Shadow of Love

Semalam bersamamu



Semalam bersamamu

0Anita tidak ingin berspekulasi tentang siapa sebenarnya wanita cantik yang sekarang berada tepat disampingnya itu. seribu pertanyaan berputar dikepalanya. Siapa dia sebenarnya ?, mengapa kedatangannya membuat Hans terkejut setengah mati ?. Anita diam-diam mencuri pandang kearahnya ,wanita itu memang terlihat berkelas. ia tidak bersikap arrogant dan aggressive seperti Cindy atau sirena. ia tampak educated dan well manners. namun justru itu yang membuatnya merasa khawatir. ia dapat merasakan aura berbahaya dari wanita ini melebihi dari wanita-wanita Hans yang pernah ditemuinya sebelumnya. Anita tiba-tiba merasa was-was.     

"Sayang... kenalkan temanku Vanessa Wongso." ucap Hans lembut, mempekenalkan Vanessa pada Anita. Vanessa tersenyum ramah, seraya mengulurkan tangannya pada Anita.     

"Hallo.... aku Vaness "     

Anita dapat merasakan senyuman palsu Vanessa padanya. namun ia buru-buru mengulurkan tangannya kedepan. membalas jabat tangan Vanessa dan tersenyum ramah.     

"Nita...."     

kedua wanita itu saling berjabat tangan dalam senyum palsu mereka masing-masing.     

"You're absolutely beautiful in real life nita.... pantas hans begitu terobsesi padamu dulu..."     

"Kau mengenalku ?!" Anita tertegun, sikap Vanessa menunjukkan seolah-olah ia telah mengenalnya sekian lama.     

"Ahh... tentu saja. Hans dulu sering bercerita tentangmu.... kamu adalah satu-satunya wanita yang ingin ia nikahi, ia telah mengincarmu untuk menjadi isterinya, bahkan sebelum kau mengenalnya. bukankah begitu Hans ? ." timpal Vanessa menggoda, ia akhirnya duduk di kursi terdekat Anita. sambil menatap kearah Hans menantang.     

Anita merasa canggung. Vanessa tiba-tiba bersikap sok akrab padanya. meskipun ia juga tidak keberatan namun, ia benar-benar tidak mengetahui siapa dia sebenarnya.     

Anita mengalihkan pandangannya menatap Hans, berharap ia dapat menjelaskan situasi ini. ia tidak tahu harus bagaimana menimpali pembicaraan Vanessa.     

"You're right ness !.... And here we are !. dia telah menjadi isteriku sekarang !, Apa yang kuinginkan. Akan aku dapatkan !, Yang terpenting karena wanita pilihanku pastilah yang terbaik, mana mungkin aku bisa lepaskan begitu saja...". balas Hans bangga, langsung merengkuh pinggang Anita dan memeluknya erat, bibirnya mengecup pipi Anita dengan mesra.     

Melihat itu, Vanessa tersenyum samar. menatap kearah Hans dan Anita yang beradegan mesra didepannya dengan tatapan sinis.     

Anita tersipu malu. tapi hatinya benar-benar merasa lega. kekhawatirannya tentang Vanessa menghilang bersama ketegasan sikap Hans yang ia tunjukan didepan Vanessa directly.     

"Sayang.... Vanessa adalah mantan sekretaris pribadiku sebelum Jenny.... hubungan kami sudah seperti teman akrab, dia mengenalmu karena dulu aku sering curhat tentangmu padanya..." ucap Hans lembut, menjelaskan tentang siapa Vanessa.     

"Benarkah...?."     

"Iyaa !" Hans menganggukkan kepalanya. menegaskan ucapannya.     

"Hahaha begitulah nitt... Asal kamu tahu yah. suamimu itu juga tidak akan segan untuk berbagi cerita tentang adegan ranjangnya padaku, Hahaha"     

Wajah Anita seketika memerah. ia langsung menatap kearah Hans dengan mimik super tegang.     

"Huft Sialan ! jaga mulutmu !" bentak Hans galak. melotot tajam kearah Vanessa. "Enggak... tenang saja... jangan dengerin kata-katanya.. Aku gak bakal melakukan itu...." Ekspresi wajah Hans seketika berubah melembut, berbicara dengan nada lembut, berusaha menenangkan hati Anita, agar tidak mempercayai ucapan Vanessa.     

"Hahaha.... Apakah ini nyata ? sejak kapan kau menjadi begitu pemalu Hans... Luar biasa..."     

"Jangan bicara omong kosong ! Aku tidak ingin mencemari telinga isteriku dengan ocehanmu...."     

"Hahaha biasa aja kalik ! percuma kamu mau jaga image didepanku ! jangan kau pikir aku tidak tahu bagaimana gayamu diranjang humm," Dibawah meja makan, Kaki Vanessa sengaja menyentuh kaki Hans intimately, seolah memberi kode nakal pada Hans secretly.     

Hans menatap mata Vanessa dengan kesal, meskipun sedang tertawa namun wajahnya terlihat gugup dan salah tingkah sendiri. Hans merasa kaget dengan aksi berani Vanessa padanya.     

Anita merasa awkward, tetapi ia ikut tertawa saja. meskipun sebenarnya ia tidak terbiasa menjadikan adegan ranjang sebagai pembahasan percakapan bersama teman. namun ia berusaha mengerti, mungkin Hans dan Vanessa memang mempunyai kedekatan seakrab itu, hingga mereka dapat bebas membahas apapun sebagai bahan obrolan, tanpa merasa tabu.     

Hans menatap kearah Anita lekat, seolah sedang memastikan bahwa Anita tidak sedang marah dan menaruh curiga padanya, ia menghela nafas lega, saat melihat ekspresi wajah tenang isterinya yang tampak asik menyantap hidangannya dengan santai. seolah tidak terganggu dengan kehadiran Vanessa.     

"Oiya. apakah kamu datang seorang diri ?" tanya anita ramah. ia menyadari tidak melihat ada orang lain menemani Vanessa dinner malam ini.     

"Iyaa. lagi 'me time' disini. jadi sendirian saja hehehe"     

"Ohh I see.... aku setuju. sometimes we need to be alone untuk lebih menikmati hidup. Iyaa khan."     

"Sure !" ucap Vanessa setuju. sembari meneguk sampanye dalam gelasnya.     

"Jadi kamu lebih suka liburan sendirian, tanpa-ku ?" sela Hans, bertanya dengan wajah seperti lelaki menyedihkan.     

"Hahaha bukan.... bukan begitu... Hanya, saat aku masih sendiri dulu... aku juga sering liburan sendirian untuk bersenang-senang..."     

"Jadi liburan bersamaku tidak menyenangkan ?"     

"Kok marah... khan itu 'dulu'.... magsudku sebelum bersamamu..."     

"Kalau sekarang ?"     

"Aku lebih bahagia lagi... sangat bahagia.." jawab Anita tegas. membalas menatap Hans mesra. tanpa basa-basi Hans langsung menyambar bibir Anita yang terbuka dan melumatnya penuh gairah.     

Vanessa mengepalkan tangannya dengan kuat. darahnya bergolak mendidih. hatinya terasa panas. ia membuang pandangannya kesamping. tidak ingin melihat kemesraan keduanya. 'Cuih menjijikan '     

Anita segera mendorong tubuh Hans, merasa tidak enak hati sekaligus malu pada Vanessa.     

"Sayang aku ke toilet yahh. mau memperbaiki make up sebentar" pamit anita pada hans. masih dengan tatapan manja.     

Hans mengangguk. "Aku anterin yahh..."     

"Gak usah. kamu temenin Vanessa disini.,aku segera kembali." Anita berlalu. menebar senyum kecilnya kearah Vanessa.     

Sepeninggal anita ke toilet. Tatapan mata Hans menyambar kearah wajah Vanessa seperti petir. Wajah Hans seketika berubah keras. ia menatap kearah Vanessa dengan tajam. gurat kekecewaan tergambar jelas diwajahnya. tampak ingin melampiaskan rasa kesalnya pada Vanessa.     

"Jaga sikapmu yahh. Aku peringatkan kamu. jangan pernah berani menganggu isteriku !" ucap hans tegas. sambil menatap tajam kearah Vanessa.     

"Ahhh begitu... rupanya kamu sekarang benar-benar telah tunduk dengan wanitamu itu. hmm hebat.... sungguh hebaattt sekali anita itu yahh.... dia bisa menundukkan seorang flamboyan sepertimu... luar biasa !"     

Vanessa tidak merasa gentar sedikitpun. ia seolah menganggap kemarahan Hans bagai angin lalu.     

"Katakan apa mau-mu !"     

Hans menjadi panik sendiri. meskipun berkata dengan nada tegas. namun tetap tidak dapat menutupi perasaan was-was didalam hatinya.     

"Semalam bersamamu.... bagaimana ?"     

"Cuihh ! Jangan mimpi !"     

"Aku hanya teringatt. kita dulu sering bercinta dan sengaja merekamnya untuk kenang-kenangan bukan??!.Kamu tahu magsudku khan.... Aku yakin. aku tidak pernah tergantikan dihatimu. apapun keadaan kita sekarang, faktanya akulah wanita pertama-mu. dan akan begitu selamanya."     

Hans tampak tidak dapat bersabar lagi. ia langsung mencengkeram tangan Vanessa dengan kuat.     

"Enyahh sekarang dari hadapanku ! atau kamu akan menyesal seumur hidupmu."     

"Kenapa kamu begitu emotional Hans ?... what's wrong with you ? kamu sangat serius sekali padaku. sepertinya isterimu tidak bisa memuaskanmu bukan ? apakah kau ingin bantuanku hmm..." Vanessa menyentuh bibir Hans dengan gerakan menggoda. pandangan mata mereka bertemu. mereka saling bertatapan penuh arti.     

"Aku tidak akan pernah denganmu lagi....Isteriku sudah cukup bagiku"     

"Coba saja kalau kau bisa.... Aku tidak pernah menjilat ludah yang sudah kubuang.."     

Vanessa menatap kearah Hans menantang, satu kakinya telah menggerayang menyentuh kemaluan Hans dan sengaja memainkannya nakal.     

"Kau....."     

Hans mengepalkan tangannya dengan kuat. seolah tidak berdaya menghadapi ulah Vanessa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.