Shadow of Love

Sebaiknya kamu menyerah



Sebaiknya kamu menyerah

0"Hii Pras... ini jenny. Apakah Hari ini kamu ada waktu ? aku pengen ketemu sama kamu sebentar, apakah bisa ?" ucap jenny tenang. Jenny menggigit bibir bawahnya. berusaha berbicara dengan nada biasa saja. meskipun jantungnya berdegup kencang. hingga keringat dingin tampak membasahi keningnya. menanti jawabban prastian dengan perasaan gugup.     

"Ehh iya jenn.... emang ada apa yah ? apakah kamu baik-baik saja ..." jawab Prastian tegang. tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya dengan panggilan telfon dari jenny yang begitu tiba-tiba. ia tahu jenny tidak akan menelfonnya hanya untuk iseng. bisa dikatakan Jenny termasuk sangat jarang menelfon dirinya. ia hanya menelfon jika ada keperluan mendesak yang membutuhkan bantuannya saja.     

"Ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu."     

"Ngomong saja jenn... it's okay, aku sedang available kok sekarang."     

"Aku gak bisa jelasin lewat telfon pras. kita harus ketemuan langsung ... aku takut, nanti pak hans dengar. ini sangat penting. ini tentang nita."     

Jenny mengatup kedua bibirnya rapat-rapat. hatinya sedikit berdebar. tiba-tiba ia merasa bersalah. namun ia tetap harus melakukan ini. demi masa depannya dan anita. ia terpaksa berbohong pada prastian, dengan menggunakan anita untuk memancingnya agar mau bertemu dengannya. ia tahu prastian akan auto menuruti permintaannya jika ini mengenai anita.     

"Baiklah ... jadi kita ketemu dimana ?"     

"Bisakah kamu datang kerumah nanti malam ?"     

Prastian terdiam sejenak. ia tampak berpikir keras. 'Saat ini nita dan Bryan sedang tidak berada disana.... sepertinya tidak baik dilihat orang, kalau aku bertamu kerumahnya sendirian'     

"Maaf jenn. tapi aku tidak dapat bertemu dirumahmu, bagaimana kalau kita ketemu diluar saja. name the place... I'll be there "     

'Huh jadi lo sekarang alergi menginjak rumahku hah ! Dasar sok iyes lo ! belagu amat jadi lakik !' darah Jenny bagai mendidih, mendengar ucapan penolakan prastian yang terkesan frontal. dan tidak berperasaan.     

"Oh. jadi kamu gak bisa yah ... it's okay. kalau begitu gak jadi saja. biar nanti aku suruh nita sendiri yang bicara langsung denganmu"     

"Hah wait ! tunggu sebentar jenn... Okay kalau begitu... aku akan usahakan kerumahmu sepulang dari kantor ".     

Haapp ! masuk perangkap deh !!. Jenny langsung menebar senyum dalam diam. akhirnya ia dapat membuat Prastian menyerah juga. ia merasa senang karena berhasil membuat Prastian bersedia datang kerumah menemui dirinya.     

"Okay. kalau begitu sampai jumpa nanti malam"     

Telephone berakhir.     

Jenny tampak terkekeh. menatap ponselnya puas penuh kemenangan. ia mendengakkan wajahnya keatas. menatap langit ruangan yang luas diatasnya. hatinya tiba-tiba berubah bimbang 'Bagaimana caranya agar ia dapat berhenti mengejar nita.... ' Jenny bergumam lirih. berpikir keras mencari solusi. 'Huhh menyusahkan saja !'     

.     

.     

.     

"Any body home.....jenn..... I'm coming !" teriak prastian keras. memberitahu kedatangannya dari depan pintu rumah.     

"Masuk saja pras... pintunya gak dikunci kok" sahut Jenny, membalas prastian dari dalam rumah.     

"Ohh. aku masuk yah"     

"....."     

Prastian memasuki ruang tamu, hatinya sedikit ragu. tiba-tiba perasaannya begitu awkward. tanpa suara renyah Bryan menggema , rumah ini sekarang terasa sunyi dan asing.     

Prastian menghentikan langkahnya. hatinya berdesir hebat. tatapan matanya membeku menatap kearah sosok wanita yang begitu tidak asing baginya didepan sana.     

Jenny tampak duduk bersandar pada kursi di ruang makan. sambil menikmati segelas wine dalam gelas kaca berkaki tinggi ditangannya. rambut panjangnya terurai indah, tubuhnya terlihat begitu indah, meskipun hanya berbalut kaos putih sepaha. membuatnya terlihat begitu sexy mempesona.     

"Heiiii kamu sudah datang. duduklah" ucap Jenny dengan wajah tampak terkejut, ia langsung berdiri mempersilahkan prastian duduk dimeja makan bersamanya.     

Ucapan jenny berhasil menyadarkan dirinya. prastian melanjutkan langkahnya menuju kemeja makan.     

Prastian menghela nafas panjang. berusaha menenangkan diri. ia mengambil tempat duduk persis didepan Jenny. bersikap tenang dan berlagak tidak terpengaruh dengan pesona yang ditampilkan Jenny saat ini.     

Jenny tersenyum samar, ia lalu menuangkan wine kedalam gelas kaca satunya lagi, yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk prastian.     

"Langsung saja Jen. sebenarnya ada apa dengan nita?."     

"Minum dulu sedikit. istirahatlah sebentar "     

"Terima kasih. tapi maaf, aku tidak haus..."     

"Hmm baiklah...."     

Jenny membungkukan dadanya kebawah menyodorkan wine kedepan prastian. seketika jantung prastian berdegup kencang bagai genderang perang. nafasnya tiba-tiba memburu. tatapan matanya membeku menatap buah dada Jenny yang tersaji menantang dihadapannya.     

"Sebaiknya kamu menyerah pada nita..." ucap jenny tenang. ia membuka mulutnya menggoda, menghisap seteguk wine dari gelasnya. lalu mengoyangkan gelas itu dengan anggun. pandangan matanya beralih menatap kearah prastian tegas.     

menyadarkan imajinasi liar prastian seketika. membuatnya back to reality.     

"Bukan kapasitasmu untuk memutuskan Jenn... kamu tidak usah ikut campur. ini ranah pribadiku dengan nita !"     

"Hmm Aku sudah menduga. kamu akan berkata begini padaku. but let me tell you pras, you have no chance to seize hans place ! I guaranteed 1000% untukmu. you have no chance at all !! dan kamu tahu apa yang akan terjadi dengan nita dan Bryan kalau kamu terus memaksakan egomu ?, kemungkinan terburuk. mereka akan berpisah dan menderita karenamu. apakah kau pernah berpikir sejauh itu"     

"Jadi kamu menyuruhku datang kesini hanya untuk mendengar omong kosongmu ini. kalau begitu aku sudah buang-buang waktu !"     

Prastian meradang. wajahnya berubah garang. menatap jenny marah. ia realized Jenny underestimate dirinya from the beginning. harga dirinya sebagai lelaki seolah diinjak-injak. meskipun secara status Hans memang berada diatasnya. namun ia juga mempunyai karier dan kemampuan financial yang cukup mapan dari hasil keringatnya sendiri. ia yakin dirinya mampu untuk menghidupi dengan layak anita, Bryan dan anak- anak mereka kelak.     

Prastian langsung berdiri dari kursinya. membalikkan badan. beranjak pergi meninggalkan ruang makan.     

"Tunggu... aku belum selesai bicara !"     

"Sorry. tapi aku tidak tertarik mendengarkan omong kosongmu,"     

Jenny bergerak cepat. ia segera mencegat prastian, berdiri didepannya dengan posture menantang.     

Prastian tersentak kaget. 'Apa yang sebenarnya ia inginkan...' prastian menelan ludahnya dengan berat. mereka saling bertatapan tajam. Jenny terus melangkah maju. membuat prastian gugup setengah mati. "Jenn.... jangan begini " Prastian menatap jenny tidak berdaya. ia bahkan tidak punya keberanian mendorong Jenny untuk tidak menghalangi jalannya. ia hanya dapat terus berjalan mundur kebelakang menghindarinya.     

BHUK !     

Langkahnya terhenti. kakinya membentur kursi dibelakangnya. prastian jatuh terduduk kembali dikursinya.     

"Please jen~... A-Aku....tidak ingin bertengkar denganmu..." ucap prastian gugup, jantung prastian seketika berdegup sangat kencang. menatap jenny dengan tatapan ketakutan. ia benar-benar takut ia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. merasakan celananya yang kini terasa semakin sesak oleh ereksi miliknya.     

Jenny tersenyum indah. wajahnya tampak tenang. seolah-olah bukan dia yang sedang memberi tekanan pada prastian. wajah prastian seketika terasa terbakar saat jenny sengaja mendekatkan wajahnya padanya. ia menyentuh bibir prastian dengan satu jarinya. mereka berdua tampak saling bertatapan penuh arti.     

Prastian berusaha menghindar. ia memalingkan wajahnya kesamping. namun jenny bertindak lebih cepat dan menutupi bibir prastian dengan bibirnya. memegangi dagu prastian agar ia tetap patuh diposisinya.     

Tubuh Prastian seolah terkunci. jantungnya berdegup semakin kencang, tidak terkendali. sebagai lelaki normal, wajar jika ia terangsang. Jenny berpakaian sangat tipis. ia tidak tahu apakah jenny mengenakan bra atau tidak, yang jelas ia dapat merasakan payudaranya menyentuh lembut dadanya. dan sensasi ini benar-benar membuatnya gila.     

Jenny dengan santai mengambil segelas wine yang berada diatas meja. lalu meminumnya seteguk demi seteguk, ia sengaja memasang ekspresi sexy, dan itu benar-benar sangat mengoda.     

Prastian mengambil gelas ditangan jenny.     

"Jenn ~ hentikan. jangan minum lagi. kamu sudah mabuk...."     

"Tanpa minum. bagaimana aku bisa berani seperti ini....? Ahhh Aku tahu kamu akan keberattan"     

"Apakah kamu demikian menyukaiku ?"     

"Menurutmu ?" Jenny meletakkan pantatnya pasrah. duduk diatas pangkuan Prastian. kedua tangannya melingkar pada leher Prastian mesra. mereka saling bertatapan penuh arti.     

Prastian telah sepenuhnya mengerti magsud jenny. namun entah mengapa ia tidak merasa keberatan sama sekali. Prastian membiarkan jenny menyentuh bibirnya, sengaja memainkannya dengan nakal menggunakan jarinya.     

"Ingat... ini adalah salahmu. kamu yang menginginkannya !" ucap prastian tajam, seketika ia menarik pinggang jenny, merekatkan dalam pangkuannya. Jenny bernafas dengan cepat. Prastian sengaja menekan pahanya kebawah. menekan kemaluan jenny pada kejantanannya. meskipun terhalang lapisan kaos putihnya. Jenny masih bisa merasakan benda keras begitu tegang dibawahnya.     

Prastian menggigit telinga jenny nakal. ia berbisik lirih. "Jangan menyesal. sekarang kamu tidak akan bisa menghentikanku lagi"     

Prastian tidak dapat menahan hasratnya lagi. ia mengambil wajah Jennifer dipangkuannya dan langsung menciumnya dengan panas. Jenny membalasnya tak kalah dasyat. mereka berdua kemudian memadu cinta diatas meja makan.     

Prastian dengan perkasa menunjukkan kejantanannya sebagai lelaki. mereka berdua menikmati percintaan panas yang tidak terlukiskan dengan kata-kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.