Shadow of Love

Aku memikirkanmu



Aku memikirkanmu

0Akhirnya selesai juga pekerjaannya. Jenny menguap kecil. merentangkan tangannya lebar. sebelum kemudian mulai mengemasi barang-barangnya untuk bersiap pulang. tiba-tiba ponselnya berbunyi, ternyata Prastian yang menelfon. ingin mengajaknya makan malam bersama. 'kesambet setan darimana nih anak, pake ngajakin dinner segala... huh, aku tahu. paling ujung-ujungnya minta bantuan gimana ketemuan sama nita, merepotkan saja',gumam Jenny dalam hati.     

"Bagaimana kalau di Bella Roma ? biar aku pesan satu meja sekarang. misalnya,.... jam delapan ?"     

Jenny merasa malas menerima ajakan Prastian. pikirannya saat ini hanya ingin segera pulang dan berbaring dengan nyaman dikursi pijat kesayangannya, bersantai sendirian hingga tertidur disana. ia melihat kearah arlojinya, saat ini waktu menunjukkan pukul enam lewat sekian menit. "Maaf Pras... Aku masih banyak kerjaan. Aku lembur hari ini. M-mhh langsung saja, apa kamu butuh bantuanku ?"     

Prastian terdiam membeku. wajahnya tampak berubah kecewa, 'Gadis ini benar-benar menjengkelkan !, bukannya seharusnya ia bersyukur. kali ini aku yang mengambil inisiatif, datang sendiri padanya. jadi ia tidak perlu bersusah payah menjebakku lagi... tapi kenapa ia justru bersikap dingin begini ? apakah ia sengaja bermain sulit didapat?'.     

"Oh, jadi kamu sedang sibuk yah.... baiklah... hmm kalau begitu bagaimana jika lain kali saja..."     

"Hah lain kali ?... apakah ada sesuatu hal yang ingin kamu bicarakan ? kamu bilang saja sekarang... "     

"Magsudmu...."     

"Mungkin kau butuh bantuanku.... tentang nita?" jawab Jenny menerka-nerka. faktanya selama ini Prastian hanya akan menelfonnya jika ini menyangkut tentang Anita. jadi kemungkinan besar magsud Prastian mengajaknya dinner kali ini juga pasti juga pasti sekitar tentang Anita.     

"Oh ... tidak ada. Aku hanya ingin ngobrol saja denganmu... ini tentang pekerjaan..." Prastian menjawab sekenanya, merasa kesal sendiri.     

"Pekerjaan ?..." Jenny semakin bingung. 'Jika ini tentang Pekerjaan, sejak kapan pekerjaan Prastian berhubungan dengannya ?' Jenny berniat menanyakkan dengan lebih jelas.     

"Jadi, kamu bisa gak makan malam denganku lain waktu ?..." desak Prastian dengan tidak sabar.     

Jenny mengeryitkan keningnya, tidak biasanya Prastian bersikap demikian proactive padanya. tapi meskipun merasa heran jenny langsung setuju. "Baiklah..."     

"Kamu telfon aku begitu ada waktu. jangan khawatir, saat ini aku sedang sangat longgar..." Prastian menatap tumpukan file di depannya dengan cuek. dalam hatinya berharap, dengan berkata seperti itu, membuat jenny tidak sungkan untuk menelfonnya kapan saja.     

"Aku mengerti..."     

Perbincangan telfon mereka berakhir. Prastian meletakkan ponselnya diatas meja. entah mengapa ia merasa kesal, usahanya bertemu dengan Jenny tidak berhasil. ini sudah beberapa hari pasca ia menghabiskan malam bersama jenny kala itu, dan pikirannya kini seolah hanya berpusat pada gadis menyebalkan itu. ia sampai terheran dengan dirinya sendiri. yang terus berharap bahwa Jenny akan menelfonnya lagi atau membuat trick mengundang kerumahnya seperti kala itu.     

Prastian mengacak-acak rambutnya sendiri. merasa frustrasi. "Ada apa denganku...." ia menghempas ponselnya menjauh dari hadapannya. namun sedetik kemudian ia kembali berubah pikiran. ia kembali mengambil ponsel dan melihat gallery foto pada ponselnya. Ia menatap lekat foto bersama saat liburan dibali bersama Anita. mereka ber-empat berfoto bersama. Tanpa sadar tangannya terus meng-zoom bagian foto Jenny. hatinya tiba-tiba berdesir     

'Huh tidak ada sedikitpun yang special darimu. Sudah clumsy, galak lagi.' Prastian memaki photo Jenny.     

.     

.     

BAAM..... BAAM..... BAAM...!     

Suara apa itu !. Jenny terperanjat kaget. ia segera bangun dari tidurnya. dalam keadaan setengah sadar ia langsung memeriksa cctv bagian depan pagar rumahnya. yang ia dapat dipantau langsung dari televisi dikamarnya. 'Hah ngapain tuh anak datang kerumah malam-malam begini' , Jenny tampak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. tampak pada layar monitor cctv, Prastian sedang berdiri sendirian didepan pintu gerbang rumahnya. tampak sedang memukul pagar rumah dengan tangan kosong berulang kali. hingga menimbulkan bunyi sangat berisik.     

Jenny segera berlari keluar kamar. ia melihat kearah jam dinding, saat ini waktu menunjukkan pukul dua dini hari, ia tidak akan membiarkan Prastian menimbulkan keributan di kompleks tempat tinggalnya. Satpam dipintu depan mengijinkan ia masuk ke area kompleks karena telah mengenal Prastian secara pribadi sebagai family members-nya, jadi ia dapat keluar masuk perumahan itu kapan saja. tapi bukan berarti ia dapat membuat keributan malam-malam begini seenaknya.     

"A-Apa yang kau lakukan disini...." tanya Jenny curious. sambil membukakan pintu gerbangnya.     

"Ah. kamu sudah pulang..."     

Bersamaan Prastian menjawab pertanyaannya, ia dapat mencium aroma pekat alkohol keluar dari mulutnya.     

"Kamu mabuk ?"     

"Enggak ! enak saja...siapa yang mabuk," jawab prastian cuek, tubuhnya meleyot kesamping. seakan ingin terjatuh. 'Huh, jelas-jelas kamu mabuk !, tapi masih berani menyangkal !'.     

"Mau masuk ?"     

"Aku ingin mengajakmu makan malam, apa kita bisa berangkat sekarang ?" jawab Prastian melantur. seraya menatap kearah jenny dengan sayu.     

"Kamu sedang mabuk , masuklah...."     

Jenny berdiri mematung disampingnya, sebenarnya ia enggan menawarkan diri begini, tapi melihat keadaan Prastian sekarang, sepertinya ia tidak punya pilihan lain. Jenny membuka pintu gerbangnya lebar-lebar, mempersilahkan Prastian untuk masuk kedalam rumahnya. namun Prastian tidak beranjak dari sana. ia terus berdiri menyandarkan tubuhnya pada pagar, bagai lem dan ingin tetap merekat disana.     

"Jadi, apa kau berniat berdiri semalaman disini....?" Jenny hilang kesabaran.     

Prastian menoleh kesamping, menatap Jenny penuh arti. "Aku sedang memikirkanmu..."     

"Kamu boleh memikirkan apapun sesukamu... tapi sekarang kita masuk dulu kedalam..." Jenny tidak ingin lagi berdebat. ia langsung merangkul satu tangan prastian dan memapahnya masuk kedalam rumah. 'Dasar pengacau ! menganggu tidur orang saja!' gerutu Jenny dalam hati.     

Jenny membuka pintu kamar tamu. dan merebahkan Prastian tidur disana. ia bahkan tidak peduli dengan posisi tidur Prastian. membiarkan ia tidur dengan apa adanya.     

.     

.     

"Pagi..... " Sapa Jenny hangat. melihat prastian telah bangun tidur, sorot matanya tampak kebingungan, ia berdiri didepan pintu kamar tamu sambil mengusap kepalanya dengan kedua tangan kokohnya. sepertinya ia masih merasakan pusing akibat pengaruh Alkohol.     

Wajah prastian terlihat pucat . dengan berewok yang kini tumbuh lebat di wajahnya. seumur-umur ia mengenal prastian. dimatanya ia adalah lelaki paling rapi yang pernah ia temui. selalu berpenampilan elegant, wangi, memberi kesan sangat klimis dan terawat.     

Badannya atletis dengan dada bidang dan perut roti sobeknya. alias perut Sixpack nya. Tentu sangat berbeda dengan prastian yang berada dihadapannya saat ini. lusuh. pucat dan tidak terawat. 'Hmm the effect of broken hearts ' batin Jenny miris.     

"Duduklah ... aku akan siapkan sarapanmu." ucap Jenny. mempersilahkan prastian duduk bersamanya dimeja makan.     

"Bagaimana aku bisa sampai disini?" tanya prastian curious. ia tidak ingat bagaimana dirinya bisa sampai dirumah Jenny.     

"Kamu datang diantar oleh super taksi semalam, mungkin kau hanya menginggat alamat rumahku saat kamu mabuk. jadi ia mengantarnya kesini" jelas Jenny apa adanya. setelah ia melihat rekaman cctv rumahnya, yang memperlihatkan Prastian datang diantar sebuah taksi berwarna biru.     

"Ohhh. Maafkan aku. jadi merepotkanmu... "     

"Biasa saja. bukankah kita adalah teman khan ?, sudah makan dulu sarapannya. mumpung masih hangat... " ucap jenny Jenny lembut, seraya menyodorkan dua lembar pancakes hangat bertabur butter dan keju kedepan meja prastian.     

"Maaf, tapi perutku masih terasa mual Jen... aku akan memakannya nanti setelah merasa baikkan" prastian menolak halus. karena masih merasakan mual pada perutnya.     

Jenny mengeryitkan keningnya. 'Perasaan semalam prastian sudah muntah berkali-kali. Apakah saat ini ia tidak lapar?, semua isi perutnya hampir sudah dikeluarkan semua..... Ahhh terserahlah. mungkin lambungnya udah kena maag akibat reaksi alkohol. aku yakin dia bisa atasi masalahnya sendiri', batinnya.     

"Mau aku bantu olesin minyak kayu putih ?."     

"Boleh.."     

Jenny segera pergi mengambil minyak kayu putih ke kamar tidurnya. dan langsung kembali keluar menuju ke kursi Prastian. dengan polos ia kemudian membantunya mengoles minyak kayu putih pada punggung belakangnya. agar Prastian merasa lebih baik.     

Prastian tampak menahan nafasnya. sesuatu tiba-tiba terjadi. ia merasakan tubuhnya bagai tersengat aliran listrik dari usapan-usapan halus tangan Jenny dipunggungnya. ia tidak mengerti, mengapa seluruh tubuhnya seolah bereaksi aneh pada kedekatan fisiknya dengan Jenny, dan tanpa dapat ia kendalikan, pikirannya terus berimajinasi liar menikmati sentuhan demi sentuhan tangan Jenny.     

"Begini... Apakah Cukup ?" tanya Jenny hangat, seketika membuyarkan imajinasi liar Prastian.     

"Ehhh cukup.... begini sudah cukup jenn.. Te-terima-kasih." balas prastian gugup, wajahnya langsung memerah. telinganya terasa panas, ia menjadi malu sendiri, spontan ia langsung menyambar pancakes didepannya dengan buru-buru.     

"Apa kau sudah tidak mual lagi ?... Syukurlah kalau sudah merasa baikkan ",     

'Cepat juga reaksi minyak kayu putih ini...' meski Jenny merasa aneh dengan gelagat Prastian, namun ia bersyukur Prastian sudah merasa lebih baik.     

"Pelan-pelan saja makannya." Lanjut Jenny, saat melihat Prastian menyantap pancakes dengan buru-buru, dengan ekspresi polos ia memegang tangan prastian. menahan garpunya agar jangan makan terlalu cepat.     

Prastian tampak semakin gugup dan salah tingkah. sentuhan Jenny benar-benar kian bereaksi kuat pada tubuhnya. 'What's going on with me' gerutu prastian dalam hati. sambil mengampit kedua kakinya dengan erat. berusaha menutupi miliknya dibawah sana, yang sedang berdiri tegang tidak bisa berkompromi.     

"Pras... aku berangkat kekantor dulu yaa. kamu istirahatlah dulu disini, sampai merasa lebih baik. tapi kalau kamu memang ada urusan penting, mau pergi juga silahkan.... tinggalkan saja kuncinya ditempat biasa" ucap Jenny datar. mencoba bersikap ramah sebagai tuan rumah, biar bagaimanapun mereka telah saling mengenal. dengan kata lain ia bisa menganggap Prastian seperti sahabatnya. meskipun mereka berdua telah dua kali berhubungan fisik. namun ia juga sadar, Prastian tidak akan pernah menganggap hubungan mereka sepenting Anita.     

Jenny menghela nafas, lalu duduk dengan santai disofa, ia mengambil cermin kecil diatas meja, lalu memperbaiki make up diwajahnya, menyiapkan dirinya untuk pergi ke kantor.     

"Hah. Aku sendirian dong"     

"Ada masalah ?"     

"Enggak. cuma gak enak saja dirumah sendirian" ucap prastian kecil, sambil memijit kepala bagian belakangnya.     

"Aku bikin salad buah, aku taruh dikulkas bagian atas. kamu makan saja kalau mau. mungkin bisa mengurangi rasa mualmu"     

"Tapi jenn...."     

"Yaaa...."     

"Sebenarnya aku masih merasa tidak enak badan. kepalaku terasa pusing. perutku juga masih mual." ucap prastian, sambil memasang ekspresi memelas.     

"Kamu cari obatnya sendiri dimeja kamarmu. tadi aku sudah siapkan air putih juga disana". jawab Jenny polos. ia terlihat mengemas kembali peralatan make up kedalam dompet kosmetik khusus miliknya.     

"Hmph. Tunggu sebentar jenn..." cegah prastiana. sambil berlari kedepan Jenny dengan tergesa. dan menatap matanya ragu.     

"B-Bisakah kamu menemaniku hari ini.?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.