Shadow of Love

Menyambut dengan ranjang yang panas



Menyambut dengan ranjang yang panas

0Bagi Hans, memiliki hubungan dengan Vanessa bukanlah sesuatu yang berbahaya. Hans mengakui, ia merasa aman bersamanya. menginggat kharakter Vanessa yang terlihat easy going, dan sangat pintar mengendalikan situasi. ia selalu mampu bermain cantik dalam situasi apapun, dapat menjaga hubungan mereka terlihat normal didepan public. dan memberinya kebebasan untuk meninggalkannya kapan saja. dan yang terpenting, Vanesssa sangat pintar membaca situasi agar hubungan mereka tidak tercium pasangan masing-masing. Vanessa dimatanya tidak lebih hanyalah seorang wanita yang haus seks. dan tidak ingin terikat dalam percintaan. Hans tahu, sedari awal Vanessa tidak mengejarnya demi status, motive Vanessa sangat jelas. yaitu mengejarnya demi seks dan financial semata.     

Keesokan paginya.....     

Hans memulai meeting dikantor Sumida land corp. untuk realisasi pembangunan tower di beberapa kota besar di Indonesia, yang merupakan planing kerjasama Sumida land dengan Wijaya group, Hans tampak berbicara didepan para executive Sumida land dengan sangat menganggumkan. ia benar-benar menguasai apa yang dibahasnya. mereka sedang merencanakan kerja sama pembangunan kawasan hunian elite di Bali yang di rencanakan akan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan konsumen dinamis disana.     

Sumida land corp, terkenal sebagai penyedia professional arsitek yang mempunyai reputasi mendunia, yang di kenal dengan hasil karya dan efficienciesnya dalam bekerja. sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal dengan resiko minimal. Wijaya group selaku perusahaan hotel dan property terbesar di Jakarta telah menjalin kerja sama sekian tahun lamanya dengan Sumida land corp, sehingga kedua perusahaan sudah saling mengetahui kinerja masing-masing. sehingga memudahkan mereka mengambil kontrak kerja, dengan mempertimbangkan reputasi kedua belah pihak.     

.     

.     

.     

Dinginnya malam tidak menyurutkan hasrat Hans dan Vanessa untuk berjalan-jalan menikmati malam. mereka berdua sengaja keluar hotel untuk mencari udara segar, mereka berencana menikmati wiski favorite Vanessa di cafe yang terletak di Tokyo Street.     

Vanessa menuangkan segelas penuh wiski untuk dirinya sendiri. Mata Vanessa memicing. "Gadis itu sepertinya sangat tahu bagaimana mengatasimu," ujarnya pelan.     

"Ya ..." jawab Hans singkat, tidak menyangkal sama sekali, ia menenggak malt dalam sekali telan. berharap dapat menghangatkan badannya. sembari melepas penat setelah meeting seharian.     

"Hmm... gadis yang luar biasa ", sindir Vanessa sinis, melemparkan tatapan sengit pada Hans, sambil kembali menuangkan wiski kedalam gelasnya yang telah kosong.     

"Bukankah kau sudah cukup minum ?" tanya Hans iseng. "Malam ini aku hanya merasa ingin minum hingga mengosongkan seluruh isi toko ini",     

Hans mengangkat bahunya, "Terserah kamu saja. resiko kau tanggung sendiri", ujarnya dengan nada tidak peduli.     

"Hans.... terkadang..., kau bisa membuatku ingin melakukan hal-hal gila untuk mendapatkanmu...."     

"Aku bisa mengerti itu..." jawab Hans santai. balas menatap Vanessa cuek.     

"Jadi kau sangat menyadari pesonamu bukan ?"     

"Tentu saja !, dan kau sebaiknya bersyukur. aku masih sudi menyentuhmu. jadi bersikaplah baik. dan jangan coba berbuat macam-macam..."     

"Jadi kau sekarang sangat takut diomeli gadismu itu hahaha ..."     

"Bukan urusanmu !" damprat Hans keras.     

"Hahaha aku mengerti, kau pasti akan menangis menyesal ketika ia menangkapmu bukan .... hahaha mengerikan...."     

"DIAM kau ! Dasar wanita brengsek !" bentak Hans dengan kilatan marah. ia benar-benar ingin memukul wajah annoying Vanessa yang sengaja mengejeknya.     

Tiba-tiba ponsel Hans berbunyi. Hans segera melihat kelayar smartphonenya. melihat nama 'Sayangku' tertera disana. Spontan Hans menempelkan jari telunjuknya di bibir sambil menatap Vanessa dengan tajam, mengancam. mengkode Vanessa untuk diam dan jangan bersuara.     

Vanessa mengerti, ia menganggukkan kepalanya mantap. tapi dengan langkah pelan ia justru berjalan mendekat disamping Hans, dan sengaja duduk dengan manja dipangkuannya. Vanessa mengecup bibir Hans pelan, sementara Hans sibuk berbicara, membalas panggilan telfon dari Anita.     

"Hallo sayang..." sapa Hans lembut, menjawab telfon Anita dengan suara senormal mungkin.     

"Apakah kamu sudah tidur..." suara lembut Anita menyapanya mesra.     

"Belum yank ...aku kebetulan sedang merokok diluar hotel."     

"Ahhh begitu... bisakah kita FaceTime....aku kangen sekali sama kamu. pengen lihat kamu sebentar...."     

Hans langsung gelagapan. merasa gugup setengah mati. Vanessa yang berada dipangkuannya dan sengaja ikut mendengarkan pembicaraan mereka tampak tertawa terbahak, menikmati kepanikan Hans yang bagai seekor tikus kecil yang terperangkap dikandangnya sendiri, 'Menyedihkan.....', Vanessa terus tertawa terbahak dalam diam sambil memegangi perutnya sendiri saking merasa tidak kuat.     

"A- Aku sedang kedinginan diluar yank... aku akan masuk kekamar dulu, nanti aku telfon balik yahh"     

"Ohh okay. cepettan pulang kekamar dulu kalau gitu. pasti udara di luar dingin bangett yah. nanti kamu sakit.... hangatkan badanmu. segera kembali ke kamar dan nyalakan Heather-nya okay... "     

"Iyaa sayang. aku tahu, jangan khawatir. aku baik-baik saja. aku matiin telfonnya dulu yah ... I love you "     

Hans segera menutup telfonnya dengan cepat. bagai takut ketangkap basah oleh Anita. jantungnya berdegup dengan kencang, dadanya tiba-tiba terasa penuh. hingga membuatnya sesak bernafas. ia benar-benar merasa ketakutan. terbayang wajah penuh amarah Anita dipelupuk matanya, kala Anita membencinya dan menolaknya di hotel saat itu.     

Kejadian itu terasa membekas dihatinya. perasaan perih, dan terguncang yang hebat, karena Anitanya tidak menginginkannya lagi.     

Seketika Hans berlari kencang menembus dinginnya kota Tokyo untuk kembali ke hotel dan segera berbicara dengan Anita-nya.     

Hans membuka pintu kamar hotelnya. melangkah menuju ranjang tidur dan langsung melemparkan tubuhnya diatas ranjang. ia meraba smartphone didalam kantong mantel coklatnya. dan langsung menelfon Anita.     

"Hallo..." Suara khas Anita terdengar serak dari ujung telfon sana.     

"Sayangku, ...apa kamu sudah tidur..." tanya Hans mesra.     

"Iyaaa ", ia ketiduran setelah sekian lama menunggu Hans tidak juga kunjung menelfonnya balik.     

"Ahh.... jadi aku telah membangunkanmu yah... sayang sekali hiks hiks hiks ", keluh Hans dengan suara manja.     

"Kamu barusan dari mana ? kenapa lama sekali ... "     

"A-Aku lupa menaruh kartu access pintunya. jadi kembali kebawah untuk meminta kartu cadangan di bagian receptionist..... maafkan aku membuatmu menunggu lama..."     

"Kau sangat ceroboh...."     

"Aku terus memikirkanmu. aku merindukanmu seharian ini. hingga membuatku tidak konsentrasi. aku benar-benar kangen banget sama kamu yank"     

"Aku juga...."     

"Benarkah...."     

"Sungguh...."     

"Ahh manisnya isteriku. aku mau lihat wajahmu sebentar... boleh ?"     

"Ohh Kamu mau FaceTime yah....okay " mereka berdua kemudian menghidupkan fitur FaceTime pada smartphone masing-masing.     

FaceTime on !     

Wajah Hans langsung memenuhi seluruh layar smartphone Anita. dengan senyuman lebar yang sengaja dibuatnya, hingga mempelihatkan barisan gigi putihnya pada anita.     

'Jelek sekali...',gumamnya meledek. Anita tidak dapat menahan tawanya. ia menggoyangkan satu tangannya say hello.     

"Sayang. kamu cantik sekali hari ini..."     

"Ahh.. kamu paling bisa membuatku besar kepala... sayangnya rayuanmu itu tidak pernah kau dengarkan langsung saat berada didekatku..." sesal Anita, sambil memasang wajah berpura-pura sedih.     

"Karena saat aku didekatmu, mulutku sudah terlalu sibuk melakukan hal penting lainnya..." goda Hans jail.     

"Dasar....."     

"Tapi yank... kamu sungguh sangat cantik dengan wajah polosmu begini. aku sangat menyukainya" ucap Hans tulus, terus memandangi wajah cantik istrinya penuh rasa kagum.     

Meski Hans terkenal sebagai cassanova yang banyak digilai dan selalu dikelilingi wanita cantik. tapi ia bukanlah tipe pria bermulut manis, yang suka merayu. ia hanya dapat mengungkapkan perasaan tulusnya pada wanita yang benar-benar dicintainya saja yaitu Anita. faktanya. sangat mudah baginya untuk menaklukan wanita diluar sana, tidak perlu susah payah memuji. cukup dengan senyum palsu darinya, mereka akan mengantarkan tubuh mereka sendiri dengan suka rela.     

"Jadi, Apakah kamu sempat makan malam tadi ?" tanya anita kembali pada topik pembicaraan.     

"Sudah. aku makan banyak sekali yank... lihat perutku tambah besar saja khan."     

"Iyaa gak apa-apa. yang penting kamu jaga kesehatan disana. udara dingin memang membuat nafsu makan naik. itu wajar...."     

"Dan nafsu yang itu juga naik yank..." ucap Hans nakal, sambil mengarahkan camera ponselnya pada area kemaluannya.     

"Hmm terus....?" Wajah Anita seketika tampak bersemu merah, ia menjawab ucapan nakal Hans dengan bersikap tenang.     

"Bagaimana lagi.... berhubung aku adalah suami yang setia... Aku hanya bisa bersabar sekarang, berharap isteriku yang pengertian akan menyambut kepulanganku nanti dengan ranjang yang panas, " goda Hans licik,     

"Menurutmu, sambutan yang bagaimana yang kamu inginkan ?"     

"Misalnya, .. menungguku sambil berbaring telanjang diranjang .... sepertinya itu ide yang bagus,"     

"Dasar otak mesum ! jangan mimpi !"     

"Hahaha... tuhh khan, permintaan sepele seperti ini saja adalah mimpi bagiku. huh betapa kasihannya aku...."     

"Bagaimana kalau aku masuk angin ....udara dikamar sangat dingin."     

'Dasar gadis bodoh ! , kenapa kau selalu berpikir sangat realistis... ' Hans tertawa terbahak, mendengar keluhan polos Anita atas permintaannya.     

Ia tahu, Anita begitu lugu dalam urusan diranjang, semua yang ia lakukan diranjang, ia dapatkan darinya. ia adalah satu-satunya pria dalam hidupnya yang mengenalkan tentang hubungan sexualitas padanya. dan Hans berniat memperlakukan Anita dengan istimewa seumur hidupnya. ia tidak ingin mencemarinya dengan pengalaman seks liar atau apapun yang berdampak buruk padanya. membiarkan ia apa adanya.     

"Apakah Bryan merindukanku"     

"Tentu saja !, ia sudah bobok sekarang. disini sudah jam satu malam. kalau kamu rindu, besok siang bisa FaceTime saat istirahat siangmu... bagaimana ? "     

"Ohh baiklah .... aku kangen lihat tingkah lucunya yank.... disitu sekarang sudah malam sekali yah.."     

"Iya. berbeda dua jam khan... oiya coba kamu perlihatkan kamar hotelmu padaku ... apakah kau tinggal di suite room yang nyaman ?"     

DEGH !     

Seketika Hans tersentak. tidak menyangka dengan permintaan tiba-tiba Anita. wajahnya seketika berubah panik. yang jelas ia tidak mungkin memperlihatkan kondisi kamarnya saat ini pada isterinya. pasti ia akan langsung curiga. disekitarnya kini terdapat barang-barang milik Vanessa. banyak paper bag belanjaan Vanessa bertumpuk hampir disetiap sudut ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.