Shadow of Love

Kamu yang memancingku duluan



Kamu yang memancingku duluan

0Hans menatap pantulan wajahnya didepan cermin, ia tampak memasang dasi dilehernya dengan cermat. tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi. seketika membuyarkan konsentrasinya mengikat dasi. 'Grrr.... pagi-pagi sudah menganggu saja!', "Ada apa jenn...!" Hans menjawab panggilan telfon dengan nada kesal, ia memiringkan lehernya kesamping, mengampit ponsel diantara kepala dan pundaknya. sembari tetap membenahi dasinya yang belum terpasang dengan benar.     

"Bapak ada dimana?"     

"Aku masih dirumah, ada apa ..."     

"Maaf pak... saya mau mengingatkan. hari ini Bapak ada appointment dengan PT.Nixon pada jam satu siang."     

"Aku tahu ! aku akan datang sebelum jam satu",     

"Tapi pak...."     

"Ada apa lagi ?!"     

"Emm sebenarnya. saat ini bu sirena sedang berada diruangan bapak. beliau sudah menunggu bapak sejak tadi pagi." jawab Jenny pelan, berbicara dengan nada berbisik. seolah takut suaranya terdengar orang lain.     

Seketika wajah hans berubah keruh. memegangi ponselnya dengan keras. 'Apa lagi kali ini....'Hans mengeryitkan keningnya. melirik kearah arloji ditangannya yang baru menunjukkan pukul sembilan lewat sekian menit.     

"Pak...." suara Jenny berhasil mengaggetkan lamunan hans.     

"Ohh. Kalau begitu kamu cari cara, bagaimana ngusir dia sebelum aku datang !"     

"Eh. gimana-gimana....tunggu dulu pak... mana berani saya ngusir bu sirena pak ?!"     

'duh ada gila- gilanya nih bossku !! dipikirnya aku security apah.... main nyuruh ngusir orang seenak jidat. hellowww... ini bu sirena yang dihadapi ! kayaknya emang sengaja banget mau ngumpanin aku ke kandang singa!'     

"Sudah !, kamu bilang saja sama dia, kalau aku sibuk, gak bisa diganggu! suruh pulang sekarang!" ucap hans santai seperti dipantai. 'Huh ngomong aja gampang berasa kentut aja !! adepin sendiri sono! ngapain nyuruh aku' Jenny meremas bolpoint hitam ditangannya dengan kuat.     

"Hehehe bapak jangan bercanda dong ... mana berani saya ngomong frontal begitu sama bu sirena. bisa digiling saya pak!!"     

"Pokoknya terserah kamu saja. pikirkan sendiri caranya !. kamu khan pinter."     

"Udah !! jangan ganggu aku ! aku mau beres-beres dulu sekarang!!".     

"Ehhh tunggu bentar pak....."     

Tut....Tutt.....Tutt....     

Hans menutup telfonnya secara sepihak.     

'Huh Sialan ! main nutup telfon aja!' Jenny menatap gagang telfon ditangannya dengan geram. ingin sekali membantingnya dengan keras. tiba-tiba ia merasa kepalanya berdenyut. pusing tujuh keliling.     

.     

.     

Hans berjalan menghampiri anita yang tengah duduk disofa diruang keluarga. ia tampak sedang sibuk mengetik sesuatu pada smartphone ditangannya. sambil mengawasi Bryan yang berada didepannya, yang tampak sedang asik bermain mainannya bersama mbak fitri didepan televisi. mereka duduk melantai beralaskan karpet lembut mewah dari Persia.     

"Sayang... kekamar sebentar yukk " bujuk hans mesra, merajuk berbisik ditelinga anita. kedua tangannya melingkar erat pada pinggang anita.     

"Ada apa ?" tanya anita polos. menoleh kesamping menatap wajah hans dengan ekspresi serius.     

"Ntar aku kasih tahu kalau sudah dikamar..." hans meraih satu tangan anita, segera menariknya untuk berdiri dan ikut dengannya. Anita sejenak terdiam. wajahnya seketika kembali memerah, ketika ia mengerti magsud tersembunyi hans mengajaknya kekamar.     

"Enggak !" jawab anita jutek. ia langsung menghempas tangan hans dengan keras dan kembali duduk mengambil posisi nyaman disofa.     

"Jangan begitu dong yank... bukannya tadi kamu sudah janji sama aku hmm"     

"Janji Apaan ?! aku engak pernah janji apa-apa yah.. dasar tidak tahu malu !"     

"Loh bukannya tadi kita hampir saja..... "     

Sebelum hans sempat melanjutkan kata-katanya . Anita segera membungkam mulut hans dengan tangannya. wajahnya seketika berubah memerah. ia sengaja menatap hans melotot, sebagai peringatan keras agar hans tidak melanjutkan ucapan selanjutnya.     

Menginggat kejadian pagi ini bersama hans membuat Anita benar-benar merasa malu setengah mati. ingin rasanya menggali lubang untuk bersembunyi. ia merasa tidak sanggup menghadapi kenyataan.     

"Itu karena tadi kamu yang memancingku duluan !" Anita berkata dengan suara lugas. menampilkan gesture tubuh berwibawa. 'biar bagaimanapun aku harus tetap menyelamatkan wajahku !!' batin anita mengumpat. meskipun tetap saja ia tahu jika hans pasti menganggapnya sebagai wanita murahan.     

"Yaa udah ntar aku pancing lagi deh. sekarang ayok kita kekamar dulu yukk... bentar lagi aku harus kekantor nihh yank... ada meeting jam satu siang"     

"Yaa udah. pergi kekantor sana... apa urusannya denganku ..."     

"Yank... Aku merasa tersiksa kalau belum keluar "     

"Bodokk!"     

"Kok bodok sih...berdosa loh menolak ajakan suami..."     

"Masalah beginian aja, baru ingat dosa ! Apa kabar saat kamu selingkuh kemarin, " Jawab anita singkat. memasang wajah cuek, tidak peduli. ia kembali fokus menatap kearah smartphone ditangannya. Hans mendengus kesal, dengan spontan ia berusaha merebut ponsel milik anita, untuk mendapat perhatiannya. namun tanpa disangka anita reflect menghindar. mengalihkan ponselnya ditangan satunya dan langsung menyelamatkan kedalam kantong celananya.     

"ihhh fitnah .... mana pernah aku selingkuh..."     

"...." Anita melengos, tersenyum samar.     

"Kok kamu tega sih...terus gimana dengan nasibku sekarang dong..." ucap hans memelas.     

Hans tahu ini tidak akan berhasil. ia tidak akan dapat memaksa anita agar mau bercinta dengannya. ia menelan ludahnya dengan berat. berusaha realistis. menekan libido lelakinya sekuat tenaga. sekian menit ia bersabar menunggu reaksi anita. ia akhirnya menyerah sendiri, dengan wajah kesal ia membalikkan badan, pergi meninggalkan anita yang tampak dingin dan tidak peduli, ia bersikap sangat tenang. seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. 'Sungguh menyebalkan !'     

.     

.     

Dikantor Wijaya group....     

Jenny terus memutar otak. memikirkan cara mengusir sirena dengan baik dan benar. Boss nya yang super menyebalkan seenaknya memerintah agar ia dapat mengusir sirena sebelum ia datang. 'sebenarnya akutuh sekretaris atau security sih' gumam Jenny kesal. sambil menatap kearah pintu ruangan hans jengkel. sejak saat bossnya mengetahui kalau ia bersekongkol menyembunyikan anita darinya. Hans seolah menjadi semakin semena-mena memerintahnya. membuat jenny tidak berkutik dibuatnya.     

Teett.... Teett.....Teett...     

"Yaa buk...." Jenny mengangkat telfon intercom didepannya. cahaya merah menyala pada angka satu. yang berarti itu adalah panggilan dari ruangan hans.     

"Aku mau minum milkshake dari kafe favoriteku dibawah. kamu order untukku sekarang "     

"OH. baik buk... saya akan pesankan sekarang"     

Selesai berbicara, tanpa basa-basi sirena langsung mematikan telfon intercomnya. 'Huh dasar gadis sombong!!' Jenny mengumpat kearah gagang telfon ditangannya.     

Mendadak Jenny seperti mendapat ide. 'kebetulan sekali wkkwkwk....' Jenny terkekeh sendiri. ia segera memeriksa isi tas kerjanya 'Yes. ketemu!' ia mengambil obat pencahar dari dalam tas. ia memang selalu membawa obat ini kemanapun. banyak para wanita yang mengambil jalan pintas. meminumnya untuk menjaga berat badan agar tetap stabil. demikian juga dengannya. ia termasuk dalam barisan wanita yang melakukannya meski ia tahu meminum obat ini memiliki resiko merusak tubuh. namun sebenarnya ia hanya meminumnya jika dibutuhkan saja. saat ia tidak punya kesempatan untuk olah raga disela jadwal kerja yang padat.     

Jenny menumpahkan satu isi kapsul kedalam minuman sirena, kemudian mengaduk dengan jarinya. 'gak apa-apa, itung-itung vitamin B (bakteri). cuma paling bikin mencret doank. gak akan bikin mati wkwkwkwk' Jenny menutup kembali tutup cup milkshake milik sirena 'Hufft selesai deh. sekarang Mari kita coba.' gumam Jenny, memasang mimik wajah meniru ucapan seorang istagramer terkenal yang ngehit.     

Jenny mengetuk pintu ruangan hans. dan langsung masuk kedalam.     

"Ibu.. pesanan minumnya sudah datang."     

"Taruh saja disana...."     

"Baik bu...." Jenny meletakkan minuman sirena diatas meja kerja hans. tepat didepan sirena yang sedang asik bermain ponsel dan duduk dikursi kerja milik bossnya.     

"Kalau tidak ada yang lain. saya permisi dulu buk..."     

"Apakah hans menelfonmu ? tumben. sudah jam sepuluh kok dia belum datang juga ?"     

"Mungkin karena tidak ada yang urgent untuk dikerjakan hari ini ... jadi bapak tidak terburu-buru kekantor..."     

"Hmm begitukah...."     

Jenny menganggukkan kepalanya dengan yakin.     

"Yaa udah. kamu boleh keluar sekarang..."     

" Baik bu...saya permisi dulu."     

Jenny membalikkan badannya. tersenyum kecil penuh arti dan segera berjalan keluar ruangan hans.     

Satu jam kemudian.....     

Sirena tampak mondar-mandir ke toilet. wajahnya berubah mulai pucat. baru juga lima menit masuk ruangan, ia kembali keluar ruangan dengan langkah seribu menuju ke toilet.     

Jenny pura-pura tidak melihat. padahal hatinya menahan tawa terpingkal. setelah menunggu sekian purnama. akhirnya ia mendapat kesempatan untuk membalas sirena. terlebih ia justru mendapat permission langsung dari bossnya.     

"Jenn.... aku mau pulang dulu yah , nanti kalau hans datang bilang aku mencarinya..."ucap sirena lemah. ia berdiri didepan meja Jenny dengan wajah tampak berantakan.     

"Ahh. Tidak ditunggu sebentar lagi buk .... bapak barusan menelfon. ia sedang dalam perjalanan kesini sekarang kok" sahut Jenny sopan, langsung berdiri dari duduknya.     

"Hahhh.... seriously ? but... aduh.. aku gak bisa deh kayaknya," Sirena memegang perutnya lagi. tanpa basa basi ia kembali berlari menuju ke toilet lagi. meninggalkan Jenny yang pura-pura terbengong. menatap kepergiannya sambil memasang ekspresi polos. 'Maaf bu...saya cuma bantu bersihin perut ibu hari ini.' batin Jenny tersenyum samar. seraya melambaikan tangannya say goodbye kearah sirena. yang bahkan tidak sempat memperhatikan ulahnya, saking menahan rasa kebelet ingin segera ke toilet as soon as possible.     

.     

.     

.     

"Sayang... aku kekantor dulu yahh... nanti sore pulang kerja aku jemput kamu. kita pulang ke menteng sama-sama.." hans mencium dahi anita. berpamitan untuk pergi kekantor. ibu tampak tersenyum haru, merasa bahagia melihat kemesraan keduanya. tentu saja itu karena mereka berakting dengan meyakinkan, seperti pasangan serasi nan romantis.     

"Kamu bekerja dengan tenang okay.... ibu bakal jagain isterimu dirumah". jawab ibu menggoda. Anita tersenyum awkward, wajahnya kembali memerah malu-malu.     

"Ibu kalau ada waktu, ajak nita belanja bu, dia sangat irit. bahkan tidak menyentuh uang bulanan dariku."     

Hans memang suami yang bertanggung jawab. saat Anita kabur dari rumah sekalipun. ia tetap rutin memberikan nafkah uang bulanan yang otomatis masuk ke rekening anita setiap bulan. meskipun anita tidak pernah menyentuh uang pemberiannya itu, karena egonya yang tinggi. dan lebih memilih bekerja dengan hasil keringatnya sendiri, mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan Bryan.     

"Iyaa boleh banget dong .. nanti kita shopping yah nit..." ajak ibu exited.     

"Ahh maaf banget mah. tapi nita gak bisa hari ini ... ada kerjaan yang harus segera nita selesaikan siang ini, belanjanya next time aja yahh mah... nita janjiii hmmm", bujuk anita, langsung memeluk pinggang ibu dan merajuk manja.     

"Yah .... jadi hari ini kamu mau ngantor juga nit ?"     

"Tidak mah... nita ngerjainnya dari rumah kok. kemarin nita bawa laptop nita kesini ".     

"Ohh, jadi work from home gitu?"     

"Iyaa mah... nita kekantor kalau ada meeting atau ketemu klien saja, selainnya nita bisa kerjain kerjaan nita dari rumah"     

"Bryan sayang. .. daddy berangkat kerja dulu yah. Bryan jagain mommy dirumah okay" hans berpamitan. seraya mencium pipi Bryan yang berada didalam pelukan anita. detik selanjutnya tanpa aba-aba sebelumnya ia langsung menyambar bibir anita dan melumatnya dalam.     

membuat wajah anita memerah seketika. Mata anita langsung membola lebar. terkejut. sembari menatap ibu dengan gugup. untung saja ibu tidak memperhatikan adegan mesum hans padanya barusan.     

Hans tersenyum terkekeh. dengan santai pergi berlalu darinya. meninggalkannya dirinya yang tampak bengong dan speechless begitu saja.     

"Hati-hati dijalan hans" teriak ibu, mengantar kepergian hans hingga didepan pintu rumah. tatapannya mengantar putera kesayangannya itu hingga ia masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan gerbang rumah mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.