Shadow of Love

Tidak ingin bermain-main denganmu



Tidak ingin bermain-main denganmu

0Anita merasa seperti terlahir kembali. ia terbangun dipagi hari dengan perasaan bahagia dan lepas. ia yakin bahwa segala sesuatu akan berjalan mulus dan indah, meski kelak mereka mungkin akan menghadapi beberapa rintangan masalah kedepan, namun mereka telah berjanji akan saling percaya dan memahami. Pada akhirnya anita menyadari bahwa cinta memang kadang butuh toleransi. memaafkan dan memahami kekurangan pasangan adalah bentuk nyata rasa toleransinya pada Hans, ia telah paham sepenuhnya tidak ada satu manusiapun yang sempurna.     

Tidak dapat dipungkiri, Hans sekali lagi berhasil menaklukan hatinya, membuatnya bertekuk lutut lagi padanya. Hans seolah tau betul bagaimana menguasai hati dan jiwanya untuk tunduk padanya seorang.     

Setelah berpakaian dan siap, dengan make up tipis, dan rambut tergerai indah, Anita keluar menuju ruang duduk.     

Mata hitam Hans menyapu menatap kearah Anita terpesona. "Kau benar-benar bercahaya. seperti wanita yang baru saja diajak bercinta",     

Wajah Anita seketika memerah, tampak tersipu malu. Sebait kata gombal Hans seolah mampu menjungkir balikkan hatinya. meskipun faktanya semua pria pasti akan setuju dengan pendapat Hans itu, ia memang tampak seperti puteri yang berjalan keluar dari negri dongeng yang memancarkan pesona lembut nan sensual yang begitu luar biasa.     

"Apaan sih. biasa saja kali..." jawab Anita singkat, Hans segera meraih tangan Anita dan mengecupnya mesra. ia lalu mengandeng tangannya dan berjalan menuju keluar villa untuk sarapan pagi.     

Setelah mengambil sarapan mereka duduk berduaan menikmati breakfast ditepi kolam renang yang berada di terrace villa yang menghadap ke view lautan luas dihadapan mereka.     

Pemandangan Alam begitu indah disekitar mereka.     

Hans seolah tersadar, saat kehadiran isterinya seakan membuat semua mata tertuju padanya.     

"Yank.... kamu tidak boleh keluar dengan baju minim begini " ucap hans kesal. keberatan dengan celana Jean's pendek dan tank top yang dikenakan anita.     

"Apa kamu lupa. kita akan diving setelah ini ... nanti kita harus berganti mengenakan sport wear, aku sengaja pakai pakaian simple begini untuk memudahkanku nanti berganti pakaian,"     

"But, you look so hot sayang..." hans merajuk. sembari merengkuh pinggang ramping anita erat.     

"Look... everyone dressed like this Hans. it's just a normal clothes."     

Protes Anita, sembari wajahnya menunjuk kearah para tamu wanita yang kebanyakan adalah wisatawan asing tampak mengenakan pakaian minim layaknya dirinya.     

"Tapi kamu beda...."     

"Apanya yang beda. pakaianku masih normal kok"     

"Pokoknya aku ingin kamu ganti bajumu sekarang ", ucap hans tegas, dengan mimik wajah bersungguh-sungguh. "Aku tidak suka orang-orang itu melihat lekuk tubuhmu. mereka sungguh tidak sopan." ucap Hans kesal, tatapan matanya seolah menunjuk kearah beberapa lelaki blonde berwarga negara asing yang tampak mencuri lihat kearah Anita beberapa kali. mereka duduk dimeja yang menghadap kearah meja Hans dan Anita, mereka juga sedang menikmati breakfast bersama di terrace villa.     

"Ahhh okay.... aku mengerti, kalau begitu setelah selesai sarapan kita kembali kekamar dulu .. antar aku berganti baju dengan yang lebih tertutup okay..." ucap anita lembut, sambil memegang wajah suaminya mesra. Anita langsung menuruti permintaan Hans tanpa ragu. entah mengapa, ia merasa bahagia Hans bersikap possessive padanya.     

Hans langsung menganggukkan kepalanya. merasa puas dengan kepatuhan Anita. ia tersenyum lebar mengecup pundak Anita penuh rasa bangga.     

.     

.     

.     

Jennifer mengganti bajunya dengan pakaian Santai. ia baru saja pulang dari kantor. ini sudah hari ke tiga Prastian tinggal dirumahnya. ia merasa bingung kenapa Prastian belum juga pergi dari rumahnya. padahal kondisinya telah pulih dan membaik seperti sedia kala. sebenarnya ia ingin menanyakkan alasan Prastian tetap berada dirumahnya hingga sekarang. namun ia merasa tidak enak hati, ia takut Prastian akan berasumsi dirinya seolah tidak friendly setelah kepergian Anita.     

Namun ia benar-benar tidak tahan dengan kondisi ini. ia merasa tidak bebas didalam rumahnya sendiri. tidak dapat bertingkah dan berpakaian seenaknya saat dirumah. dan yang lebih menjengkelkan mau tidak mau ia harus memasak sendiri, menyiapkan breakfast dan makan malam demi Prastian.     

Pffffttt ! Jenny menggerutu kesal. ia berjalan keluar kamarnya untuk mengambil air mineral didalam kulkas.     

"Ehhh copott....copot.... "     

Hampir saja jenny terjatuh. ia merasa terkejut setengah mati. saat mendapati Prastian tampak berdiri mematung tepat didepan kamarnya. Jenny sama sekali tidak menyangka ada orang disana. untung saja ia tidak melemparkan sesuatu padanya tadi     

"Ngapain kamu bengong disitu.... macam orang ilang !. bikin kaget saja. untung Jantungku kuat. gak copot ditempat, dasar kurang kerjaan !" kata Jenny marah. dengan mimik wajah terlihat galak seperti biasanya. tatapannya menyelidik menatap Prastian dengan sinis, sementara kedua tangannya tampak mengelus-elus dadanya sendiri berulang kali.     

Prastian langsung tertawa lebar, tidak tahan melihat reaksi spontan Jenny yang tampak terus menatapnya terrifying. sejak pertama mengenalnya, Jenny memang seperti ini adanya, ia blak-blakan memperlihatkan warna aslinya. tidak pernah jaga image sama sekali.     

"Ngak lucu !" ujar Jenny kesal, ia sengaja menabrak Prastian dan berjalan kearah kulkas di dapur bersih, tidak jauh dari tempatnya kini.     

Ough ! Prastian pura-pura mengaduh. sambil memegang dadanya sesaat. ia lalu berjalan dengan santai mendekat kearah jenny.     

"M- Mau Ngapain kamu...."     

"Mau ambil minum juga. hauss... gak boleh?" jawab prastian cuek, sengaja mendekatkan tubuhnya pada Jenny yang masih berada didepan kulkas. hingga posisi Prastian kini seperti sedang memeluk Jenny dari belakang.     

Prastian mengambil air mineral didalam kulkas. ia kemudian mengambil beberapa buah segar, membuat Jenny otomatis mengikuti kemana tubuh prastian pergi. Prastian tiba-tiba berhenti mengambil barang dalam kulkas, namun masih tetap berada diposisinya. Jenny menoleh kebelakang, menatap Prastian dengan bosan.     

"Lama amat... minggirrr ahh !... aku keluar dulu !"     

Jenny reflects mendorong tubuh prastian dengan kuat, lalu dengan cuek segera pergi meninggalkan Prastian sendiri didepan kulkas.     

Prastian tersenyum kecil. melemparkan botol air mineralnya keatas, lalu menangkapnya kembali seraya terus membuntuti langkah Jenny dari belakang. Mereka berjalan kepintu kedepan. menuju ke teras rumah Jenny yang bertaman rindang didepan dan sampingnya.     

"Kamu off selama tiga hari ini.... apa gak apa-apa tuh ? gak takut kena skors ?" tanya Jenny santai, tetap berjalan kedepan tanpa melihat kearah Prastian.     

"Aku sengaja ambil cuti seminggu.... mau istirahat total... capek. kerja mulu."     

"Ohh... terus gimana rencanamu sekarang ?" tanya Jenny curious.     

"Magsudmu ? "     

"Anita ? "     

"Emang ada apa dengan nita ?"     

Jenny langsung menghentikan langkahnya. membalikkan badannya dan menatap Prastian dengan wajah kesal.     

Jenny melihat dengan seksama wajah bengong prastian didepannya. memastikan apakah ia sedang serius atau hanya berpura-pura tidak mengerti magsud pembicaraannya tadi.     

"Bukannya tujuanmu tinggal disini adalah agar aku membantumu membuat nita kembali sama kamu khan ? gimana sihh!" Ucap jenny kesal, ia tampak tidak sabar menghadapi sikap telat mikir Prastian. yang memperlihatkan wajah polos tanpa dosa didepannya.     

Prastian melenguh pelan, ia akhirnya mengerti magsud ucapan Jenny. ia menelan ludahnya dengan berat.     

"Hah !.... memangnya kapan aku pernah bilang begitu ? kok aku gak ingat ?."     

"Memang kamu gak pernah bilang secara langsung ! tapi orang bodoh-pun akan mengerti magsud tersembunyi kamu." jawab Jenny nyolot. ia lalu menepuk pundak Prastian, sambil menganggukkan kepalanya, menatapnya penuh pengertian, seolah ia yang paling mengetahui isi hati Prastian sepenuhnya. "Lain kali tidak perlu berakting sok kuat didepanku, tidak perlu minum sampai mabuk dan menangis dengan putus asa di malam buta, dan jangan pernah lagi menggedor gedor pintu gerbang dengan berisik... menganggu tetangga tauk !. bagaimana kalau mereka lapor polisi karena dianggap telah menganggu ketertiban ?, bukannya justru semakin menambah bebanku khan !"     

"Iya. aku mengerti, aku tidak akan melakukannya lagi lain kali, tapi....." belum juga Prastian menyelesaikan ucapannya, Jenny langsung memotongnya.     

"Iya. tenang saja, aku pasti akan membantumu, aku tahu kamu melakukannya demi nita khan !"     

Prastian menatap kearah jenny tidak percaya. ia mengusap keringat dingin di dahinya. 'Huft dasar wanita bodoh yang berpura-pura sok pintar '     

"Enggak ! kamu salah. aku tidak melakukannya demi nita. it's pure keinginanku sendiri. kemarin itu aku cuma lagi iseng, dan pengen minum aja kok" jawab Prastian, berkeras menyangkal.     

"Hahaha, gak usah malu padaku. Jelas-jelas kamu nangis-nangis saat mabuk, datang kesini. padahal jelas-jelas nita sudah tidak tinggal disini lagi... apa magsudnya coba, kalau bukan untuk memintaku membantumu balikkan sama nita hmm ?."     

"Kamu tidak usah berlebihan. mana mungkin aku nangis-nangis seperti yang kamu bilang itu. ngak ada bukti = hoax !"     

"Jadi kamu menyangkal ?"     

"Yang jelas aku tidak mungkin berbuat begitu ! kamu terlalu mendramatisir !"     

"Untuk apa aku mendramatisir ? apa untungnya buatku ?"     

"Hmm mungkin saja kamu sedang cemburu ?"     

Wajah Jenny seketika berubah memerah. 'Huh Sialan, percaya diri sekali ia mengatakan aku cemburu padanya !, tidak ! ini tidak boleh dibiarkan !.'     

"Dihh. sorry yah!, gak level aku cemburu sama kamu " jawab Jenny ketus.     

Melihat ekspresi marah Jenny, tiba-tiba prastian tidak dapat menahan tawanya. Jenny terlihat begitu imut dan menggemaskan.     

"Ngapain ketawain aku biawak. apanya yang lucu ?. dasar !!" Jenny merasa semakin jengkel, ia tidak terima diketawain oleh prastian.     

"Hahaha sorry Jen... Jangan marah please " ucap prastian nakal. sambil memegang tangan kanan Jenny, namun tetap tidak berhasil menyembunyikan tawanya.     

"Ihhh gak usah pegang-pegang !"     

"Kok jadi marah beneran ...."     

"Lagian, aku lagi serius ngomong. kamunya malah ngira aku lagi ngelawak!"     

"Sorry Jen.... tapi beneran ekspresi kamu tuh lucu banget tadi.... "     

Prastian tidak ingin Jenny salah paham padanya, ia membalikkan badan Jenny menghadapnya, mereka saling bertatapan. dan tiba-tiba situasi menjadi begitu hening. mereka saling bertatapan dan terdiam membeku. seperti terhipnotis satu dengan lainnya.     

Prastian mendengakkan wajah Jennifer, mendekatkan bibirnya pada bibir merona Jenny, tanpa ragu ia kemudian mencium bibir Jenny dengan lembut.     

Jenny hanya terdiam. pikirannya tidak bisa focus. ia merasa bingung dengan situasinya. menduga duga apa yang dipikirkan prastian saat ini. Apakah prastian menganggap okay untuk melepaskan rindunya pada Anita dengan menggunakannya?.     

Jennifer tersadar. ia segera melepaskan ciuman panas prastian.     

"Stop ! cukup .... aku tidak ingin bermain-main denganmu lagi" ucap jenny panik, seraya pergi meninggalkan prastian. ia berjalan dengan langkah terburu-buru menuju kekamarnya dan langsung mengunci pintunya dari dalam.     

'What's going on ....?' gumamnya bingung, ia menggigit bibirnya kuat. berjalan mondar-mandir didepan pintu kamarnya. Jenny merasa bingung dengan sikap prastian yang tiba-tiba menciumnya. 'bukankah ia jelas-jelas menyesali percintaan denganku kala itu ?. kenapa tiba-tiba berubah pikiran begini ?, apa ia sedang berencana membalas dendam dengan cara menaklukanku?, ahhh tapi apa untungnya ?..... jelas-jelas aku bukan tipenya khan ?.... jadi apa sebenarnya magsud biawak gila itu mendekatiku ?!' seribu pertanyaan berputar dikepala Jenny. ia terus menebak magsud Prastian mendekatinya kali ini.     

"Jen. buka pintunya sebentar .... I want talked with you." ucap prastian lembut, mengetuk pintu kamar jenny beberapa kali. suara Prastian diluar kamarnya, seketika membuat jantung Jenny berdegup dengan kencang. ia merasa gugup setengah mati. namun ia tidak ingin menjadi seorang pengecut. ia mengatur nafasnya senormal mungkin. lalu membuka pintu kamarnya sedikit.     

"Apaan. ngomong aja ....." jawab Jenny lugas, menatap kearah Prastian straight dengan tatapan waspada.     

"Kita duduk disana yuk" bujuk prastian lembut, jari telunjuknya menunjuk kearah sofa. mengajak Jenny untuk duduk bersamanya diruang tamu.     

"Ngomong saja disini. aku banyak pekerjaan. harus segera aku selesaikan sekarang "     

"Ohh..."     

Prastian menganggukkan kepalanya mengerti. ia terdiam sejenak. wajahnya tampak ragu.     

"....."     

"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan keluar..."     

"Hahh ?"     

"Ayok.... " , Spontan Prastian menarik tangan Jenny untuk mengikuti langkahnya keluar rumah.     

"Ehhh bentar .... tunggu sebentar ... jangan main tarik. aku gak mau keluar. aku sedang sibuk sekarang. !"     

Jenny mau tidak mau mengikuti langkah prastian yang terus menarik tangannya dengan paksa, "Lepaskan!" seru Jenny garang, sambil berusaha melepaskan pegangan tangan prastian padanya.     

Mendapat perlawanan keras, Prastian segera menghentikan langkahnya. ia langsung mendorong tubuh jenny kedinding. balas menatap jenny dengan tajam. Jenny terpana, ia mengerjapkan kedua matanya tidak mengerti. tubuhnya tiba-tiba membeku. dengan tatapan mengintimidasi Prastian mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Jenny.     

"Aku menginginkanmu Jenn...." tanpa basa-basi Prastian langsung menyambar bibir Jenny, mencium Jenny dengan panas. tubuhnya mengunci tubuh kecil Jenny kedinding. seolah tidak memberi kesempatan Jenny untuk bisa melawannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.