Shadow of Love

Justru kamu yang di untungkan



Justru kamu yang di untungkan

0"Huft. siapa juga yang ingin mendapatkan hatimu ?!, meski kita sudah bercinta, tapi bukan berarti aku ingin bersamamu. kamu jangan geer duluan yah !!", jawab Jenny marah. Langsung mendorong tubuh Prastian didepannya dengan kasar, merasa kesal oleh ucapan Prastian. hatinya lebih merasa terhina daripada tersanjung dengan pernyataan cinta Prastian barusan. dalam persepsinya, Prastian sedang mengejeknya secara halus. 'sejak kapan ia berubah pikiran.... ia pikir aku bodoh !' Jenny mengertakkan giginya dengan kesal. ia tahu persis, hati Prastian selamanya hanya memuja Anita seorang. selama setahun ini, ia telah menjadi saksi, bagaimana Prastian berjuang mati-matian demi mendapatkan cinta Anita. Prastian bahkan tidak peduli dengan status Anita yang masih menjadi isteri sah pria lain, juga telah mempunyai anak dari pria itu sekalipun, meskipun ia tahu, Anita sama sekali tidak pernah menganggapnya serius, juga kenyataan jika akhirnya Anita tetap memilih untuk bersama dengan Hans sekalipun. Hati Prastian seolah tidak tergoyahkan. ia sudah menetapkan hatinya hanya milik Anita seorang. seperti orang dungu yang merindukan bulan.     

"Jenn.. aku bersungguh-sungguh", balas Prastian tulus. melangkahkan satu kakinya mendekat ke Jenny. tubuh Jenny tampak bergetar, spontan ia berjalan mundur beberapa langkah kebelakang, pandangan matanya tajam terus mengawasi Prastian dengan nanar.     

"Berhenti disitu !... " ucap jenny tegas, memperingatkan Prastian agar berhenti berjalan mendekat padanya. "Aku peringatkan kamu sekali lagi. .. jaga sikapmu , kalau kau masih ingin tinggal dirumahku. jangan bercanda keterlaluan. kita tidak sedekat itu. paham !" ucap jenny gugup. ia buru-buru memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya, untuk menutupi gemetarnya.     

"Hahh...Apa aku terlihat sedang bercanda ?" jawab Prastian bingung, bertanya balik sambil menunjuk kearah wajahnya sendiri.     

"Aku tidak peduli !, yang jelas. aku tidak akan tertipu olehmu."     

"Kenapa ? Apakah kau takut padaku ?"     

"Dengar baik-baik. Aku masih mengijinkan kau tinggal disini, semata-mata karena aku masih memandang kau sebagai orang terdekat Nita....tapi, jika kau berani macam-macam padaku. aku juga tidak akan segan-segan menghajarmu. paham ! " ancam Jenny dengan galak. ia berkata dengan nada keras untuk menutupi rasa takutnya. 'Sial ! kenapa aku begitu pengecut !, Apa yang kutakutkan dari biawak mesum ini!' Jenny merasa heran, mengapa nyalinya tiba-tiba menciut menghadapi Prastian. tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat.     

"Begitukah.....? tapi aku meragukan ucapanmu. aku ragu percintaan denganku sama sekali tidak berpengaruh padamu ?" Suara Prastian begitu santai namun seolah mampu menekan Jenny hingga ke ujung pertahanannya.     

"Itu bukan urusanmu.. Enyahh kau dari hadapanku !." Jenny kembali mendorong tubuh Prastian yang berdiri didepannya dengan kasar.     

Namun Prastian berkeras ditempatnya. ia sengaja mengikuti kemanapun langkah Jenny pergi. ia tidak merasa gentar dengan ancaman Jenny. terus persistent menghalangi langkah Jenny agar ia tidak dapat masuk kembali ke kamarnya.     

"Tentu saja itu menjadi urusanku sekarang..., kamu seenaknya saja mempermainkan tubuh dan hatiku. setelah itu seenaknya juga mencampakkanku begitu saja... itu sangat tidak benar Jen !" balas Prastian tak kalah sengit.     

Jenny melipat kedua tangannya bersedekap. berlagak tidak terpengaruh. namun wajahnya melunak, menunjukkan rasa takut, dengan angkuh ia berjalan mundur kebelakang, menjauh dari Prastian.     

"Huh jangan berlagak menyedihkan didepanku. bukannya justru kamu yang di untungkan dalam hal ini..."     

Mereka terus berdebat kata dengan tubuh saling berjauhan.     

"Apa alasanmu berasumsi begitu ? magsudmu, aku diuntungkan dari sisi mana ?, kau tidak pernah tahu, penderitaan apa yang kualami pasca kejadian itu..."     

'Huh ... sebenarnya drama apa yang sedang biawak ini mainkan... mau minta ganti rugi gitu magsudnya ? lahh bukannya faktanya justru dia yang menang banyak khan...' gerutu Jenny kesal. ingin rasanya menampol wajah menjengkelkan pria yang berada didepannya.     

"Yang jelas apapun penderitaanmu..... tidak ada hubungannya denganku..., jadi aku tidak peduli." ujar Jenny acuh. tidak mau disalahkan.     

"Huh jadi kau bermagsud lepas tangan begitu...."     

"Lalu apa mau-mu ?, Katakan terus terang. jangan bertele-tele. berapa nominal yang kau inginkan..."     

"Haiyaaah. jangan terburu-buru jenn.... Mari kita berhitung dulu, seberapa besar kira-kira kekayaanmu jenn...."     

"Jadi kau berniat memerasku !"     

"Aku lelaki normal Jen... kau tiba-tiba datang merayuku. memaksaku merasakan sesuatu yang tidak pernah ku alami sebelumnya. dan memberiku efek secara biologis yang hebat. membuatku kecanduan. addictive .. membuatku merasa frustrasi. kau pikir bagaimana caraku mengatasi ini.... berapa nominal yang pantas untuk kompensasi penderitaanku ini...."     

Prastian menatap kearah jenny dengan tajam, Jenny terdiam membeku. pikirannya sibuk berhitung. tampak serius menanggapi tuntutan Prastian padanya. 'Hahh. apa benar berdampak separah itu ? aku tidak tahu standard kompensasi untuk kasus seperti ini',Jenny menggaruk hidungnya sejenak, menatap Prastian was-was, ia tidak tahu harus bagaimana menjawab argument Prastian.     

"Kau lelaki dewasa. .. bukankah hal wajar untuk urusan sex seperti ini ? jangan berlagak sok alim didepanku... " ucap Jenny membela diri, meskipun dalam hatinya ia meyakini bahwa kemungkinan besar apa yang dikatakan Prastian padanya adalah kebenaran. ia tahu, Prastian bukan tipe pria brengsek yang suka bermain seks bebas di luar sana. Jenny percaya, dunia percintaan Prastian hanya bersama Anita seorang. dan selama penglihatannya mereka berdua memang menjalani hubungan yang murni.     

"Kenyataannya aku memang alim Jen... Apakah kau meragukan itu ?, kau adalah yang pertama untukku...."     

"Apakah aku harus merasa bangga dengan itu....?"     

"Hmm boleh juga.... kalau kau merasa itu patut untuk dibanggakan hehehe"     

"Dasar tidak tahu malu..."     

"Asal kamu tahu. Aku menjadi tidak tahu malu karena-mu Jen.." tegas Prastian berbisik lirih, ia lalu berjalan mendekat kearah jenny. "Dan aku berencana untuk membuatmu bertanggung jawab padaku seumur hidupmu...."     

dengan gerakan sigap Prastian meraih kedua tangan Jenny dan mengunci dalam gengamannya. dengan gerakan sigap ia segera melingkarkan kebelakang tubuh jenny, dan mengunci posisi Jenny sedemikian rupa.     

Jenny terpana, ia bahkan tidak sempat menyadari keadaannya. matanya terkunci oleh tatapan Prastian yang begitu mendominasi. belum juga kesadarannya pulih tiba-tiba ia merasakan bibirnya telah dikuasai bibir lembut Prastian. Semua seolah berlangsung begitu cepat. tidak memberi sedikitpun kesempatan padanya untuk bisa menolak. Jenny membeku. ia memejamkan matanya, menikmati ciuman hangat lelaki yang begitu ia dambakan. mengikuti irama cumbuan yang begitu memabukkan.     

Tiba-tiba Prastian menghentikan ciumannya. ia menatap bibir jenny yang terbuka, dan seolah sedang menunggu ciumannya selanjutnya. Prastian tersenyum kecil, ia tahu. cintanya berbalas. Jenny juga merasakan cinta sepertinya.     

Prastian mengendong tubuh kecil Jenny masuk kedalam kamar dengan tergesa. dengan masih bertaut lidah dengan panas. jenny merangkulkan kedua tangannya pada leher Prastian, merekatkan keintiman diantara mereka.     

BAAM ! Prastian menutup pintu kamar dengan kakinya. Ia lalu duduk ditepi ranjang mencumbu Jenny yang berada diatas pangkuannya. Kedua tangan Jenny tampak memegang wajah kokoh prastian. membalas ciuman dengan gairah yang memuncak. wajah Prastian memerah dan telah tenggelam didada Jenny erat. Jenny mulai mendesah . wajahnya mendongak keatas terbuai cumbuan yang kian menggila.     

Drttttt....Drttttt..... Drttttt.....!     

Smartphone dalam kantong celana Prastian terus bergetar tiada henti. seketika membuyarkan gairah mereka.     

Shitt ! maki Prastian geram.     

Keduanya melepas ciuman panas mereka. wajah Jenny seketika memerah. merasa canggung. mendapati keadaannya yang tampak memalukan. dengan buru-buru ia segera melepaskan lingkaran tangannya pada leher prastian.     

"Wait a moment .. please" bisik Prastian lembut, ia melihat kebawah dan segera meraba smartphone dikantongnya dengan kesal.     

Melihat Prastian lengah, Jenny langsung menggunakan kesempatan untuk melarikan diri. dengan gesit ia segera bangkit dari pangkuan Prastian, dan langsung berlari keluar dari kamar Prastian secepat kilat. dengan nafas terengah-engah ia berlari menuju ke kamar pribadinya. ia memukul kepalanya berulang kali. mengutuk dirinya yang begitu lemah. mengapa ia bisa takluk pada Prastian secepat ini.     

Prastian hanya bisa memandangi kepergian Jenny dengan wajah kecewa. sambil terbengong ia menjawab panggilan telfonnya dengan nada kesal.     

"Yaa. Hallo !"     

"Pras. besok kamu masuk kantor ! ada audit ke kantor cabang surabaya." suara pria dari seberang telfon sana membuat mood Prastian seketika terjun bebas.     

"Hahh ! ke surabaya ?" jawab prastian kaget. ternyata yang menelfon adalah pak Isham kepala funding officer dikantor pusat. Memberinya perintah untuk bekerja besok hari.     

Prastian selaku kepala Auditor sebuah bank besar milik pemerintah yang berkantor di Jakarta pusat. mempunyai pekerjaan utama audit Keuangan di wilayah pusat dan juga kantor cabang diseluruh Indonesia.     

"Benar ke surabaya , kenapa ?, Ada masalah ?!"     

"Ohhh tidak pak... tidak ada masalah sama sekali hehehe besok saya pasti kembali bekerja."     

"Baguss... sebaiknya kamu segera prepared barang bawaanmu untuk satu minggu disana",     

"Hahhh. gak salah pak...kenapa satu minggu pak. bukannya hanya audit di kantor cabang saja. memang team audit berapa orang pak?."     

"Kamu yang tentukan sendiri team-mu pras. kamu boleh menyeleksi sendiri personil bawahanmu !. Oiyaa selain audit kantor cabang. juga ada enam kantor cabang pembantu yang masuk daftar audit juga pras hehehe, maaf merepotkan yah"     

"Wahh ini mah bukan seminggu lagi pak. bakal sebulan baru kelar."     

"Hahaha khan habis ambil cuti seminggu pras. pasti stamina-mu full charge dong.... gak masalah dong anak muda"     

"Bapak sengaja ngerjain saya deh kayaknya ini. mau balas dendam nih pak ceritanya...."     

"Mana berani aku pras.... Hahaha... Ngerjain kepala Auditor sepertimu. bisa dipenggal kepalaku. hahaha.... Yaa sudah sampai jumpa besok dikantor yah pras."     

"Baik pak. terima kasih. sampai jumpa besok dikantor pak"     

telfon berakhir.     

Prastian membaringkan tubuhnya diranjang. tampak lemas. wajahnya seketika redup. matanya menatap ke langit kamar dengan lesu. ia menarik nafasnya berat. 'Ahhh Jen... bagaimana aku bisa meninggalkanmu dalam waktu sebulan..... itu lama sekali....' batin prastian kesal.     

'Impossible !' Prastian bangkit dari tidurnya. ia segera berjalan keluar kamar menuju ke kamar Jenny. namun langkahnya terhenti, saat melihat Jenny tampak sedang tiduran disofa ruang tengah. ia tampak sedang menonton saluran berita ditelevisi.     

"Jenn.... aku besok harus ke surabaya. ada audit satu bulan disana". Jelas Prastian on point. sambil duduk di tepi sofa, sengaja mendesak tubuh jenny untuk memberinya tempat duduk disampingnya.     

Jenny menatap Prastian kesal. segera bangkit dari posisi berbaring dan langsung duduk menjauh dari Prastian     

"Bukan urusanku " jawab Jenny ketus.     

"Jenn... kamu ikut bersamaku yahh"     

"Kamu gila yahh... kamu pikir aku pengangguran !. lagian apa urusanku ngikut kamu kesana. kurang kerjaan saja."     

"Kamu ngalah sedikitlah jenn... bagaimana kalau aku kangen sama kamu" desak Prastian polos. teguh dengan pendiriannya memaksa Jenny.     

"Gak usah lebay deh. Kangen sama aku ? sejak kapan ? anda sedang salah server pak !"     

"Kamu jangan main-main lagi jenn... aku sedang bicara serius."     

Prastian meraih satu tangan Jenny dengan lekat, dan mengenggamnya kuat. dan mereka saling bertatapan penuh arti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.