Shadow of Love

Kita bukan orang asing



Kita bukan orang asing

0'Oh sial !' Anita terpaku. rasanya malu sekali. pantas ia tadi merasa familiar dengan wajahnya. lelaki itu ternyata pemilik mobil Jaguar yang sempat di maki nya di pom bensin kala itu. 'Mampus ! Apakah ia bermagsud untuk meminta pertanggung jawaban dariku sekarang ?'     

Entah mengapa saat mencermati wajahnya kembali, sosok lelaki itu telah berubah menjadi dingin, senyum ramah saat pertama menyapanya tadi, tiba-tiba menghilang dari wajahnya. Anita tahu, lelaki itu jelas tidak berniat mempermudah situasinya.     

Anita memeras otak. memikirkan suatu pembelaan. tetapi pembelaan seperti apa ?.     

Tiba-tiba Anita sadar. lelaki itu pasti telah mengenalinya dari sejak pertama mereka bertemu tempo hari. ia pasti telah tahu dimana tempat kerjanya dari seragam Kantor yang dikenakannya. meskipun saat itu ia telah menutupi badge pengenal pada jas nya, tetapi tetap saja, ia akan dengan mudah melacaknya lewat perusahaan tempat ia bekerja. 'Huh bodohnya aku, 'pantas saja saat itu ia tidak ragu untuk mengatakan akan mengurusnya nanti.     

Dengan wajah ketakutan, Anita langsung tahu Mr. chen, sang "Berandalan tidak tahu aturan' itu sama sekali tidak terlihat seperti berandalan. Lelaki itu jangkung, berambut hitam kemerahan, bermata coklat yang jernih, dan usianya sekitar dua puluhan tahun keatas. jelas tampak lebih muda darinya. tadi ia berpikir, mereka tidak saling kenal. tapi ternyata kenal... meskipun mengenalnya by accident.     

"Ohhh Mr. chen...?" tanya Anita polos, pura-pura lugu. berusaha bersikap ramah.     

"Syukurlah kalau sudah ingat...."     

"Hehehe tentu saja saya menginggat anda dengan baik Mr Chen,... emm tentang insiden saat itu. saya benar-benar tidak sengaja." ucap Anita berlagak sok akrab. berharap lelaki muda itu tidak memperpanjang masalah ini. "Saya tidak menyangka jika ternyata anda juga termasuk bagian dari perusahaan kami... "     

'Dasar gadis bodoh ! seharusnya dialog itu milikku. akulah pemilik utama Perusahaan-mu,... Aku juga tidak menyangka, ternyata kamu bagian dari karyawan ku sendiri'     

"Kamu berhutang maaf padaku..."     

"Jadi, anda sangat tertarik dengan permintaan maaf saya ?, Apa anda ingin merekamnya sebagai kenang-kenangan....? " ujar Anita sopan, dengan gesture seolah justru ingin menantang.     

"Rupanya kau sama sekali tidak menyesal ..."     

Saat kejadian itu ia tidak menyesal. tapi hari ini, ia merasa sangat menyesal. dan demi dewa. ia tidak berniat untuk memperpanjang masalah ini lagi. tetapi ia seolah tidak dapat mengendalikan mulutnya untuk menentang lelaki muda didepannya ini. wajahnya benar-benar menjengkelkan, minta ditinju.     

"Biasanya saya tidak bersikap seperti itu !" jawab Anita sinis. lagi-lagi Anita ingin menampar mulutnya sendiri. yang tidak mau menuruti otaknya.     

"Magsudmu, biasanya kau tidak nyaris menyebabkan bencana dan tidak mau disalahkan ?"     

Anita sadar, jika ia terus mendebatnya masalah ini justru akan bertambah panjang. saat ini waktunya tinggal sedikit. ia harus segera sampai ke bandara untuk penerbangannya jam lima sore.     

Tiba-tiba Anita melihat senyum simpul tersungging kecil disudut bibir lelaki itu, yang seolah langsung membuat keajaiban pada keseluruhan performance keseluruhan dimatanya. Anita mengerjapkan kedua matanya berulang kali 'Sebenarnya lelaki ini tampan juga' batinnya, diam-diam merasa kagum.     

"Saya yang salah. ...maafkan saya..." ucap Anita melembut. sikap kerasnya tiba-tiba menghilang. Anita berubah seratus delapan puluh derajat dibanding tadi.     

"Caramu mengemudi benar-benar mengerikan !"     

"Tidak selalu begitu !", Anita nekat mendebat lelaki itu lagi. namun Ketika ia sadar tindakannya akan semakin menjerumuskannya pada perdebattan lebih panjang lagi, Anita cepat-cepat menambahkan, "Sebenarnya saat itu, saya tidak punya pilihan. saya baru menyadari bensin saya kosong tepat di gerbang masuk tol, jadi tidak ada jalan lain lagi, selain saya harus memutar balik ke pom bensin terakhir yang saya lihat...."     

Mr. chen mengangguk seolah menerima penjelasan Anita. ia menatap kearah Anita beberapa detik tanpa berkata apa-apa. tatapannya seolah meneliti rambut Anita yang hitam berkilau, mata yang berbinar cerah, wajah yang cantik, dan kulit yang sempurna.     

Anita merasa risih. lelaki itu terus mengamatinya seolah ia Benda aneh dibawah mikroskop.     

"Jadi, Apakah saya sudah bisa pergi sekarang,... Mr. chen... ?"     

"Hmm bisa aku minta nomer ponselmu..?.."     

"Mr. Chen. mohon Maaf . tapi saya tidak terbiasa memberikan nomor ponsel pada orang asing" jawab Anita sopan. namun terdengar sangat tegas.     

"Bukankah kau sendiri yang bilang tadi, jika aku juga termasuk pegawai di Perusahaanmu.... jadi kita bukan orang asing khan ... " jawab Chen keberatan. tapi Anita memilih mengabaikannya. dengan wajah tak acuh ia langsung berjalan meninggalkannya. "Tidak bisakah kau bersikap ramah pada rekan kerjamu ..?" Protes Chen seraya terus membuntuti langkah Anita.     

Anita melihat taxi kosong, ia semakin mempercepat langkahnya. terus menuju ke jalan di depan lobby utama hotel. ia langsung membuka pintu belakang taxi. dan masuk kedalamnya.     

"Airport please.... " kata Anita pada driver taxi. sambil menutup kembali pintu mobil itu dengan keras.     

"Yess mam..." jawab drivers taxi itu sigap. dan ia langsung melajukan mobilnya keluar dari lobby hotel.     

Chen hanya bisa tersenyum kecut menatap kepergian Anita. menyaksikan taxi yang membawa Anita perlahan menghilang dari pandangannya.     

'Shitt ! ...' umpat Chen kesal, ia menendang udara didepannya dengan keras. baru kali ini dalam sejarah hidupnya, ia diabaikan dua kali oleh seorang wanita dalam dua kali pertemuan mereka.     

Harga dirinya seolah tercabik. Bagaimana bisa seorang Reino Chen yang merupakan salah seorang konglomerat muda kaya di Asia. penerus kerajaan bisnis media, hotel dan property terbesar di singapore. bahkan ia juga yang memiliki hotel tempat seminar dilakukan. diperlakukan dengan tidak menyenangkan oleh seorang wanita biasa seperti Anita.     

.     

.     

.     

Hans tampak memandang takjub kearah penyanyi wanita yang tengah melantunkan lagu sambil menari dengan lincah diatas panggung megah di depannya sana. gerakan tubuhnya meliuk indah mengikuti beat irama lagu yang dibawakannya. Penampilan artists itu begitu mempesona. seolah menghipnotis seluruh penonton yang menyaksikan aksi panggungnya yang fantastic. tidak heran ia dijuluki Diva oleh para fans nya. ia juga masuk dalam jajaran artists berbayaran besar di Indonesia.     

Kehadirannya dalam acara ini atas undangan dari Hans, yang merupakan pemilik Wijaya group untuk meramaikan acara charity yang diadakan secara reguler oleh Perusahaannya. adalah sebuah prestige untuk mengundang artists besar dalam setiap acara yang di selenggarakan oleh Perusahaananya. selain untuk mendongkrak images Perusahaan juga sebagai wadah menghibur para karyawan dari suntuknya deadline pekerjaan mereka.     

Hans terus menatap penyanyi itu tidak berkedip, mengaggumi kecantikan parasnya secara terang-terangan.     

Jenny melirik kearah Hans dengan tatapan sinis. 'Huh lihat deh kelakuan lakik lo nitt... benar-benar gak bisa lihat yang bening-bening nganggur', umpat jenny dalam hati. Jennifer yang duduk bersebelahan dengan Hans. hanya bisa diam-diam memendam rasa kesal, atas kelakuan boss nya yang sudah seperti kucing garong yang lihat ikan segar didepan matanya.     

Jenny melirik lagi, dan melihat Hans mengayunkan gelasnya kedepan. mengkode penyanyi wanita yang kini masih bernyanyi diatas panggung. Jelas penyanyi itu menyadari kode dari Hans. sekilas mereka saling bertatapan penuh arti.     

Jenny tersenyum sinis. merobek kulit jeruk ditangannya dengan geram.     

Jenny seolah dipaksa untuk melihat interaksi memuakkan antara Hans dengan Penyanyi itu, mereka saling mengkode dengan tatapan dan senyum nakal tepat didepan matanya.     

"Uhuk uhuk !" Jenny tidak tahan, ia sengaja berdehem, pura-pura batuk untuk distracted perhatian Hans pada penyanyi itu.     

"Huh ! pakai maskermu dengan baik. jangan nyebar virus disini..." gertak Hans kesal, seolah sengaja ingin mengusir Jenny dari sampingnya. batuknya berhasil membuat konsentrasinya menikmati keindahan Penyanyi itu terganggu.     

'Huh, virus Pala lo peyang ! lo tuh sumber dari segala sumber virus !, baik-baik lo jaga kebersihan titit lo, satu benalu sepertinya tidak cukup memuaskanmu. masih mo nyari pelampiasan lainnya ! dasar maniac !' umpat jenny kesal.     

Seharusnya acara hari ini juga dihadiri oleh Anita. namun karena waktunya bersamaan dengan jadwal seminarnya, terpaksa ia harus memilih salah satunya. waktunya sangat mepet untuk bersiap. sementara Pesawatnya baru akan landing di Jakarta pukul tujuh malam.     

Hans sangat bijaksana, ia menyuruhnya istirahat dirumah, menunggunya pulang. dan tidak perlu mendampinginya hadir di acara charity,     

Anita merasa bersyukur, Hans perlahan menjadi sangat pengertian dan realistis, ia perlahan bisa melonggarkan egonya. sangat peduli dan menghargai keinginannya.     

Hans tidak ingin ia kelelahan. ia takut dirinya akan jatuh sakit jika berkeras mengikuti dua jadwal sekaligus. lagian Ada jenny yang setia mendampingi Hans disisinya. Anita berpikir, jenny akan dapat menggantikan posisinya menjaga Hans disaat ia tidak ada disisinya.     

.     

.     

Ketika Hans masuk kekamar tidur, ia menemukan istrinya sedang sibuk mengetik dengan laptop didepannya. Anita segera menghentikan aksinya, ia menutup laptop dan menaruhnya di atas meja disamping ranjang mereka.     

Anita langsung melemparkan dirinya, memeluk suaminya dengan erat "Mr. Hans... kenapa hari ini kamu pulang sangat larut ... aku sudah tidak sabar menunggumu dari tadi...."     

"Bagaimana seminarmu hari ini...."     

"Absolutely perfect ! I'm doing great. "     

"Huh.. Aku tahu kau pasti melakukannya ...", Hans jelas tidak senang dengan jawaban bersemanggat Anita. yang berarti seminar yang dihadirinya berjalan sukses seperti yang diharapkan.     

"Cepatlah mandi yang wangi hmm ....aku menunggumu..." ucap Anita nakal, sengaja menggoda suaminya. Anita ingin menghibur dan menebus rasa bersalah nya pada Hans.     

Ia mendorong Hans segera masuk ke kamar mandi.     

"Aku lelah sekali.... tidak hari ini..."     

"Ohh "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.