Shadow of Love

Kamu benar-benar tidak adil



Kamu benar-benar tidak adil

0Dada Jennifer terasa sesak. dengan nafas terengah-engah ia berusaha mendorong tubuh Prastian menjauh darinya. namun Prastian justru semakin menghimpitnya. terus mencium bibirnya dengan aggressive. tatapan mata jenny tampak memerah. rasa marah tergambar jelas diwajahnya, dengan sekuat tenaga ia kemudian mendorong tubuh prastian menjauh darinya.     

PLAK !     

Jenny menampar pipi prastian dengan keras. lalu dengan gerakan gesit ia mengangkat satu kakinya dan mendaratkan ke leher prastian dengan akurat. detik selanjutnya ia memutar tubuh prastian dan mengambil satu tangannya ke belakang hingga membuat posisi Prastian kini berbalik menghadap kedinding.     

"Aw-whh ! Apa kamu sudah gila ?!" teriak Prastian kesakitan, ia mencoba menengok kebelakang, menatap kearah jenny melotot, merasa tidak senang, ia tidak menyangka dengan reaksi Jenny yang tampak sangat berlebihan padanya.     

Jenny tidak melepaskan cengkraman tangannya. justru semakin mendorong tubuh prastian merekat ke dinding. seolah memberinya peringatan tegas pada Prastian agar jangan mencoba melawannya.     

"Aku peringatkan kamu ! jangan suka asal nyosor seenaknya ! kalau tidak ingin kupatahkan lehermu !" gertak Jenny sadis.     

"Bukannya saat itu kamu yang duluan menggodaku ?!"     

"Emang iya. tapi saat itu kamu sendiri juga mau khan, kamu tidak menolakku ! jadi tidak ada unsur pemaksaan sama sekali. catatt itu !!"     

"Iyaa aku tahu. dan sekarang giliranku yang menggodamu. apa itu salah ?"     

"Tentu saja salah !, barusan kamu memaksaku !, main asal nyosor seenaknya saja dari tadi !" Protes Jenny kesal. sambil kembali memelintir tangan prastian dibelakang dengan kesal. hingga lelaki itu kembali berteriak kesakitan.     

"Aw-wwhhh...Ampun jenn sakit.... serius sakit.... le~paskan aku jenn.... Ughh" pekik prastian histeris, berteriak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Jenny.     

'Huhhh dasar lelaki lemah ' cibir Jenny dalam hati, ia sedikit mengendurkan cengkraman tangannya     

"Ingat !, Jangan pernah berani menyentuhku lain kali, tanpa persetujuan dariku. paham !"     

"Iyaaa. aku paham jenn... aku paham...." jawab Prastian tegang, memohon ampun pada jenny.     

"Bilang maaf padaku !"     

"Maaf Jenn... Maafkan aku... "     

"Hmm...."     

Jenny membuang nafasnya keras, senyum tipis merekah disudut bibirnya, merasa puas. ia lalu melepaskan pelintiran tangannya pada prastian.     

Prastian membalikkan badannya, menatap kearah jenny ngeri, tampak meringis kesakitan sambil tangannya mengelus bekas pelintiran jenny dengan hati-hati.     

"Huft ternyata galakmu level maksimal yah !" sindir prastian kecut, ia mengelus pipi kanannya yang masih terasa nyeri akibat tamparan keras jenny.     

"Syukurlah kalau sudah tahu !, jadi jangan pernah mencoba menyentuhku lagi. atau kuhabisi kamu." jawab Jenny santuy. sambil kembali menabok pantat Prastian dengan keras     

"Aw-wwh. udah dong... jangan pukul-pukul lagi dong". Prastian spontan mengaduh lemah, sambil mengelus pantatnya berulang kali.     

"Makanya jangan berani membuatku marah lagi"     

"Tapi kamu benar-benar gak adil !! saat itu, kamu juga duluan mencium dan menggodaku !, tapi aku tidak marah padamu khan... hari ini aku hanya menciummu saja. tapi kamu langsung menghajarku begini ! apa kamu tidak merasa sangat keterlaluan ?!"     

"Salahmu sendiri ! saat itu kamu tidak menolakku dengan tegas..., seandainya kamu bilang tidak mau, tentu aku juga tidak akan bisa memaksamu. iya khan," jawab Jenny cuek, langsung berjalan pergi ke kamarnya dengan santai, meninggalkan prastian yang tampak masih termenung dengan posisinya semula.     

'Ternyata dia tidak semudah yang aku pikirkan' Prastian tersenyum cerah, ia langsung berdiri tegap, menyudahi actingnya yang pura-pura lemah dihadapan jenny tadi. entah mengapa hatinya kini bersemi indah, ia akui jika jenny terlihat semakin menarik, membuatnya merasa semakin penasaran dengannya. Prastian seakan merasakan tantangan baru yang memacu adrenalinenya memuncak.     

Apapun caranya, ia harus bisa menaklukan Jenny. bibir prastian melengkung keatas, ia tidak dapat menahan tawanya, mengingat aksi lincah Jenny menghajarnya tadi. benar-benar sangat mengesankan. Prastian menatap kearah pintu kamar Jenny sambil tersipu sendiri.     

.     

.     

.     

Anita membaringkan tubuhnya diatas ranjang nan luas dikamarnya. ini adalah hari ke-dua honeymoon mereka. mereka kini menginap di villa eksotis terbaik di jimbaran, mereka menempati Executive suite room villa, yang mempunyai view indah yang menghadap langsung ke swimming pool. juga pintu kaca di depan kamar mereka tembus pandang menampilkan view indah dari tempat tidurnya.     

Anita merasa kelelahan, setelah diving seharian bersama Hans. mereka berdua menikmati pemandangan dibawah laut yang menakjupkan, mereka juga berkesempatan bermain dengan binatang bawah laut yang sangat cantik dan beraneka ragam ikan. petualangan bawah laut mereka dipandu oleh coach diving yang berpengalaman, agar segalanya berjalan dengan aman dan menyenangkan.     

Anita tersenyum kecil, mengamati fotonya bersama Hans. yang sempat mereka ambil dibawah laut tadi sebagai kenang kenangan.     

Mereka tampak saling berciuman mesra, dengan senyum bahagia terlihat pada wajah keduanya. berlatar belakang pemandangan laut yang indah, 'Ini benar-benar cantik ' gumam anita kagum.     

"Sayang... aku ingin jalan-jalan keliling villa sebentar yahh. mau merokok , sambil mencari udara segar " ucap Hans lembut, berpamitan pada anita.     

"Aku temenin yah"     

"Gak usah, cuma sebentar aja kok .... lagian kamu gak bisa kena asap rokok. kamu istirahat saja dikamar."     

"Yaa sudah. cepat kembali yah..."     

Sebelum pergi, Hans mencium bibir anita dengan mesra. Hans lalu berjalan keluar villa, pandangannya menyapu ke tepi villa yang langsung menghadap ke lautan biru nan luas. Villa tempatnya kini menginap memang bukanlah sembarang Villa, Villa ini milik seorang teman dekat ibu, sangat ekslusive dan begitu private. Hanya menerima tamu dari kalangan elite yang berdompet tebal. memiliki pemandangan luar biasa indah, terletak di tebing tinggi dengan view laut lepas. memang sangat cocok sebagai tempat untuk berbulan madu.     

Hans menghempas nafasnya. asap rokok tampak membumbung tinggi menerpa wajah tampannya. pikirannya terlihat tekun menghisap sisa rokoknya sambil terus berjalan menyusuri villa. Langkah kakinya terhenti disebuah kafe di tepi kolam renang utama villa. ia ingin menikmati minuman mojito segar favoritenya. sebelum nanti kembali ke kamarnya.     

"Hiii handsome.... sendirian saja...."     

Tiba-tiba hans dikejutkan oleh suara sapaan seorang wanita cantik yang tampak tidak asing baginya. Hans segera menoleh kebelakang, wajahnya tampak mengeras. ia tampak tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya.     

"Ohh Hiii ... how are you ness.." balas Hans kikuk, menyapa balik wanita cantik itu dengan wajah gugup.     

"Kok bisa kebetulan begini yah.... pepatah bilang, kalau sudah jodoh memang tidak akan kemana. iyaa khan " seloroh Vanessa manja, ia mengibas rambut panjangnya kebelakang, menatap lurus kearah mata Hans straight sambil mengangkat gelas minuman ditangannya dengan elegant.     

Hans menelan ludahnya dengan berat, mengamati body language Vanessa yang seolah sengaja menggodanya.     

"Hahaha kamu bisa saja. aku sedang berlibur bersama isteriku disini. kamu datang dengan siapa ?."     

"Aku datang sendirian, seperti biasanya. " Jawab Vanessa tenang. ia menyandarkan kepalanya dibahu hans tanpa ragu. sambil meraba dadanya pelan, sorot matanya menunjukkan rasa intim yang sebenarnya telah ada diantara mereka. memperlakukan Hans seolah memang miliknya.     

Hans langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat situasi disekitarnya, ia kemudian merasa lega, saat tidak menemukan seorangpun yang dikenalnya disekitarnya. Hans melanjutkan meneguk mojito miliknya, dengan gerakan perlahan dan menggoda, tangan Vanessa membelai pahanya, mereka saling bertatapan penuh arti.     

"Jadi kamu sekarang sudah menikah ? dengan siapa ? apa dengan sirena ?".     

"Bukan. kamu tidak mengenalnya. dia kekasihku. teman kuliahku dulu." ucap Hans santai, seolah sudah dapat menguasai keadaannya.     

"Ohhh yang itu... i see, .... congrats dong. Akhirnya obsesimu tercapai juga,"     

"Ngomong apaan sihh. Jangan bicara sembarangan"     

"Kenapa ?.... apa aku salah ?. apa sih yang aku tidak tahu tentangmu hmm.... hanya aku yang sangat mengenalmu luar dan dalam. Apakah perlu kuingatkan.... siapa yang memberi pelajaran pertama untukmu saat itu ....." ucap Vanessa manja, berbicara dengan gesture lembut namun penuh percaya diri.     

Hans hanya terdiam. mereka saling berbalas senyum, saling tidak melepaskan kontak mata, bersulang untuk perasaan mereka, sambil menghabiskan minuman mereka masing-masing.     

.     

.     

Anita terbangun dari tidurnya. tadi ia benar-benar kelelahan hingga tidak memperhatikan waktu, dilihatnya hari telah gelap. ia segera bangun dari tempat tidurnya, 'Ahhhh.....' ia seperti tersadar, tidak mendapati suaminya dikamar,     

Anita kemudian membasuh wajahnya diwastafel kamar mandi. dan mengelap lembut wajahnya. ia segera berdandan memakai make up sekedarnya.     

Ia keluar dari kamar mandi, sambil meminum air putih digelas ditangannya, ia membuka pintu kaca, matanya tampak berkeliling memeriksa diarea luar kamar, tetapi via tidak mendapati Hans dimanapun di sekitar suite room dan pool didepan kamarnya.     

'Tadi bukannya pamitnya cuman mau ngerokok sebentar ? .., ini sudah tiga jam-an, kenapa ia belum kembali juga ?,'     

Anita segera meraih outer panjang dan parisian hat miliknya, ia bermagsud keluar kamar untuk mencari Hans.     

"Heiiii mau kemana ?", Suara hans tiba-tiba muncul dari arah depan pintu kamar. Anita langsung mendengakkan wajahnya keatas, tersenyum cerah dan langsung menghambur dalam pelukan Hans mesra.     

"Kamu dari mana ... Kenapa pergi lama sekali ?". tanya anita manja, tidak melepaskan pelukannya pada pinggang suaminya.     

"Tadi aku jalan-jalan berkeliling villa. ada tebing indah disamping sana yank... . viewnya bagus banget.... tadi aku ngerokok disana sampai lupa waktu" jawab hans mesra. jari telunjuknya menunjuk kearah selatan villa. menunjuk ke lokasi tebing dengan view lautan yang tidak sengaja ia lewati tadi.     

"Benarkah ?, kalau begitu besok kamu bawa aku jalan-jalan kesana yahh.... aku pengen lihat juga" rajuk anita manja.     

"Iya. besok pagi kita jalan-jalan kesana..."     

"Hmm Aku lapar.... " ujar Anita merajuk.     

"Hahaha bangun tidur langsung laper yah. kebetulan aku juga laper. ayuk kita ke restaurant sekarang"     

Hans mengenggam tangan anita erat. mereka lalu berjalan bersama menuju ke restaurant villa mewah itu, sepanjang jalan Hans tidak melepaskan pandangnya dari anita. mereka berjalan bagai dua remaja dan mencuri curi cium sampai mereka tiba di restaurant.     

Restaurant tampak sedikit ramai oleh beberapa tamu villa. tampak hidangan beraneka ragam tersaji diatas meja besar ber konsep prasmanan. menyajikan beraneka ragam masakan Indonesia juga menu Western food. potongan buah-buahan segar juga tersaji rapi di meja. menggugah selera.     

Seorang pelayan yang melihat kedatangan Hans langsung menyapanya. lalu membawanya ke tempat makan di tepi kolam renang. segera setelah mereka duduk, pelayan anggur mendekat. membawa ember sampanye yang berisi sebotol vintage pol Roger. "Good night Mr. and Mrs Hans.... apakah ingin menikmati sampanye..."     

"Terima-kasih. tapi malam ini kami hanya akan menikmati makan malam saja" jawab Anita sopan. berbicara mewakili Hans, Hans langsung menganggukkan kepalanya setuju.     

Mereka menikmati hidangan pilihannya masing-masing. ditemani suara deburan ombak yang terus menggema, suasana malam begitu indah. Hans menatap anita lekat, ia lalu mengambil tissue didepannya , mengelap tepi bibir anita yang sedikit belepotan oleh saus merah. kebetulan Anita memilih menu lobster dengan saus sambal untuk makan malamnya.     

"Terima-kasih .. " ucap Anita mesra, seraya mencium tangan Hans yang masih berada didepan mulutnya.     

"Heiiii Hans.... " sapa Vanessa ramah. tiba-tiba muncul dari arah belakangnya, seraya menepuk pundaknya pelan.     

Jantung Hans seketika bagai berhenti berdetak. wajahnya memutih pucat, ia tampak gugup dan langsung terbatuk-batuk saking kagetnya. Hans memukul dadanya sendiri akibat tersedak makanannya sendiri. melihat itu, Anita reflects berdiri dan langsung menepuk punggung belakang Hans berulang kali. "Duh, Pelan-pelan makannya.... tidak usah buru-buru " ucap Anita sabar, terus menepuk bahu hans agar merasa lebih baik.     

Anita melirik kearah Vanessa, entah mengapa tiba-tiba ia merasakan bad feeling dengan kehadirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.