Shadow of Love

Menyelesaikan urusan ini nanti



Menyelesaikan urusan ini nanti

1Wajah Hans terlihat panik, ia langsung memutar otak untuk mencari jawaban yang masuk akal pada Anita secepatnya. 'Tapi apa ?....', sorot matanya terus mengawasi reaksi Anita dari layar smartphone ditangannya, memastikan Anita tidak curiga padanya. 'Sial !', batinnya panik. di saat kritis begini, tiba-tiba pikirannya menjadi blank, ia tidak dapat memikirkan satu ide-pun dikepalanya.     
0

"Em-mm....."     

Bibir Anita terlihat melengkung keatas, mendadak senyum cerah merekah indah diwajahnya. Hans terpaku, kemudian ikut tersenyum, tidak mengerti.     

"Hahaha kenapa ?, apa kamu merasa kedinginan.... pasti kamu sangat malas untuk berdiri khan ..." tebak Anita polos,     

'Huft.....' Hans melepas nafasnya lega.     

"Hehehe iya. disini temperature suhunya sedang drop yank... huhuhu dingin banget....saat ini aku sudah berbaring diranjang. jadi malas banget buat berdiri lagi... "     

"Hahaha iya... iya aku ngerti....". jawab Anita paham.     

Tentu saja Anita bisa mengerti. dalam cuaca dingin yang membeku, hal yang paling nyaman dilakukan semua orang adalah bersembunyi dalam selimut sambil berpelukan dengan orang tercinta. jadi sangat normal jika Hans merasa malas untuk bergerak setelah berbaring nyaman, ditambah kondisinya yang lelah sepulang dari meeting panjangnya.     

CLAK !     

Suara pintu kamar terbuka. tatapan mata Hans reflect melihat kearah pintu kamarnya. dengan spontan ia mute speaker ponselnya. saat melihat kedatangan Vanessa masuk kamar mereka. Hans takut Anita dapat mendengar detak langkah sepatu tinggi Vanessa saat memasuki kamar mereka.     

Vanessa mencuri pandang kearah Hans dengan tatapan sinis, ia kembali ke kamar dengan wajah terlihat kusut. ia merasa kesal pada kelakuan Hans yang meninggalkannya begitu saja di kafe, yang membuatnya harus membayar tagihan minum mereka.     

Dengan wajah ditekuk, ia sengaja melempar tas kecil miliknya keatas sofa. ia kemudian melepas high heels-nya dan mengganti menggunakan sandal flat inventaris dari hotel.     

Vanessa tahu, jika Hans sedang membuat panggilan video call dengan isterinya, ia tidak berniat menggangunya. setelah melepas mantel bulu hitamnya, ia lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.     

Lima menit kemudian, Vanessa selesai membersihkan diri. ia merasa tubuhnya fresh kembali, ia menatap kearah cermin, wajahnya tampak pucat pasi, setelah ia menghapus semua make up diwajahnya. 'sangat tidak menggoda....' batinnya. ia segera membubuhkan perona blush on di tulang pipi kanan dan kirinya, memberi sentuhan lip gloss cerah untuk bibir mungilnya, ia lalu menatap kearah cermin, berpose mencium dengan sensual. 'Perfect '     

Vanessa berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi berwarna putih, 'Hahh.... belum selesai juga !' gerutu Vanessa kesal, menatap kearah Hans dengan tatapan sinis. namun Vanessa cepat-cepat berjalan kearah ranjang, ia merasa kedinginan. tubuhnya sedikit menggigil. jubah mandinya tidak cukup tebal untuk melindunginya dari cuaca dingin, dengan gerakan pelan ia naik keatas ranjang, dan langsung menyusup ke bawah selimut, bergabung bersama Hans dalam ranjang mereka yang hangat.     

'Huhh nyamannya....' desah Vanessa. sembari memeluk tubuh Hans yang terasa hangat tightly.     

Hans membeku. tangan Vanessa benar-benar dingin seperti es. Vanessa sengaja memeluk pinggangnya dari balik bajunya. 'Sialan ' geram Hans kesal, ia mendorong tangan jahil Vanessa yang diletakkan pada tubuhnya, dan memperlakukannya bagai alat penghangatnya saja.     

Dari dalam selimut, Vanessa tertawa terkekeh dengan puas, meski tangan Hans terus mendorong dan menolaknya berulang kali, ia pantang menyerah, justru membuatnya semakin bersemanggat untuk menggodanya. Vanessa sengaja mengelus kemaluan Hans dengan lembut, membuat Kejantanan Hans perlahan-lahan menegang dan berdiri, wajah Vanessa seketika bersinar cerah, ia lalu membuka resleting celana Hans. penis itu menyembul tepat diwajahnya. dan ia segera mengulum dan memainkan kejantanan Hans sesuka hatinya.     

"Sayang .... sudah dulu yah... aku ngantuk..." ucap Hans dengan nada lemah, sambil berpura-pura menguap untuk mengatur nafasnya yang terdengar tidak teratur.     

"Baiklah... kalau begitu cepatlah tidur,...aku tidak akan menganggumu lagi..."     

"Kokk marah..."     

"Enggak !. aku gak marah .... aku tahu kamu pasti kelelahan... jangan berpikir macam-macam "     

"Hehehe baiklah kalau begitu... tinggal dua hari lagi, dan aku akan segera pulang..."     

"Ahh iya. ... aku sudah tidak sabar menunggumu pulang"     

"Aku juga..... " ucap Hans terengah-engah. Satu tangannya berusaha menahan aksi Vanessa yang kian menstimulasi dirinya semakin gila. hingga kelaminnya terlihat berdiri dengan tegap.     

Vanessa seolah sudah tidak terkendali, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan didepan matanya. ia segera naik keatas tubuh Hans tanpa permisi dan menancapkan miliknya pada Hans, dengan posisi women on top. ia menggoyang tubuhnya dengan sensual untuk meraih kepuasannya.     

Pada awalnya Hans ingin berpamitan dulu sebelum menutup FaceTime dengan isterinya. namun ia sudah tidak sanggup menahan gairahnya lebih lama. tanpa ciuman perpisahan seperti yang mereka biasa lakukan, Hans menutup pembicaraan mereka dan langsung melempar ponselnya entah kemana.     

Dengan wajah kalap, ia langsung meraih pinggang Vanessa yang berada di atas tubuhnya. memacu gerakan Vanessa untuk lebih dalam lagi masuk padanya. Vanessa memekik binal, merasakan kenikmatan hingga keujung dunia. Hans membungkam mulutnya agar tidak berisik, buah dada Vanessa bergerak tak tentu arah, mereka berdua menggila dalam ranjang besar nan hangat.     

.     

.     

.     

Keesokan paginya Anita terbangun sangat pagi. ia telah membuat janji bertemu dengan beberapa klien untuk membahas tentang claim assuransi yang ditawarkan oleh perusahaannya, mereka tertarik untuk bergabung. ia mengikat rambut panjangnya sambil menatap kearah jam becker yang terletak diatas meja disebelahnya. saat ini waktu menunjukkan pukul enam lewat sekian menit.     

Anita segera bergegas untuk bersiap diri.     

Hari ini ia memilih mengendarai mobil Maserati hitam milik Hans, demi alasan kenyamanan. Ia telah mengendarai mobilnya hingga hampir masuk ke arah gerbang tol, tepat pada saat itu Anita melihat petunjuk bensin di dashboard mengarah ke huruf E, yang berarti kosong. Astaga ia tidak bisa kembali ke luar gerbang tol. Ia bahkan ragu bensinnya masih cukup untuk keluar tol ini.     

Tiba-tiba Anita sadar ia barusan melewatkan pom bensin. Tanpa berpikir panjang , ia langsung membanting setir dan berhasil pindah jalur. namun tiba-tiba suara klakson yang lantang dan bertubi-tubi menyadarkannya bahwa ia nyaris menabrak mobil Jaguar.     

Untungnya pengemudi Jaguar itu cepat bereaksi dan berhasil menghindari bahaya. dan Anita berhasil tiba dengan selamat di halaman pom bensin.     

Anita bisa saja menyalahkan cara mengemudinya yang ceroboh. tidak hanya baru menyadari tangki bensinnya kosong tepat sebelum masuk gerbang tol. juga caranya membawa mobilnya yang sembarangan.     

Ia mendengus lega. dan segera keluar dari mobil, tapi belum sempat ia menutup pintu mobilnya saat mobil Jaguar itu berhenti tepat dibelakangnya.     

Dengan ekspresi wajah berapi-api , sesosok lelaki jangkung berambut hitam kemerahan menghampirinya. ia tampak langsung memfoto nomor kendaraan Anita. dari auranya, kelihatannya Anita harus segera meminta maaf kepadanya.     

Tentu saja Anita akan melakukannya. ia tahu ia memang bersalah.     

"Kau pikir apa yang kau lakukan !" Semprot lelaki itu begitu tiba di dekat Anita. Mata coklatnya yang tajam dan dingin mencermati tubuh Anita yang ramping. mengamati bros nya dengan seksama. beruntung ia menyembunyikan logo perusahaannya.     

Tapi Anita tidak biasa ditegur seperti itu, "Aku ?!" balasnya, sambil menunjuk dirinya sendiri "Dasar berandal tidak tahu aturan !" balasnya sengit pada lelaki muda berusia sekitar dua puluhan keatas dengan amarah yang masih mendidih. "Kalau saja kau tidak begitu sembarangan membawa mobilmu demi menjadi pusat perhatian dengan Jaguar-mu itu, kau pasti berada dijalur yang benar. dan bukannya menghalangiku..."     

Lelaki muda itu langsung tertawa sinis menatap Anita. sengaja mencibirnya.     

Oh my God. rupanya lelaki muda itu tidak suka dipanggil berandalan. begitu juga kata-kata Anita selanjutnya. "Aku berada dijalur yang benar !" bentak lelaki itu murka, rahangnya mengeras. "Kau tidak memberi tanda sedikitpun bahwa kau akan memutar arah tepat didepanku,"     

"Aku tidak punya waktu berdiri dan berdebat disini seharian denganmu !" potong Anita angkuh. ia bisa melihat mata lelaki itu menyipit mendengar nada bicaranya. Jelas, Yang mulia Tuan muda Jaguar ini tidak terbiasa dengan ucapan semacam itu. Lelaki muda itu tampak menarik nafas untuk menenangkan diri. lalu dengan dagu sedikit terangkat lelaki muda itu berkata dengan nada setengah mendesis."Aku akan menyelesaikan urusan ini nanti " seketika ia langsung membalikkan badannya dan berjalan cepat menuju mobil Jaguar-nya yang sangat mengesankan itu. tidak ada yang bisa lelaki muda itu lakukan selain memendam marahnya.     

"Aku akan menyelesaikan urusan ini nanti " ucap Anita lirih, menirukan ucapan lelaki muda tadi, sambil terkekeh geli.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.