Shadow of Love

Sebutkan nominalnya



Sebutkan nominalnya

0Perlahan bibir hans menyentuh bibir anita dengan sangat lembut, ia dapat merasakan nafas anita berhembus teratur menerpa wajahnya. sorot matanya sibuk menelusuri setiap detail wajah indah dihadapannya. 'Sayang.... ' Hans bergumam lirih, tangannya membelai pipi anita dengan hati-hati. ia tersenyum penuh arti. hatinya terasa diliputi euphoria tak terlukiskan. adrenalinenya berpacu tidak terkendali. tanpa sadar ia membuka mulutnya, ingin melumat bibir pasrah anita yang terpampang didepannya. namun belum juga niatnya terlaksana. tiba-tiba terdengar tangis merengek dari belakang anita.     

Reflect hans memejamkan matanya. mengatur nafasnya menjadi normal kembali. berpura-pura tertidur pulas 'Ahh Bryan ! kenapa kamu bangun disaat yang tidak tepat ! huhuhu.. harusnya kamu bantuin daddy buat dapetin mommy lagi dong'     

Bryan menangis merengek, tangannya berusaha menggapai punggung belakang anita. yang tidur membelakanginya. membuat anita langsung terbangun. namun saat ia membuka matanya. ia terkejut bukan kepalang. melihat wajah hans berada tepat dihadapannya. dengan wajah saling bersentuhan. 'Omg. Apa yang telah aku lakukan....' dengan buru-buru anita melepas pelukan tangannya pada pinggang hans. matanya nanar mengawasi wajah hans didepannya. berharap hans tidak terbagun dan menyadari kelakuannya saat tidur.     

'Hufft sangat memalukan !... untung saja gak ketahuan....' Anita menghempas nafasnya panjang. merasa lega. hans tidak terbagun dari tidurnya.     

Ia segera membalikkan badannya kearah belakang. dan langsung mengangkat tubuh kecil Bryan penuh kasih, memangkunya lembut dalam pelukannya. "Anak mommy udah bangun yah.. puk...pukk ... puk .. jangan takut... mommy disini sayang....." dengan luwes anita menimang Bryan. sembari melepas diapers yang dipakai Bryan untuk mengganti dengan diapers baru.     

"Apakah kondisi Bryan sudah lebih baik ?" tanya hans pada anita. ia pura-pura terbangun, dan membuka mulutnya dengan lebar. menguap sejenak, sambil mengusap matanya yang setengah terbuka.     

"Iyaa....panasnya udah turun, dia sudah tidak demam lagi"     

"Ahh. Syukurlah..... " hans segera bangkit dan duduk ditepi tempat tidur. langsung merenggangkan tubuhnya. menarik pinggangnya kekanan dan kekiri, untuk mengurangi rasa penat.     

"Kamu bisa istirahat kekamarmu sekarang hans... jangan khawatir, Bryan sudah membaik kok"     

"Iyaa.... kamu juga rehat sebentar yank, kamu juga gak tidur semalaman ... suruh mbaknya gantiin jagain Bryan dulu. biar kamu bisa sarapan dan istirahat juga..."     

Anita menganggukkan kepalanya mengerti.     

"Aku panggil embaknya kesini yah..."     

"Iya. makasih hans..."     

Hans lalu menelfon kepala rumah tangga dirumahnya dengan menggunakan telfon intercom yang terletak dimeja disamping tempat tidur Bryan. untuk memanggil baby sitter Bryan agar segera datang kekamar Bryan. tidak berapa lama kemudian, terdengar pintu kamar diketuk dari luar. mbak fitri muncul didepan pintu. dan segera masuk menghampiri anita dan Bryan.     

"Mbak.... "     

"Iya buk."     

"Minta tolong Jagain adek yahh mbak... tolong nanti kasih adek minum air putih yang banyak, ganti diapers-nya sesering mungkin biar pantatnya gak iritasi. terus, jangan lupa habis makan pagi, kasih minum juice buahnya. nanti ibu suruh bibik siapkan semua keperluan Bryan dan antar langsung kesini. pokoknya mbaknya fokus jagain adek. gak usah ngerjain kerjaan yang lain. kalau mbaknya butuh apa-apa, telfon saja angka satu. nanti bibi disini yang akan bantu siapkan segala keperluan mbak fitri okay..."     

"Iya buk... saya mengerti "     

"Ibuk ada keperluan sebentar diluar , mbak fitri tinggal disini dulu sementara waktu. jagain adek Bryan seperti biasanya...",jelas anita, sembari memberikan Bryan pada mbak fitri. ia membelai kepala Bryan sejenak, sebelum kemudian beranjak pergi meninggalkan kamar Bryan.     

Hans tampak mengeryitkan keningnya. 'Bukannya tadi dia setuju untuk istirahat dulu, mengapa sekarang justru terburu-buru ingin pergi keluar ' Hans sengaja mengikuti langkah anita dari belakang.     

Mereka berdua keluar kamar Bryan. sampai didepan kamar Bryan, hans langsung menutup pintunya kembali.     

"Kamu mau pergi kemana ?" tanya hans curious, wajahnya seketika berubah kesal. tidak berharap anita pergi dari sisinya. ia meraih satu tangan anita dan menahannya kuat.     

"Aku mau kekantor dulu. ada kerjaan yang harus aku selesaikan, nanti pulangnya sekalian mampir kerumah Jenny, untuk mengambil barang-barangku. kenapa ?", jawab anita santai, segera menepis gengaman tangan hans. balas menatapnya dengan wajah kesal sembari mengikat rambutnya ekor kuda kebelakang.     

"Bryan sedang sakit begini. tapi kamu masih kepikiran dengan pekerjaan !, apakah pekerjaanmu itu lebih penting dari Bryan ?"     

"Kamu ngomong apaan sih..." Anita tidak ingin berdebat lebih lanjut dengan hans. ia mengabaikan keberatannya. memilih berjalan pergi kekamar tamu untuk membersihkan diri dan sikat gigi disana.     

Hans mengertakkan giginya. emosinya memuncak melihat sikap cuek anita yang berani mengabaikannya.     

"Gak usah banyak alasan kamu !.. bilang saja kalau kamu ingin pergi menemui prastian khan !. baru juga sehari tidak bertemu. kamu sudah kelabakan mencarinya ! Dasar gatal !"     

"Tunggu sebentar ! apa magsudmu bicara seperti itu..?"Anita menghentikan langkahnya. telinganya terasa panas mendengar umpatan pedas hans. ia membalikkan badannya. menatap kearah hans dengan tajam. bagai singa yang siap menerkam musuhnya.     

"Pikir saja sendiri ! Aku yakin. Kamu tahu persis apa magsudku."     

"Hans ! kamu benar-benar unreasonable !! apakah menurutmu aku bukan ibu yang baik. karena pergi bekerja disaat Bryan sakit?... Mengapa kamu selalu berpikir negative tentangku... kamu bilang aku wanita gatal ?! memang kamu punya bukti aku pernah merayu prastian .... jaga mulutmu baik-baik . jangan bicara sembarangan! "     

Anita berbicara dengan nada bergetar. hampir saja ia tidak bisa menahan air matanya. terlalu menyakitkan mendengar kata penghinaan keluar langsung dari mulut hans. hatinya menangis. tidak dapat menerimanya.     

"Aku hanya ingin kamu merawat Bryan dirumah. meskipun ada baby sitter yang membantu merawatnya, tapi aku lebih tenang jika kamu tetap berada disisinya dan mengawasinya sendiri." jawab hans dengan suara rendah. seolah menyesali ucapannya barusan. ia menyadari telah berkata sangat kasar dan membuat anita sakit hati.     

"Hans....Aku juga punya pekerjaan dan hidupku sendiri .... aku bekerja juga untuk Bryan. lagian, Bryan dirawat oleh baby sitter yang sudah merawatnya sejak lahir..... yang sayang dan menganggapnya seperti adiknya sendiri. percayalah, kamu bisa tenang meninggalkan Bryan bersamanya ...."     

"Okay aku mengerti ! Kalau itu masalahmu. mulai sekarang kamu istirahat saja dirumah. kamu tidak perlu bersusah payah bekerja. sebutkan nominalnya ?!. tenang saja. aku pasti mampu menghidupimu dan Bryan."     

"Hans ! Kamu jangan mulai yah ! meskipun aku masih berstatus sebagai isterimu, tapi bukan berarti kamu bisa mengaturku sesukamu !,"     

"Baguslah jika kamu masih sadar statusmu ! jadi jaga sikapmu, dan jangan membantahku lagi. pokoknya mulai sekarang aku tidak mengijinkanmu bekerja !"     

"Huh. dasar egois ! Sudah ! aku mau mandi. aku malas berdebat denganmu!" Anita langsung masuk kedalam kamar. dan segera menutup pintunya dari dalam. 'Huh dia pikir dia raja !. seenaknya saja memberi perintah !' Anita membanting tubuhnya diatas ranjang. merasa kesal atas sikap arrogant hans padanya. namun entah mengapa, ia juga tidak berani untuk membantah perintahnya. dan ini adalah part. yang sangat menjengkelkan !.     

.     

.     

Anita keluar dari kamar mandi. ia mendengar bunyi notifikasi ponselnya terus berbunyi. layar ponselnya tampak menyala. ia segera meraih poselnya dan membaca beberapa pesan dilayar smartphonenya.     

Ia membalas satu persatu pesan yang tidak lain dari rekan kerjanya dikantor. yang menanyakkan alasannya tidak masuk Kantor. namun baru juga ia selesai membalas pesan. tiba-tiba saja muncul nama hans pada layar ponselnya. hans menelfonnya.     

"Hallo....Yank... ibu ingin melihat bryan... kita kerumah ibu sore ini yah" sapa hans dari seberang sana.     

"Hah ! kenapa mendadak sekali.... apa harus hari ini ?, tapi keadaan Bryan khan belum sehat betul..."     

"Gak apa-apa, ibu bilang udah kangen banget sama kamu ... ibu sangat penasaran ingin melihat cucunya. kamu tenang saja. nanti kita bisa panggil dokter pribadi kerumah ibu jika Bryan kenapa-kenapa... "     

"Tapi...... "     

Hans tahu, anita merasa canggung bertemu dengan ibu. setelah kepergiannya tanpa pamit sekian bulan lamanya.     

"Sudah. tidak usah membantah. nanti aku yang akan menghandle semuanya. kamu bersiap saja sekarang. aku akan jemput kamu jam empat sore yah..."     

"Hmm... baiklah... " jawab anita pasrah. segera menutup telfonnya. wajahnya seketika berubah muram, ia menyadari jika ibu hans telah mengetahui kepulangannya kembali kerumah. ia merasa bingung bagaimana nanti menjelaskan alasan kepergiannya selama ini, ia tidak dapat menebak, bagaimana jika ibu berubah membencinya sekarang. Anita menghela nafas panjang. ia sadar, jika ini adalah resiko yang harus dihadapinya cepat atau lambat. jadi ia memutuskan untuk menyiapkan dirinya menghadapi kenyataan seburuk apapun nanti.     

.     

.     

"Ibu ...." sapa anita lirih , menyapa ibu hans yang telah menunggu kedatangannya didepan pintu rumah. jantungnya berdegup kencang. ia merasa gugup dan takut, perasaannya bercampur aduk tidak karuan.     

"Ahh sayang...Kamu pulang..." ibu hans langsung menghambur dan memeluk anita dengan erat, wajah lembutnya menyambut anita penuh kerinduan, ibu langsung meraih kepala anita dan membelai rambutnya dengan lembut, lalu mendengakkan wajah anita untuk menatapnya dengan lebih jelas. suasana seketika mencair hangat. "Syukurlah kamu baik-baik saja nak...."     

"Ayokk , masuk kedalam... ibu sudah lama menunggu Kalian... " ibu segera menggiring anita masuk kedalam rumah,     

"Oiya... Mana cucu oma yah .. " ibu menoleh kebelakang, menyapa Bryan yang berada didalam gendongan hans dan terlihat sibuk dengan mainannya.     

"Halloooo.... ini cucu oma yah.... duh ganteng banget cucu oma ....." ibu hans mengambil Bryan dari gendongan hans, ia langsung menciuminya berulang kali. sembari terus menyapa dan mencoba berinteraksi dengannya. Bryan tampak tersenyum ceria , ia bahkan tidak merasa takut sedikitpun. ia seolah secara naluriah menyukai ibu pada pandangan pertama.     

"Namanya siapa hans ? "     

"Bryan bu.... Bryan Siddhartha Wijaya... "     

"Ahhh nama yang bagus..., ibu suka nitt.. kamu pintar memilih nama untuknya" puji ibu. wajahnya menengokk kearah anita yang tampak duduk dengan manis di sofa.     

"Siapa bilang namanya dipilih sama nita... itu namanya hans yang beri ! Hufft enak saja main claim hasil karya orang !"     

"Hahaha jadi nama itu ide darimu.... ?! hmm tidak disangka ternyata kamu punya taste yang bagus juga Hahaha "     

Ibu sengaja meledek hans. Anita hanya dapat tersenyum kecil melihat keributan antara ibu dan anak itu semakin menghangat.     

Sebelum datang kerumah ibu, hans dan anita telah bersepakat untuk bersikap normal, layaknya seperti pasangan pada umumnya, bersikap seolah semua baik-baik saja agar ibu merasa tenang.     

"Malam ini kalian menginap disini khan... ibu sudah siapkan kamar untuk Kalian " seketika wajah anita menegang. mereka saling bertatapan dalam diam. sorot mata anita menatap tegas kearah hans seolah mengkodenya untuk segera bertindak dan menolak permintaan ibu.     

"Maaf bu... malam ini kami tidak bisa menginap disini bu... kami besok harus bekerja " jawab hans lugas, mengerti dengan kode yang diberikan anita padanya.     

"Yahhh.... Ibu masih mau main dulu sama Bryan nitt... please boleh yah, malam ini saja yahh" bujuk ibu dengan ekspresi memohon pada anita,     

"Iyaa bu... tentu saja boleh ..." jawab anita pasrah, tentu saja ia tidak dapat menolak permintaan ibu. ia tersenyum kecut, mencuri pandang kearah hans, yang tampak asik bermain game dengan smartphonenya. seakan tidak peduli dengan situasinya.     

Dalam hati hans bersorak gembira. penuh kemenangan. akhirnya satu kesempatan terbuka lebar didepan matanya. kali ini ia tidak akan menyia-nyiakan begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.