Shadow of Love

Selalu menunggumu pulang



Selalu menunggumu pulang

0"Aku juga Serius Pras !. lihat aku baik-baik. aku bukan Anita Marie !. aku Jennifer iskandar.... sebenarnya dari awal aku sadar sepenuhnya, bahwa aku hanyalah pelampiasan-mu saja. dan aku mengerti itu, karena aku mendekatimu juga demi keuntunganku sendiri. Maafkan aku.... aku memang salah. jadi anggap kita impas sekarang dan kita akhiri sandiwara ini dengan damai. okay..... agar kita dapat berteman lagi seperti semula...."     

Prastian menatap jenny tajam, rasa kecewa tergambar jelas di wajahnya.     

"Jenn.... jadi, kau benar-benar tidak percaya kalau aku sungguh-sungguh menyukaimu ?"     

"Karena aku terlalu mengerti bagaimana kamu Pras...." jawab Jenny yakin. balas menatap Prastian penuh percaya diri.     

"Katakan padaku... apa yang kau ketahui tentangku?"     

"Cinta mati-mu hanya pada nita. dan harapan terbesarmu adalah bersamanya , benar khan..."     

Prastian menarik nafas dalam, ia langsung mengenggam satu tangan Jenny dengan erat. pada dasarnya ia dapat mengerti keraguan Jenny padanya. mereka telah saling mengenal dalam kurun waktu setahun terakhir ini. namun kedekatan mereka tidak lebih hanya seputar tentang Anita.     

".... itu dulu jenn... percayalah padaku.... sekarang hatiku sudah berubah. dalam pikiran dan hatiku kini hanya menyukaimu Jen...." ucap Prastian pelan, ia meraih wajah Jenny yang menoleh kesamping. untuk menatap balik kearahnya. mereka berdua saling bertatapan dalam diam.     

Pikiran Jenny sibuk menerka-nerka, apa motive Prastian sebenarnya. tidak biasanya ia bersikap demikian serius menanggapinya. dimatanya Prastian bukanlah typical lelaki tukang gombal, justru ia lebih pada typical lelaki yang jaga image.     

tapi...., tidak mungkin ia bisa secepat ini move on dari anita yang telah dikejarnya lebih dari delapan tahun lamanya.....     

"Kau tidak perlu berbohong padaku pras. karena itu berarti kamu sedang membohongi dirimu sendiri." ucap Jenny lembut, menjawab rayuan Prastian dengan nada tenang, ia mencoba mengikuti alur permainan Prastian.     

"Tidak jenn. kamu salah....! justru saat ini aku sedang jujur pada diriku sendiri... entah sejak kapan perasaanku sama kamu dimulai, yang jelas, saat ini di hatiku hanya ada kamu seorang."     

"Jenn... aku janji, mulai sekarang, aku tidak akan mengejar atau terikat dengan Anita lagi.... "     

Wajah Jennifer langsung memerah. hatinya bersorak gembira. ia kembali membuang wajahnya kesamping. menyembunyikan senyum bahagia yang tidak bisa ia sembunyikan lagi.     

Prastian melihat itu, ia segera meraih bahu jenny dan memeluknya erat.     

.     

.     

.     

"Jenn.... masuk keruanganku sekarang " suara tegas Hans dari ujung intercom. memanggil Jenny untuk datang ke ruangannya.     

"Baik pak...."     

Tokk tokk tokk !     

Jenny mengetuk pintu beberapa kali, sebelum kemudian membuka pintu dan masuk kedalam ruangan Hans.     

Hans mendengakkan kepalanya keatas, sejenak menatap kedatangan Jenny dengan wajah dingin.     

"Bapak memanggil saya.. ?."     

"Apakah ada yang bisa saya lakukan."     

"Tentang business trip ke-jepang ... Apakah sudah okay ..." tanya Hans dengan suara dingin.     

"Sudah beres semua pak. visa bapak sudah approved dan tiket pesawat juga sudah saya booking pak.... semua sudah saya atur schedule nya.... tidak ada masalah...."     

"Ohh okay. emm ~ aku lupa memberitahumu ada satu rekan bisnis yang akan ikut dalam business trip nanti. tolong kamu urus juga akomodasinya yah ... hmm. waktunya masih bisa khan..."     

"Sure pak... jangan khawatir, semua bisa saya atur pak.... masih ada waktu tiga hari kedepan, semua bisa diatur..." jawab Jenny lugas.     

"Oh good... jadi aku langsung transfer data pribadinya ke email-mu yah...."     

"Boleh pak ... biar bisa langsung saya urus sekarang juga..... hmm. ada lagi pak.? " jawab Jenny mantap.     

"Ahh kau memang yang terbaik Jen... paling bisa ku andalkan...." puji Hans puas, " Sekarang hanya itu saja, kamu boleh kembali ke mejamu,"     

"Baik pak. kalau begitu saya permisi sekarang"     

Jennifer meninggalkan ruangan kerja Hans dengan langkah ringan, senyum puas tersungging dari sudut bibirnya. ia merasa Akhir-akhir ini sepertinya dewi Fortuna sedang berpihak padanya, dunia pekerjaan dan percintaannya berjalan dengan mulus dan indah. senyum cerah tidak terlepas diwajahnya , sambil bersenandung pelan Jenny berjalan kembali ke meja kerjanya dan berkutat lagi dengan komputer didepannya.     

**** Transfer data . access input ***     

Jennifer tercengang. ia merasa kaget setengah mati. melihat informasi data yang barusan Hans berikan ke emailnya. Jenny mencoba mengelap kaca mata minusnya dengan kain khusus untuk membersihkan kaca mata, yang memang selalu tersimpan di tas nya. ia mengelap kaca matanya dengan khusuk.     

CLINK !     

Kedua kaca itu terlihat bersih mengkilap !. Jenny kemudian mengenakan kembali kaca mata itu melekat diwajahnya.     

Ia kembali terkejut.     

Ia benar-benar tidak salah lihat. penglihatannya nyata. data pribadi rekan bisnis yang dikatakan Hans tadi ternyata adalah Vanessa Wongso.     

'Mampus !! apa yang harus aku lakukan '. batin Jenny miris.     

Jenny mengigit bibir bawahnya dengan kuat. sambil terus melihat kearah layar komputer didepannya dengan wajah bingung. Ia mengenal Vanessa sebagai bekas sekretaris Hans dulu. ia dikeluarkan dengan tidak hormat oleh ibu Hans langsung. karena menganggapnya memberi pengaruh buruk pada Hans.     

Jenny telah banyak mendengar gossip-gossip tentang Vanessa dikantor. jika saat bekerja Vanessa menggunakan kedekatan personal-nya dengan Hans untuk mengambil keuntungan pribadi. Vanessa bahkan berani menggunakan dana Perusahaan untuk bermain saham atas nama pribadi. juga melakukan banyak hal licik lainnya demi mendapat simpati Hans. sepak terjangnya yang penuh kontroversi saat bekerja di Perusahaan meninggalkan kesan buruk untuknya sebagai sekretaris penggantinya. yang jelas Vanessa terkenal bukan karena prestasinya melainkan track record keburukannya.     

Dan itu, bagai sudah menjadi rahasia umum dikantor mereka.     

.     

.     

.     

Anita tampak sibuk menata isi koper berwarna silver didepannya. ia terlihat duduk bersila dilantai, dengan hanya mengenakan setelan piyama hitam yang sangat tipis membungkus tubuh rampingnya. sementara tumpukan kemeja dan baju-baju tampak berserakan didepannya. dengan tekun ia memilah baju yang cocok untuk dikenakan suaminya selama perjalanan bisnisnya kejepang.     

Ia sudah mempelajari jadwal meeting Hans selama road trip-nya ke Tokyo. jadi ia bisa membayangkan pakaian yang bagaimana yang cocok dikenakan Hans sesuai tema acaranya nanti.     

Anita mengangkat jas berwarna coklat itu keatas, satu matanya memicing , seolah sedang menimbang dengan seksama. wajahnya tampak ragu, ia kemudian mengambil satu dasi disebelahnya, lalu melampirkan disamping jas nya. untuk menyesuaikan dengan warna jas milik Hans secara seksama.     

'Tokyo saat ini sedang winter. pada bulan December seperti ini suhunya bisa turun hingga lima derajat Celsius. aku harus memastikan Hans tetap hangat dengan baju-bajunya.....'     

Anita terlihat super serius mengamati semua jas dan mantel koleksi suaminya. '....tapi, meskipun dingin. kesan formal tetap harus dijaga.... jangan sampai orang-orang berpikir ia hanya pegawai rendah biasa, pakaian yang dikenakan harus elegant, dan mencerminkan ia adalah orang penting ' gumam Anita lagi. mengamini pendapatnya sendiri.     

Anita berdiri dari duduknya. ia berjalan mendekat ke barisan mantel yang tergantung rapi di wardrobe tinggi yang terbuka diujung ruangan.     

Anita lalu memilah beberapa coat panjang. ia mengambil coat berwarna coklat. hitam. dan Grey dari barisan itu. ia tampak memeriksa keadaan coat itu dengan teliti. sebelum membawanya ketempat duduknya semula.     

Ia telah menentukan pilihan dan langsung merapikannya ke dalam koper silver didepannya.     

Saat ia masih sibuk berbenah, ia dapat mendengar suara access pintu kamar dibuka. ia tahu, itu pasti suaminya yang baru pulang dari kantor.     

"Sa~yaang..."     

Benar saja. segera setelah terdengar bunyi pintu kamar tertutup, Hans langsung berteriak kecil memanggilnya.     

"Aku disini... ",     

Suara langkah kaki Hans mendekat ketempatnya. sosok lelaki tampan berjalan kearahnya, Anita menoleh. menyambut kedatangan Hans dengan senyuman manis kearahnya.     

"Kamu sudah pulang." sapa anita lembut. sambil membelai wajah Hans yang kini berada disamping lehernya, Hans tampak langsung memeluk erat tubuh anita dari belakang dan ikut duduk melantai bersamanya. menyandarkan kepalanya pada bahu isterinya dengan manja.     

Hans menjawab Anita dengan menganggukkan kepalanya beberapa kali, "Kamu sedang apa" tanya hans mesra, kedua tangannya tetap memeluk pinggang ramping anita.     

"Menyiapkan kopermu buat besok ke jepang"     

"Ahhh... rasanya aku malas banget mau pergi yank.... lima hari .... huh lama sekali..."     

"Bukannya kamu sudah terbiasa pergi untuk perjalanan bisnis seperti ini.... kenapa sekarang baru mengeluh...."     

Hans mendengakkan kepalanya. tubuhnya kembali tegap. melihat kearah Anita dengan wajah kesal.     

"Kok aku merasa kamu tampak begitu senang melihatku mau pergi lama..." ucap Hans suspicious, segera mengambil wajah anita untuk menatap kearah-nya lurus. sorot matanya tampak tajam, menatapnya penuh rasa curiga.     

Anita membiarkan Hans mengenggam wajahnya. mereka saling bertatapan, untuk sekian detik lamanya. namun tidak lama tawa anita meledak. ia langsung memeluk Hans dengan erat. Anita tidak tahan dengan sikap curiga Hans yang begitu innocent.     

"Ahh Sayangku ....Jangan berpikir macam-macam okay !, bagaimana mungkin aku merasa senang berpisah darimu.... "     

"Tapi biar bagaimanapun, pekerjaan harus di selesaikan .... aku tahu kamu bekerja keras untuk keluarga kita. jadi aku pasti akan merindukanmu, tenang saja okay..." ucap anita mesra. seraya mencium bibir hans dengan lembut.     

"Aku akan sangat merindukanmu sayang"     

"Aku tahu, ... bersabarlah sebentar. kamu selesaikan pekerjaanmu disana dengan cepat, agar bisa pulang secepatnya.... jangan khawatir aku dan Bryan akan baik-baik saja. kami selalu menunggumu pulang..."     

"Benar yah ! awas kalau gak kangen sama aku, aku akan menghukummu dengan hukuman paling mengerikan. paham !" Hans memukul ujung hidung anita dengan jari telunjuknya pelan. Anita menganggukkan kepalanya mengerti. mereka bertatapan penuh arti, kemudian kembali menautkan lidah dan saling berbalas ciuman mesra.     

.     

.     

.     

Keesokan paginya kemudian .....     

Sopir pribadi Hans tampak sibuk merapikan koper dan barang bawaan hans ke bagasi mobil range rover milik tuannya itu. Semua perlengkapan keperluan Hans selama di jepang tampak sudah dipersiapkan Anita dengan rapi dan terkoordinir.     

Anita memeluk tubuh Hans dengan erat, sambil berjalan mengantarnya menuju mobil yang sudah siap menunggunya digarasi rumah mereka yang luas.     

"Sayang.... Hari ini di Tokyo sedang turun salju. setelah turun dari pesawat nanti, kamu langsung buka hand warmer-nya yahh. taruh dikantong celana. dan jas depan. biar kamu gak kedinginan... okay..."     

"Iyaa...."     

"Sayang harus jaga kesehatan yah....banyak minum air putih.... aku sudah siapin thermos buat air hangat, kalau habis cepat isi ulang, jangan malas yah..."     

"Iyaa. dasar Bawel...."     

Hans tidak dapat menghitung lagi, sudah berapa kali Anita mengulangi kata-kata nasehatnya seharian ini. dengan penuh cinta ia kembali merengkuh tubuh Anita, dan membalas memeluknya erat.     

"Jangan khawatir. aku mendengarkan semua kata-katamu. aku pasti akan mematuhimu..." ucap Hans lembut, berusaha menenangkan Anita, ia lalu mencium bibir dan pipi anita kembali.     

Anita mengangguk puas.     

"Pesawatnya gak transit khan?"     

"Enggak.... one way."     

"Kalau begitu, sekitar jam delapan malam kamu baru landing. ... hmm nanti kalau sudah sampai di hotel kabarin aku yah,"     

"Iya sayangku.... pasti"     

"Gak boleh Nakal disana yah...." ujar Anita manja,     

"Tidak akan !!." jawab Hans mantap. seraya membalas pelukan erat Anita.     

Anita terharu. in fact, separuh hatinya tidak rela melepas kepergian suaminya. ia mendengakkan wajahnya keatas, mereka kembali berciuman mesra beberapa saat.     

Perlahan anita melepaskan pelukannya, dan menggiring tubuh Hans masuk kedalam mobil. ia tidak boleh berlama-lama menahannya, Hans harus segera berangkat kebandara untuk penerbangan jam sepuluh pagi ini.     

Hans masuk ke mobil dan mengenakan seat belts disampingnya. sejenak ia menengok ke samping jendela. dan melambaikan tangannya pada Anita , Mobilnya kemudian berjalan perlahan meninggalkan rumah , semakin lama berjalan kian jauh meninggalkan Anita yang masih berdiri mematung ditempatnya. 'Ahh hanya perjalanan lima hari.....tidaklah lama....' Anita menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia berusaha menepis perasaan aneh dihatinya. entah mengapa, ia merasakan feeling yang strange. yang tidak dapat di deskripsikan dengan kata-kata. suatu perasaan takut kehilangan yang dalam.....     

.     

.     

.     

Vanessa keluar dari mobil Benz mewah berwarna hitam. kaki rampingnya melangkah masuk kedalam area terminal tiga Keberangkatan international bandara. dengan high heels tinggi , Vanessa tampak berjalan elegant menuju keruang executive lounge. yaitu waiting room untuk penumpang business class.     

Saat sampai didepan pintu masuk, sambutan ramah dari pegawai maskapai langsung mempersilahkannya mengambil tempat duduk disalah satu kursi yang tersedia.     

Vanessa membuka kaca mata hitamnya dan menyilakan keatas sebagai bando dirambutnya.     

Dia terlihat sangat sensual dengan Lipstick merah maroon yang menantang. tatapan matanya menyebar keseluruh ruangan. ia lalu melambaikan tangannya keatas. saat melihat Hans tampak duduk dengan santai di sofa megah disalah satu sudut ruangan.     

"Sudah lama datang...." sapa Vanessa mesra. Hans mendengakkan wajahnya keatas. menatapnya sejenak. sebelum kembali sibuk dengan smartphone ditangannya.     

Vanessa langsung duduk disampingnya. dan tanpa ragu langsung memeluk lengan hans dengan manja. Hans hanya diam saja dan tidak keberatan dengan perlakuan Vanessa padanya. mereka tampak seperti pasangan yang sudah lama menjalin asmara. yang seakan telah sangat mengerti satu dengan lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.