Shadow of Love

Kesabaranku sudah habis



Kesabaranku sudah habis

0Pesawat yang ditumpangi Hans mendarat dengan mulus di Tokyo. saat ia menginjakkan kaki keluar dari pesawat, ia langsung membeku. Hans merasa sangat kedinginan. merasakan hawa dingin yang terasa menusuk hingga ke tulangnya. Hans buru-buru memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, untuk menemukan Warmer yang telah disiapkan Anita sebelumnya. Hans tersenyum kecil, 'Kamu benar yank... Tokyo benar-benar dingin ' sambil membuka bungkus Warmer, Hans terus memikirkan Anita. ia benar-benar merasa beruntung memiliki isteri yang kini memberi perhatian sepenuhnya padanya. hingga pada hal kecil yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. 'Aku mematuhimu yank....' gumamnya lirih, segera memasukkan Warmer itu ke dalam kantong celana dan jas sebagai penghangat badan, persis seperti yang Anita anjurkan padanya.     

Setelah melewati perjalanan panjang, akhirnya Hans dan Vanessa tiba di hotel mewah tempat mereka menginap. meskipun Jenny telah reservasi dua kamar terbaik sebagai tempat mereka menginap masing-masing sesuai keinginannya. namun Hans tahu, jika nasib kamar satunya lagi pasti akan kosong tak berpenghuni. memang pemborosan !, tapi dengan penuh kesadaran, ia mengijinkan itu terjadi. ia harus melakukan itu, berharap itu dapat menjadi sebuah kamuflase yang sempurna.     

"Butuh bantuan..." suara Vanessa tiba-tiba muncul dari arah belakang. Hans reflect menoleh kebelakang, dan Vanessa dengan gerakan gesit langsung merebut jas ditangannya, lalu membantunya mengantung rapi kedalam lemari pakaian didepan mereka.     

Hans menelan ludahnya dengan berat, sorot matanya membola liar, menatap tubuh menggiurkan Vanessa yang hanya berbalut lingerie hitam nan sexy dihadapannya.     

Dengan gerakan menggoda. Vanessa menggoyang pantatnya dengan sensual didepan Hans, sambil terus berpura-pura sibuk membenahi jas milik Hans kedalam lemari. sengaja memancing gairah Hans padanya.     

Hans back to reality. ia mengerjapkan kedua matanya berulang kali, lalu segera membalikkan badannya kesamping, untuk melanjutkan aktivitasnya yang lain. membersihkan badannya sebelum tidur.     

Vanessa tersenyum samar, ia merasa kesal, Hans berani mengabaikannya. dengan gerakan gemulai ia langsung meraih tangan Hans, dan membalikkan tubuh tegap Hans untuk melihat padanya. "Cukup bermain-mainnya. kesabaranku sudah habis...." ucap Vanessa tegas, ia langsung menjijitkan kakinya keatas dan membekap mulut Hans dengan ciuman panasnya. lidahnya terus menari mengajak lidah Hans bercumbu dengan aggressive, sambil kedua tangannya meremas pantat kokoh Hans dengan penuh gairah. dan tangan Vanessa terus bergerak dengan lincah mengerayangi setiap inches tubuh kekar Hans, memainkan dan menstimulasi kejantanan Hans dengan sangat terampil.     

Hans terpancing. nafasnya terdengar semakin memburu, tidak beraturan. hasrat lelakinya berkibar tidak terkendali. tak butuh waktu lama, dengan aggressive ia melancarkan aksi balasan tak kalah sengit pada Vanessa. ia meraih kedua payudara Vanessa dan meremasnya dengan kasar.     

Vanessa tersenyum puas , saat melihat Hans terobsesi dan menghisap payudaranya dengan ponggah.     

Hans memukul pantat Vanessa dengan keras. Vanessa memekik nikmat, ia justru menyerahkan tubuhnya, dengan sukarela membiarkan Hans mencekik lehernya dan menciuminya dengan beringgas.     

Tangan kekar Hans terus menjalari tubuhnya dengan liar. memasukkan jari-jarinya kedalam keintimannya. menjelajahi klitoris dan mengocoknya kasar. Vanessa mengelinjang tak tentu arah. seakan tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Namun Hans tidak berhenti. ia sengaja terus melakukannya dengan sengaja. terus menerus menghujam keintiman Vanessa dengan jarinya.     

Vanessa memekik kuat. dan cairan kental mengalir deras dari vaginanya. ia terduduk bersimpuh dihadapan Hans. cairan miliknya tampak berceceran membasahi lantai kamar.     

Hans menyeringgai puas. ia berhasil membuat Vanessa orgasm dengan cara yang paling memalukan.     

PLAK !     

Hans menampar pipi Vanessa keras. hingga tubuhnya terlontar dan jatuh kesamping.     

Bugh !     

Hans menendang tubuh Vanessa tanpa perasaan. lalu segera menarik satu kakinya dengan kasar ke hadapannya.     

"Buka mulutmu !" ucap Hans tegas, Vanessa melenguh pelan, dengan patuh ia kemudian membuka mulutnya kecil. dengan tidak sabar Hans segera meraih wajah Vanessa kasar , tangannya yang kokoh menekan pipi Vanessa, dan mendengakkan wajahnya keatas, membuatnya membuka mulutnya dengan lebar.     

Vanessa tidak berdaya, ia memegang kedua paha Hans dengan erat, matanya melotot dan ber-air, mencoba bertahan sekuat mungkin ketika pria dihadapannya itu menghujamkan kejantanannya tepat ke mulutnya dengan kasar. dan mengendalikan gerakan kepalanya sesuai keinginannya. Hans terus menarik rambut Vanessa maju dan mundur secara konstant. membuat mulut Vanessa tetap stabil di posisi yang membuatnya senang.     

Hans terus menghentak dan menghujam kejantanannya hingga menyentuh kedalam rongga tenggorokan Vanessa.     

Kedua mata dan hidung Vanessa tampak berair. menyedihkan.     

Namun Hans belum ingin berhenti. ia terus menjambak rambut Vanessa dengan kuat. memacu mulutnya agar bergerak lebih kencang lagi.     

Hingga beberapa menit kemudian.. Hans tampak menyeringgai, dengan suara terengah-engah ia lalu mengeluarkan kejantanannya dari mulut Vanessa. dan memuntahkan cairan kental miliknya tepat ke wajahnya.     

Vanessa tersenyum puas. kedua tangannya menengadah. dengan wajah mendengak keatas, ia sengaja menadah cairan milik Hans dan menjilatinya dengan riang.     

Vanessa kembali kedalam kamar, usai mencuci mulut dan wajahnya yang berlumuran cairan milik Hans.     

Ia bahkan belum selesai mengeringkan wajahnya ketika tiba-tiba Hans kembali menarik tangannya.     

Hans mengikat kedua tangan Vanessa dengan dasinya.     

PLAK !     

Hans kembali menampar wajah Vanessa dengan bengis. ia lalu mengambil sebuah pecut hitam diatas meja, dan langsung menyabet tubuh indah Vanessa dengan garang.     

Vanessa tampak mengerang kesakitan, dengan wajah yang sensual. tubuhnya bergerak kekanan dan kekiri menghindari pecutan demi pecutan keras Hans padanya. "...Please.... please...." Vanessa mengaduh memohon. seluruh tubuhnya bagai terbakar dan perih. ia berteriak dengan histeris, berusaha menahan pecutan Hans selanjutnya.     

Wajah Hans bertambah gusar, ia tidak senang dengan perlawanan Vanessa. ia kembali menyabet tubuh telanjang Vanessa dengan lebih keras lagi. hingga tubuh mulus Vanessa kini tampak memerah, penuh tanda bekas pecutan.     

Hans menatap Vanessa liar, wajahnya mengeras. tidak terpancar sedikitpun rasa belas kasihan pada keadaan Vanessa yang terkulai tidak berdaya didepannya.     

Hans seolah berubah menjadi orang lain. terlihat sangat kejam dan maniac.     

Hans menyeringgai puas, menatap tubuh lunglai Vanessa liar, terpacu untuk memuaskan gairah liarnya, merealisasikan fantasi terpendamnya. bercinta secara liar dan bebas dengan menggunakan tubuh Vanessa.     

.     

.     

.     

Malam semakin larut, namun Anita tidak juga dapat memejamkan matanya. wajahnya tampak gelisah, terus menatap layar smartphone ditangannya. ia berulang kali membolak- balik badannya ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari posisi ter nyaman agar dapat segera tertidur.     

Namun terus gagal lagi dan lagi. ia tidak dapat menenangkan pikirannya sendiri. hingga ia merasa kesal pada dirinya sendiri.     

dengan sisa tenaganya ia bangkit dan duduk diatas ranjang, lalu menyilangkan kakinya, dan kembali menatap smartphone miliknya dengan seksama. 'Apakah sebaiknya aku menelfonnya saja sekarang ?, sekedar menanyakkan apakah ia sudah tiba dihotel ?', Anita mengangkat jari-jarinya, bersiap membuat satu panggilan telfon pada Hans. 'Tapi, bagaimana kalau ia sudah tertidur lelap.....' tangannya tertahan diatas ponselnya. ia kembali berpikir sejenak. 'Bukankah aku justru membuatnya terbangun....?,' analoginya menjawab sendiri. 'Ahh.. aku harus bersabar, aku yakin ia pasti akan segera menelfon begitu ada kesempatan ' gumamnya lagi. berusaha menenangkan hatinya sendiri.     

Anita tidak dapat mengungkapkan perasaannya yang berkembang cepat terhadap suaminya akhir-akhir ini. mereka baru memulai kembali kehidupan perkawinan mereka, dan sedang berusaha kembali hidup bersama layaknya pasangan menikah pada umumnya. mereka kini tinggal dalam satu rumah bersama sebagai satu keluarga.     

Namun perasaan cintanya pada Hans sudah berkembang demikian kuat. ia juga baru menyadari itu saat Hans harus pergi kejepang untuk beberapa hari ini.     

Sebelumnya ia tidak pernah berpikir, dirinya akan merindukan seseorang sedalam ini. bukan hanya indra-indranya yang merindukan Hans, tapi hatinya mendambakan pria itu seharian. dan perasaan ini kini terasa begitu menyiksa.     

Ini adalah perpisahan pertama mereka sejak kembali bersama. tapi rasanya sungguh tidak tertahankan. Perasaan tergila-gila yang lemah setiap waktu. cintanya yang semakin kuat hingga membuatnya merasa tidak berdaya.     

Ia sungguh merindukan Hans dengan segenap jiwanya.     

.     

.     

Entah berapa lama mereka telah melakukan percintaan gila mereka. keduanya kini telah melunglai lemas diatas ranjang. dan tampak bermandi peluh berdua.     

"Kamu sungguh hebat seperti biasanya Hans" ,bisik Vanessa sambil membaringkan tubuhnya disamping Hans.     

"Terima kasih Hans sayang...." Vanessa mengecup bahu Hans dengan lembut.     

Hans menghela nafasnya panjang. lalu menghembuskan perlahan. ia tampak berusaha mengumpulkan kembali tenaganya yang seolah terkuras habis setelah percintaan mereka barusan.     

Hans memejamkan matanya, membiarkan Vanessa memeluk pinggangnya dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.