Shadow of Love

Memangnya aku punya pilihan lain



Memangnya aku punya pilihan lain

0"Anita.... jangan membantahku lagi !" bentak hans keras. mendengar intonasi suara yang keras dari hans, Bryan tampak terperanjat. ia terkejut dan merasa takut. seketika Bryan langsung menangis dengan keras, wajahnya memerah, bersembunyi dalam pelukan Anita lekat.     

"Puk puk puk ... it's okay sayang.. it's okay...Bryan kaget yahh... cup cup cup jangan nangis yahh... maafkan mommy ... cup cup sa~yang... it's okay.." Anita membelai kepala Bryan dengan lembut, berusaha menenangkan hati puteranya itu. ia segera mengusap air matanya. seraya terus menepuk punggung belakang Bryan dengan lembut, memeluk puteranya itu dengan erat. tidak ingin melepasnya sedetikpun.     

Melihat anita dan Bryan tampak ketakutan olehnya. Hans mendesis geram. mengumpat dirinya sendiri. ia lalu berjalan keluar dari kamar Bryan dengan lesu. 'Wanita ini... mengapa ia begitu egois sekali. sepertinya ia hanya ingin memiliki Bryan untuk dirinya sendiri... Apakah ia tidak berpikir kalau aku juga punya andil yang sama saat membuatnya .... huhh menyebalkan' Hans duduk disofa. wajahnya mendengak keatas. menatap Langit ruang tengah yang berwarna putih nan luas diatasnya. ia mengusap rambutnya kebelakang. berusaha keras mencari solusi terbaik untuk mereka bertiga.     

Beberapa saat kemudian....     

Tangis Bryan sudah tidak terdengar lagi. rupanya ia telah tenang kembali. Anita lalu berjalan keluar kamar, membawa serta Bryan dalam pelukannya. saat ia berjalan melewati hans diruang tengah. Hans segera menangkap satu tangannya dan menahannya untuk tetap berada disana bersamanya.     

"Kamu ikut aku pulang kerumah dulu nitt... nanti kita diskusikan lagi bagaimana selanjutnya " ucap hans lugas, menatap kearah anita dengan ekspresi tegas.     

"Tapi..."     

"Tidak ada tapi.... kita pergi dari sini sekarang juga. aku sudah tidak nyaman berada dirumah ini"     

"Ha~aans .... jangan begini please. beri aku kesempatan untuk berpikir dulu..."     

"Baik. kamu boleh berpikir sampai berapa lamapun kamu mau .... terserah. tapi aku akan membawa pulang Bryan bersamaku hari ini juga."     

"Ha~aans .... please..."     

"Tidak ada kompromi !!. ini adalah keputusan mutlak. dan tidak dapat ditawar lagi... "     

"Ingat... Bryan juga adalah anakku. aku juga punya hak yang sama untuk mengasuhnya... kalau kamu merasa keberatan dengan keputusanku ini, kamu bisa meminta prastian untuk mengajukan gugatan hukum padaku... aku tunggu !"     

Anita seketika merasa gentar. nada bicara hans terdengar begitu tajam dan tegas. ia tahu, hans sedang mengancamnya. hatinya tiba-tiba merasa ketakutan, ia benar-benar takut jika hans akan merebut Bryan dari pelukannya.     

Air mata anita mengalir deras. menatap kearah hans dengan wajah putus asa. ia merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan yang hans miliki. Bagaimana bisa ia menang dalam perdebattan hukum dengannya nanti. bagaimana jika kelak ia kalah dalam persidangan dan tidak bisa bertemu dengan putera tersayangnya lagi. hanya dengan membayangkan saja sudah membuat hatinya hancur berkeping-keping. dalam mimpipun ia tidak sanggup berpisah dari puteranya. bagaimana mungkin ia sanggup menghadapi secara nyata.     

Air mata anita semakin deras membasahi wajah cantiknya. hingga ia tidak mampu menahan isak nya. dadanya tampak bergerak keatas dan kebawah. sesenggukkan. 'Apakah memang sebaiknya aku menyerah .... ' Anita mencium puncak kepala Bryan berulang kali, membelainya penuh kasih sayang. 'Jangan khawatir nak... semua baik-baik saja. Mommy akan melakukan apapun agar kita tetap bersama ... mommy mencintaimu sayang... '     

'Apakah tadi aku berbicara terlalu kasar ....? Kenapa ia menangis semakin keras'. Hans merasa was-was. matanya mencuri pandang kearah samping. menatap anita yang tampak menangis sedih. ia menyesali diri telah membuat wanitanya terluka.     

"Baiklah... aku akan ikut pulang bersamamu..."     

Mulut hans sedikit mengangga. tidak menduga, anita akan menyerah secepat ini. ia memalingkan wajahnya kesamping, tersenyum dalam diam.     

"Apakah kamu yakin..." tanya hans, pura-pura merasa ragu. berharap anita tidak mengubah keputusannya. ia menatap raut wajah muram isterinya yang tampak memerah penuh air mata.     

"Memangnya aku punya pilihan lain ! nyatanya kamu tidak membiarkan Bryan tinggal bersamaku disini khan. meskipun aku keberattan, kamu tetap berkeras membawa Bryan pulang bersamamu khan !! jadi aku bisa apa...." Anita spontan ngegas. kembali terpancing emosinya. berbicara sambil terus menangis tersedu.     

'Hahaha maafkan aku sayang.... tapi kamu benar-benar tampak imut saat sedang marah sambil menangis begini. so cute....'     

"Ohh...." jawab hans santai. Hans tidak tahan ingin tertawa dan memeluk kedua makhluk yang sangat dicintainya itu bersamaan. hatinya merasa bahagia dengan keputusan Anita. meskipun anita melakukannya dengan terpaksa, namun setidaknya ia dapat menggunakan kesempatan ini untuk berbaikan dengan isterinya kembali. Tekad Hans sudah bulat. ia harus dapat menyatukan kembali keluarga kecilnya. menyelamatkan pernikahannya dengan anita.     

Anita memanggil mbak fitri. menyuruhnya untuk mengemasi barang-barang penting milik Bryan.     

"Apa kamu juga ingin mengemas barang-barangmu yank... sini... biar aku yang jagain Bryan..." ujar hans menawarkan diri menjaga Bryan sementara.     

"Gak perlu ! aku bisa jaga Bryan sendiri."     

"OH... baiklah kalau begitu ...."     

Hans menurunkan tangannya kembali. mengalah dengan sikap marah anita. ia tersenyum kecil penuh arti, kembali menatap kearah smartphone ditangannya. sembari menunggu mbak fitri selesai mengemas barang-barang Bryan untuk dibawa pulang bersamanya. tidak ingin menganggu anita lagi , yang terlihat sedang badmood.     

Anita sama sekali tidak berniat mengemas barang miliknya. karena ia berpikir hanya akan tinggal sementara waktu saja dirumah hans. tentu saja ia tidak berminat untuk rujuk atau berbaikan dengan hans. ia berpikir kemungkinan nanti ia akan tinggal kembali di apartement miliknya. namun untuk saat ini ia memutuskan untuk mengalah dan ikut pulang bersama dengan hans kerumah pribadinya. sampai ia dapat mengendalikan situasi. dan kembali ke kehidupan normal sebelumnya.     

Hans berjalan keluar rumah Jenny. kedua tangannya menggeret koper milik Bryan, lalu memasukkan kedalam bagasi mobilnya. dibantu oleh mbak fitri yang juga membawa tas khusus berisi susu dan perlengkapan sehari-hari Bryan.     

Dengan wajah lesu, Anita mengikuti langkah hans di belakang. sambil mengendong Bryan dalam pelukannya. ia tidak berganti baju atau berdandan sedikitpun. ia hanya mengenakan baju terakhir yang melekat dibadannya. ikut naik kedalam mobil sport putih mewah milik hans dan duduk dengan tenang disana.     

.     

.     

.     

Hans membawa mobilnya pergi meninggalkan rumah Jenny. Anita duduk di kursi depan berada disamping hans, Bryan tampak duduk dengan tenang dalam pangkuannya. sementara mbak fitri duduk dikursi belakang sendirian. suasana didalam mobil begitu senyap. hanya suara Bryan yang sesekali gaduh saat ia merasa tidak nyaman dengan duduknya. namun langsung dapat dihandle oleh anita. yang dapat menenangkannya kembali untuk duduk tenang dipangkuannya. Hans tersenyum kecil. hatinya bagai gerimis. merasa bahagia akhirnya ia dapat membawa isteri dan anaknya pulang kembali kerumah.     

Hans menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. menikmati moments kebersamaan dengan keluarga kecilnya.     

Hans realized, Bryan seakan menjadi senjata ampuh untuk dapat menaklukan hati anita lagi.     

Sebelumnya, Hans telah menelfon kepala rumah tangga dikediamannya. sehingga saat mereka tiba dirumah. para pelayan telah siap menyambut kedatangan mereka didepan garasi rumah.     

Senyum cerah para pelayan menyambut kedatangan Anita dan Bryan. dengan sigap mereka langsung mengerti dengan tugas mereka masing-masing. dan tanpa dikasih aba-aba mereka sudah membuka bagian belakang mobil hans dan mengambil koper dan barang bawaan milik Bryan untuk dibawa ke kamar pribadinya.     

Bryan tampak menyukai kamar barunya dalam pandangan pertama. Hans tersenyum bahagia, tidak sia-sia usahanya mempersiapkan segalanya jauh hari sebelumnya khusus untuk puteranya itu. Bryan tampak sangat gembira dengan kolam bola warna warni di kamarnya, ia langsung minta turun untuk bermain ke dalamnya.     

Kamar Bryan sangat luas dengan Tema mobil balap , ranjang tidurnya berbentuk mobil mobilan dengan dominasi warna merah, biru dan putih, bagian Langit kamar juga dicat menyerupai Langit sungguhan, dengan lampu-lampu kecil sebagai pengganti bintang, lemari besar disudut kamar menyimpan berbagai macam koleksi mainan. dengan jendela kaca menghadap ke arah taman nan hijau dan esthetic. tentu sangat berbeda dibandingkan dengan kamar Bryan sebelumnya dirumah Jenny.     

"Kamu boleh pilih salah satu kamar diatas nit" ucap hans lembut. mencoba mencairkan suasana. tentu saja hans tidak akan gegabah untuk membuat anita tidur bersamanya kembali. pasti anita akan langsung menolaknya. Hans memilih bersabar mencoba mengambil hati anita kembali secara perlahan.     

Anita menganggukan kepalanya, terus menemani Bryan bermain dikolam bolanya. hatinya merasa sangat ketakutan untuk meninggalkan puteranya sendirian. ia takut hans akan mengambil Bryan darinya.     

"Ibu... ibu istirahat saja dulu, biar saya yang jagain adek", kata mbak fitri sopan. menawarkan diri menjaga Bryan untuknya.     

"Gak apa apa mbak... saya gak capek kok ... mbaknya boleh taruh dan beresin barang-barang mbaknya dulu di belakang",     

"Ohh Baik bu ... kalau begitu saya ikut bibi ke belakang dulu yaa bu ".     

Anita menganggukkan kepalanya mengerti.     

Hans tampak duduk santai disofa panjang yang berada disamping kolam bola Bryan. fokus menatap smartphone ditangannya. sesekali matanya melirik ke arah anita. sebenarnya ia merasa tidak tega karena telah membuat Anita begitu ketakutann padanya saat ini. namun apa daya ini adalah jalan satu-satunya untuk dapat membuat anita mau pulang bersamanya.     

Hans bangkit dari duduknya.     

"Aku mau kekantor dulu yank... ada urusan yang harus aku kerjakan " ucap hans tenang. seketika Anita menoleh menatap kearah hans exited. wajahnya tiba-tiba berubah cerah, menatap kearah hans berseri-seri.     

"Ohh begitu .... kalau begitu hati hati dijalan yah" jawab anita exited. seolah tidak mampu menyembunyikan rasa senang dalam hatinya.     

"Bryan...Say bye bye to daddy.... bye-bye daddy..." sambung anita, sambil mengambil paksa tangan kecil Bryan untuk melambaikan tangannya kearah hans.     

Hans tampak tersenyum kecil menatap keduanya, sebelum kemudian berjalan pergi meninggalkan kamar Bryan. 'Huhh... sebenci itukah kamu padaku nit....'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.