus membuntuti anita dari belakang.     

"Da~daa- Dad~da...." hans meraih tangan kecil Bryan dan mengajarinya memanggil dadda untuknya. Bryan tampak tertawa exited dan membalas gengaman tangannya dengan riang.     

Merasa tidak puas dengan reaksi hangat Bryan pada Hans, anita langsung mengubah posisi Bryan, ia sengaja membalikkan tubuh Bryan dan mengendongnya diposisi depan. sehingga hans tidak bisa lagi meraih tangan Bryan dan bermain dengannya.     

Tapi dengan wajah polos. Hans mengikuti kemanapun Bryan pergi. ia sengaja ikut berjalan disamping anita agar dapat bermain dengan Bryan lagi. Anita merasa kesal setengah mati. ia menatap tajam kearahnya, Hans pura pura tidak melihatnya, ia tetap asik bermain dengan Bryan yang terus tertawa meresponnya penuh excitement.     

"Ahh Bryan suka sama daddy yah...." hans bertanya pada Bryan penuh kasih sayang. yang dibalas tawa renyah nan polos anaknya.     

"Yank... aku juga ingin anak perempuan yah... aku ingin banyak anak dalam rumah. biar rame hehehe "     

"Bodo amat ! Tidak ada urusanya denganku !"     

"Kok gitu sih ngomongnya..."     

Anita enggan menanggapi. ia melanjutkan aktivitasnya membersihkan botol susu milik Bryan, lalu mengaturnya dalam tempat khusus untuk sterilized botol susu. menyelesaikan semua keperluan sehari-hari Bryan sembari tetap mengendong Bryan dalam pelukannya.     

"Liat Bryan-kita, ia sangat mirip denganku khan.... ganteng dan pintar.... itu bukti jika gen-ku memang sangat bagus yank.... "     

"... nanti malam kita bikin anak yahh... aku punya persediaan gen berlimpah. ini kesempatan bagus untukmu mendapatkan Bryan-Bryan berikutnya... "     

Telinga anita terasa ingin meledak. mendengar kata-kata tidak tahu malu suaminya itu. tapi ia juga sangat malas untuk mendebat. karena ia tahu hasilnya nanti tetap sama saja. blunder.     

"Kamu gak mau mandi dulu?" tanya hans out of topic.     

"Kamu pulang sekarang!, baru aku mandi "     

"Yaa udah. tidak usah mandi juga tidak apa apa... jika kamu betah " jawab hans santai.     

"Kamu !!!" seketika Anita menatap hans kesal. matanya melotot kearah hans, jengkel tidak ketulungan, ingin rasanya melipat hingga kecil wajah menyebalkan didepannya kini dan menyimpannya dalam kulkas hingga mengeras.     

Setelah selesai memeriksa keperluan Bryan. Anita membawa Bryan kedalam kamarnya. untuk bermain dan Quality time bersamanya.     

Mereka bertiga berbaring santai diranjang. Bryan tampak happy bermain dengan hans , ia terus tertawa dan melempar bola kecilnya kearah hans bersemanggat, sementara anita hanya bisa pasrah ketika puteranya seolah tidak peduli dengan kehadirannya. hatinya merasa cemburu. namun iahanya dapat memandangi interaksi keduanya yang terlihat semakin hangat. sungguh menyebalkan. ia merasa seperti telah dikhianati oleh puteranya sendiri.     

"Hans.... Mari kita bercerai"     

"Tutup mulutmu ! Apa kamu tidak melihat Bryan sedang bersama kita sekarang!".jawab hans emosi. tatapan matanya bagai nyala api yang seakan ingin membakarnya hidup-hidup.     

"Apa sebenarnya mau mu??" balas anita tak kalah emosi.     

Hans bangkit dari atas ranjang, langsung mengangkat tubuh kecil Bryan dalam pelukannya, mengendongnya dan berjalan menuju kepintu keluar. Anita terdiam sesaat lamanya. hanya menatap tidak mengerti. membiarkan saja saat hans akan membawa Bryan keluar kamar.     

"Kamu mau bawa Bryan kemana ?"     

Hans menoleh kearah anita dengan wajah tegas.     

"Pulang !"     

Anita terperanjat kaget. wajahnya berubah pucat pasi, tanpa berpikir panjang ia segera bangkit dari tempat tidur, dan langsung berlarisecepat kilat menyusul hans yang tampak mengendong Bryan pergi darinya.     

"Hans.... Apa kamu sudah gila !" teriak anita galak, menatap hans dengan wajah tidak percaya. seraya berusaha meraih Bryan kembali dalam pelukannya.     

Namun hans begitu kuat. ia sengaja memagari Bryan dengan tubuhnya. tidak membiarkan anita menyentuhnya sedikitpun.     

Anita tidak kehilangan akal. ia berdiri tepat dibelakang pintu kamarnya. sengaja menghalangi hans keluar dari kamarnya.     

Mereka saling berhadapan. Anita menghela nafas panjang. menghembuskannya perlahan. berhenti memberi perlawanan pada hans. mencoba menenangkan dirinya.     

"Hans... Mari kita bicara ...." Anita mengalah, dia memegang lengan hans dengan lembut. lalu menggiring tubuh hans agar mau kembali ke ranjang tempat tidurnya dan berbicara dengannya dengan baik-baik.     

Hans menatap kearah Bryan penuh arti. tampak tersenyum penuh kemenangan. 'Ahh Bryan sayang. kamu memang anak daddy' , hans menciumi pipi tomat Bryan dengan gemas. berterima kasih padanya yang telah bekerja sama menaklukan mommy untuknya.     

Suasana didalam kamar terasa dingin. mereka bertatapan dalam diam.     

"Katakan padaku dengan serius, apa sebenarnya maumu?"     

"Mari pulang bersamaku...."     

Hans menatap anita dengan ekspresi serius.     

"Lalu bagaimana dengan sirena ?"     

"Memang kenapa dengan sirena ?, Apa urusannya sirena denganku..."     

"Hans, kamu tidak perlu berpura-pura mencintaiku. sebenarnya aku sudah tahu dari awal kamu hanya mencintai sirena ..."     

"Hah ! Apa magsudmu..."     

"Aku tidakbuta hans. aku melihat sendiri betapa putus asa-nya kamu saat sirena terbaring koma saat itu, sebenarnya saat itu tanpa sengaja aku mendengar sendiri saat kamu mengungkapkan cintamu pada sirena, bagaimana kamu menyesali kebodohanmu yang telah mengabaikannya.... aku benar-benar minta maaf sudah memisahkanmu dari sirena... aku benar-benar tidak tahu .... maafkan aku...."     

Hans menatap anita lekat. pikirannya terbang menginggat kejadian pasca sirena mengalami kecelakaan saat itu. saat ia menemukan paperbag didepan pintu kamar sirena yang berisi perlengkapan pribadinya kala itu. dan ia seolah menemukan benang merah dari semua perubahan sikap anita padanya.     

"Kamu salah paham padaku nita " ucap hans Tegas. mencoba meraih tangan anita.     

"Tidak hans... kamu yang tidak memahami dirimu sendiri, aku tahu perasaanmu padaku hanya didasari rasa bersalahmu saat itu. tapi hatimu tidak benar-benar mencintaiku... percayalah padaku".     

"Hahaha sok tahu kamu!!" Hans mentertawakan argument anita secara terbuka.     

"Aku memberimu kesempatan beberapa bulan ini, agar kamu bisa melihat cintamu dengan sirena lagi hans "     

"Aku ingin kamu benar benar bahagia menemukan cintamu yang sebenarnya"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.