Shadow of Love

Selamanya hatiku hanya milikmu



Selamanya hatiku hanya milikmu

0Hans segera meraih tubuh isterinya, tiba-tiba hatinya merasa gentar, Ia langsung memeluk Anita dari belakang, tubuhnya terasa lemas dan merasa tidak berdaya, 'Tamatlah Aku..' "Sayang.... tenanglah dulu... tahan emosimu.." ucap Hans pilu, sambil terus merekatkan pelukannya semakin erat pada pinggang isterinya.     

"Tapi, kamu harus bersikap tegas Hans .... Para office boy itu harus tahu kesalahan mereka..."     

"Hah ....."     

Hans terbengong, tidak mengerti magsud ucapan Anita. ....'Apa hubungannya dengan office boy ?'     

"Biar aku yang menyelesaikannya. kamu tidak perlu turun tangan untuk urusan kecil semacam ini...."     

"Hah...." Hans langsung mengatup mulutnya yang terbuka. sambil terus memeras otaknya, mencoba menebak kemana arah pembicaraan isterinya. tapi satu yang jelas. ia sepertinya baru saja terbebas dari bencana.     

Selesai mencuci tangannya dengan sabun cuci tangan, Anita lalu menyemprot disinfectant keseluruh tubuhnya. Anita segera mengaitkan kembali Bra nya, memasukkan kemeja putih kedalam rok span yang dikenakannya. setelah itu ia menyisir rambut panjangnya yang tergerai berantakan dengan tangannya. mengikatnya ekor kuda dibelakang. terlihat sangat simple dan elegant.     

Hans tampak membeku, menatap Anita tidak berkedip. ia ingin sekali menghambur dan menikmati keindahan yang tersaji indah didepan matanya. namun entah mengapa ia tidak punya nyali. otaknya seakan memaksanya menahan hasratnya. Hans hanya bisa menelan ludahnya dengan berat.     

Melihat keadaan Hans yang tampak menyedihkan. Anita berjalan mendekatinya. dengan luwes ia lalu membantu merapikan kemeja biru suaminya. dan membantunya mengancing bajunya satu per satu.     

"Kita lanjutkan nanti dirumah okay..." Ucap Anita nakal, dengan wajah yang sedikit menantang.     

Hans terpana. 'Ohh Tuhan, apa sebenarnya yang ada dalam pikiran gadis bodoh ini' , Hans tersenyum awkward, ia ingin meresponse godaan isterinya, namun sialnya ia tidak berani.     

"Apa kamu baik-baik saja...." tanya Hans gugup. sorot matanya terus mengawasi gerak gerik Anita dengan waspada. merasa takut bahwa ini hanya jebakan untuknya.     

"Tentu saja aku baik-baik saja,... Ohh itu.... kamu khawatir tentang itu bukan ?..." tanya Anita, jari telunjuknya menunjuk kearah sofa beludru berwarna putih di depan mereka. Anita seolah langsung mengerti tentang ke khawatiran Hans.     

"Tenang saja, biar aku yang bicara pada kepala bagian SDM, untuk memperketat pengawasan kinerja office boy khususnya yang bertanggung jawab membersihkan ruanganmu ini. biar bagaimanapun kesalahan ini sangat fatal. tempat kerjamu adalah spot terpenting di kantor, sering digunakan sebagai tempat bertemu dan negosiasi dengan rekan bisnis. ... jadi seharusnya mereka mempekerjakan operator kebersihan yang terpercaya"     

Hans spontan menganggukkan kepalanya setuju, wajahnya tampak menatap kearah Anita masih dengan tatapan tidak percaya.     

"Kita memberi gaji mereka, sangat reasonable, jadi kita juga berhak menuntut professionalitas kerja mereka..."     

Hans kembali menganggukkan kepalanya. mengiyakan setiap kata-kata isterinya dengan patuh.     

"Tugas utama office boy memang membersihkan semua perlengkapan kerja, juga bertanggung jawab dengan kebersihan Kantor. termasuk membersihkan sofa dan karpet disini, seharusnya mereka rutin melakukan vacuum pada lantai dan karpet setiap hari.... "     

"Aku yakin, cairan tadi mungkin adalah bekas detergent atau cairan pembersih yang mereka semprotkan dengan sembrono. ..." ujar Anita kesal,     

Hans mendapatkan pencerahan !. ia telah dapat meraba arah pemikiran Anita. seketika ia langsung menghela nafasnya lega. 'Huft, sepertinya aku harus mengucapkan terima-kasih pada office boy.... bukan sebaliknya memarahinya seperti kehendak nita hehehe', Hans spontan terkekeh.     

"Huh aku pikir kau salah paham lagi padaku"     

"Hah... mengapa kau berpikir begitu ?"     

"Tidak ada... lupakan... aku hanya asal bicara saja barusan..."     

"Vanessa yaa..." tebak Anita polos, seraya menatap kearah Hans menyelidik.     

"Bu-bukan begitu sayang...." Wajah Hans kembali pucat pasi. 'Huh lidah Sialan ! kenapa kau buat gara-gara lagi' runtuk Hans, menyalahkan dirinya sendiri. dengan wajah memelas ia kembali memeluk Anita dengan erat. "Maafkan aku yank.... aku tidak pernah melakukan apapun dengan Vaness, aku tidak pernah mengkhianatimu.... sungguh...."     

Anita membelai rambut Hans dengan lembut, ia membalas memeluk tubuhnya dengan hangat.     

"Aku tahu.... " jawab Anita singkat.     

Hans menjauhkan tubuhnya, ia lalu memegangi kedua lengan Anita dan menatapnya lekat.     

"Aku percaya padamu...." ucap Anita lagi, menegaskan sikapnya.     

"Jadi kau tidak marah...."     

"Marah ?, kenapa...."     

"Ten-tang Vanessa ?" tanya Hans dengan ragu, mencoba meyakinkan jawabban Anita sekali lagi.     

"Aku yakin. Vaness datang ke sini karena murni untuk pekerjaan.... Aku akan menepati janjiku, untuk selalu percaya dengan penjelasanmu...mulai sekarang, kamu tenanglah bekerja. aku tidak akan bersikap bodoh lagi, dan cemburu buta, karena aku ingin rumah tangga kita berhasil hingga kita menua... okay"     

Sejak ia memutuskan untuk kembali bersama Hans. Anita seakan telah memutuskan untuk merubah mind-set nya tentang suaminya. ia memutuskan untuk hanya mempercayai apa yang Hans jelaskan padanya. ia tidak ingin terjebak lagi dengan kata-kata provocative wanita-wanita disekeliling suaminya yang sengaja ingin menghancurkan rumah tangga mereka. dimasa lalu ia telah terjebak dengan sikap aggressive sirena atau Cindy yang sengaja mengatakan jika ia sedang mengandung anak Hans. padahal semua bohong belaka. saat itu dengan tergesa-gesa ia mempercayai ucapan gadis labil itu. dan mereka hampir berhasil menghancurkan pernikahannya. dan memisahkan mereka. jika bukan karena kegigihan Hans bertahan padanya. mungkin saat ini ia telah resmi menyandang status janda.     

"Sayang.... aku mencintaimu..." ucap Hans terharu, ia langsung memeluk Anita dengan erat, 'Maafkan aku sayang.... telah membuatmu kecewa, tapi percayalah... selamanya hatiku hanya milikmu seorang '     

"Aku juga... aku juga sangat mencintaimu... suamiku.."     

Mereka saling bertatapan penuh arti.     

Hans mengangguk. mereka kembali berpelukan hangat.     

.     

.     

.     

Anita tampak serius mengikuti acara seminar dari global insurances corporation. yang merupakan induk perusahaan tempatnya bekerja. Seminar berlangsung di sebuah ballroom hotel megah di kawasan elite singapore.     

Anita kini patut berbangga. ia telah berhasil naik level ke posisi kepala divisi property and engineering. dan untuk kedepannya dapat dipastikan ia akan lebih sering mendapatkan kesempatan mewakili Perusahaannya untuk hadir dalam seminar penting seperti ini lagi. yang tentu sangat bermanfaat untuk upgrade pengetahuannya tentang trend terbaru terkait keuangan bisnis, ekonomi di indonesia maupun luar negeri yang dapat dijadikan referensi edukasi tentang keuangan bisnis untuk Small and growing business.     

Selain itu, ia juga berkesempatan mendapatkan tutor langsung dari para petinggi businessman kelas dunia.     

Anita duduk di meja barisan depan, bersebelahan dengan bu Vera. mereka berdua mengenakan seragam dari Perusahaan. yaitu setelan rok dan jas coklat dengan kemeja dalaman berwarna putih, tidak lupa mereka mengenakan badge logo Prudence Financials corp di atas dada sebelah kanan, sebagai indentitas bahwa mereka berasal dari cabang Perusahaan di Jakarta.     

Saat ia sedang fokus mendengar pemaparan nara sumber diatas stage, tidak sengaja pandangan matanya bertemu dengan sosok pria muda yang juga duduk di panel didepan.     

Anita mengeryitkan keningnya, berusaha menggali memorinya, ia seperti pernah melihat sosok itu sebelumnya, 'Tapi dimana yah...' Anita menggaruk hidungnya meskipun tidak gatal, sambil terus menginggat-ingat pernah bertemu dimana dengan lelaki itu sebelumnya. Anita mendengakkan wajahnya keatas, tatapan mereka bertemu. namun lelaki itu seakan sengaja tetap memandang kearahnya dengan lekat. 'dasar tidak punya sopan santun !'. batin anita mengumpat. menjadi salah tingkah sendiri.     

Anita buru-buru mengalihkan pandangannya, tidak ingin menghamburkan waktu berharganya untuk meladeni lelaki asing yang tidak penting.     

Tepat pukul tiga sore kemudian .....     

Seminar akhirnya selesai juga. semua peserta merapikan notebook dan laptop mereka masing-masing. dan langsung bersiap kembali ke kamar hotel atau kembali pulang ke rumah masing-masing khusus untuk peserta yang berdomisili di singapore.     

Anita bersiap pulang kembali ke jakarta. ia telah booking pesawat pulang-pergi Singapore-Jakarta. untuk penerbangan jam lima sore.     

Anita melangkahkan kakinya keluar melewati pintu megah ballroom hotel, ia langsung menuju lobby depan. keluar dari hotel. untuk menumpang taxi menuju ke bandara. ia pulang sendirian karena bu Vera memilih menginap semalam disana. bu Vera tidak ingin menyia-nyiakan Akomodasi gratis menginap di Hotel , yang difasilitasi kantor.     

Wajah Anita tampak lelah, ia menguap kecil.     

"Hiiiii.... "     

Sosok lelaki muda menyapanya ramah. tiba-tiba ikut berjalan santai disampingnya, tampak berusaha berjalan mengimbangi langkah kakinya. sesaat Anita tampak terkejut. tapi ia langsung memasang ekspresi datar seperti biasa lagi. Anita mengenali lelaki itu yang tadi duduk di panel depan.     

Lelaki muda itu memiliki paras menawan. berwajah blasteran, Chinese western. melihatnya tadi duduk dalam barisan panel depan dan menjadi salah satu nara sumber, dapat dipastikan lelaki itu bukan orang sembarangan. sayangnya pada saat pembukaan awal presentasinya tadi, ia sedang ke toilet, sehingga ia melewatkan moment perkenalan siapa lelaki itu disana.     

Anita membalas sapaan lelaki itu dengan senyum ramah. sambil tetap berjalan keluar hotel.     

"Hiii ... namaku. Chen...."sapa lelaki itu sopan, membuka obrolannya dengan Anita.     

"Apa kamu dari Indonesia… "     

Anita langsung menghentikan langkahnya sejenak. kemudian membalas pertanyaan pria itu dengan ekspresi ramah, "Yes right ... I'm Indonesian " jawab Anita ramah. sambil memasang senyum manis diwajahnya. karena ini menyangkut nationalities, tentu saja ia harus mempresentasikan Indonesia dengan baik didepan foreigner. jadi ia harus bersikap ramah. Anita menduga jika lelaki itu adalah warga Singapore yang fasih berbahasa Indonesia.     

"Nice... apakah bisa berkenalan denganmu"     

"Maaf. saya tidak punya waktu mengobrol dengan anda. saya sedang terburu-buru sekarang. permisi...."     

"Ayolah... aku hanya ingin berteman denganmu" desak lelaki itu memaksa.     

Anita semakin merasa kesal, lelaki itu sengaja berjalan didepannya. menghalangi langkahnya.     

"Maafkan saya. tapi sikap anda ini benar-benar tidak sopan" ucap Anita sinis. menampakkan sikap aslinya dengan terbuka.     

"Anita Marie. ...."     

Mulut Anita spontan membuka. lebih tepatnya mengangga lebar.     

"Ba-gaimana kau tahu namaku ?" ucapnya dengan nada takut, sorot matanya terlihat gentar dan merasa terkejut.     

"Apa kau benar-benar tidak ingat padaku ?... bagaimana kalau dengan mobil Jaguar-ku ? apa kau juga lupa ?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.