Shadow of Love

Menjelaskan untuk menindasku



Menjelaskan untuk menindasku

0Melihat reaksi pak Malik yang terlalu berlebihan, tampak sangat segan pada Chen, Anita mendengakkan wajahnya keatas. ia menatap kearah Chen dengan senyum mencibir, "Maafkan atas kelancangan saya Pak, tapi pembicaraan proyek yang kami sedang diskusikan saat ini juga masih jauh dari realisasi, bapak tidak perlu bersikap telalu sungkan padanya,..." ucap Anita sopan, seolah ingin menegaskan bahwa Chen bukan siapa-siapa, dan bossnya itu tidak perlu bersikap formal pada Chen.     

"Okay. Baiklah... saya mengerti... kalau begitu, silahkan dilanjutkan, kamu bisa membahasnya pelan-pelan dengan Mr. Chen... " balas pak Malik sopan, tetap bersikap sangat segan, berdiri di samping Chen dengan sikap santun.     

Anita menatap pak Malik dengan wajah tidak puas. Bukan sikap seperti ini yang ia inginkan. ia ingin pak Malik berteriak keras seperti biasanya. kalau perlu langsung mendamprat Chen untuk segera keluar dari ruangannya karena telah membuang waktunya sia-sia.     

Chen kembali menyesap espresso nya dengan santai. memandang Anita sekilas, kemudian kembali berpura-pura sibuk melihat kearah layar smartphone ditangannya.     

Anita menggertakkan giginya dengan kesal. rasa marah tergambar jelas diwajahnya. kepalanya serasa ingin meledak melihat wajah Chen yang sangat menjengkelkan itu.     

"Bagaimana dengan meeting di senayan, apakah kau sudah mengaturnya ?"     

"Apa yang sedang kau bicarakan... " jawab Anita setengah berbisik, matanya menatap galak kearah Chen.     

"Semua sudah siap Sir... kami sudah memberitakan pada seluruh jajaran direksi dan para investor, untuk berada di sana tepat jam sebelas pagi ini" jawab pak Malik lugas, Anita menoleh kearah Pak Malik dan Chen, merasa awkward sendiri, ternyata Chen bukan sedang berbicara padanya.     

Chen langsung menatap Arloji mewah berwarna hitam ditangannya. "Berarti sudah saatnya... " Chen berdiri, namun sebelum meninggalkan tempatnya ia menunjuk tepat ke hidung Anita. "Kamu !... antar aku kesana, sekarang " tunjuk Chen tegas.     

Anita mendengus dengan keras, ia tidak mengerti, mengapa Chen bisa berkata dengan sangat berkuasa padanya dan pak Malik. ini tidak bisa diterima. bisa-bisanya ia memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk menyerangnya balik.     

'Sialan, berandal tidak tahu diuntung !'     

"Heiiii !! Jangan ngelunjak lo jadi orang !" bentak Anita dengan marah, "Pak , sebenarnya dia bukan teman saya. dan proyek yang saya bicarakan tadi adalah fiktif. jadi bapak boleh memaki berandalan itu !, dia tidak akan memberi keuntungan pada perusahaan kita," Anita tidak dapat mengendalikan mulutnya untuk membuka kebohongannya sendiri.     

"Nita.... tutup mulutmu..!!" jawab pak Malik tegang. wajahnya berubah memucat, tampak ketakutan. "Cepat minta maaf pada Mr. Chen.." gertaknya dengan intonasi kesal.     

"Bapak jangan khawatir... saya berkata yang sesungguhnya. kedatangannya kesini sebenarnya hanya untuk membuat perhitungan dengan saya, karena saya hampir membuat mobilnya kecelakaan," jelas Anita lugas.     

"Kamu mungkin sudah mengenal Mr.Chen secara pribadi, tetapi di kantor, kamu harus menunjukkan sikap respectmu, beliau adalah Komisaris Utama Prudence assurance , ia pemilik perusahaan tempatmu bekerja ini, paham...."     

Kata-kata Pak Malik bagai boom yang meledak tepat didepannya. langsung membuat effect linglung padanya, Tiba-tiba kakinya terasa lemas, Anita terjatuh terduduk dikursinya lagi.     

'Lelucon macam apa ini...'     

Seolah tidak puas dengan keterpurukan Anita, pak Malik menambahkan, "Nita ...Mr. Chen adalah adalah Komisaris Utama Prudence assurance. global worldwide, yang membawahi seluruh kantor cabangnya diseluruh dunia. termasuk kantor cabang di Jakarta ini.... Mr.chen adalah pemegang 80% kepemilikan saham perusahaan, yang berarti, beliau dapat memutuskan semua kebijakan dalam perusahaan meskipun tanpa rapat direksi pemegang saham sekalipun .."     

'Apakah pak Malik perlu menjelaskan sedetail ini hanya untuk menindasku....' Anita melirik kearah Chen, ia melihat senyum tipis merekah disudut bibirnya,     

'Huh apa dia sedang mengejekku .... Keterlaluan !!'     

"Ahh, Terima-kasih atas pemaparan anda pak malik. saya sangat terkesan.... jadi, Apakah saya bisa memintanya untuk mengantar ke tempat meeting sekarang ?"     

Chen menatap Anita dengan angkuh, "Apa kamu merasa keberatan ?!" tambah Chen lagi, wajahnya melihat kearah Anita seakan menodongnya untuk menuruti perintahnya.     

"Ohh tentu saja, dengan senang hati Mr. Chen." Jawab pak Malik, mewakili Anita. menjawab dengan wajah berseri-seri.     

"Jadi, tunggu apa lagi !, Ayo kita pergi sekarang !!" ujar Chen tanpa senyum.     

"Ohh..."     

Anita langsung tersadar. ia buru-buru mengambil ponsel dan beberapa keperluan miliknya diatas meja kerjanya. memasukkannya kedalam tas, lalu mengalungkan tasnya di bahunya, ia telah K.O, benar-benar kalah telak, ia hanya bisa menerima nasibnya sekarang.     

Ia benar-benar merasa kesal, tidak menyangka berandal itu mempunyai keberuntungan hidup beyond imagination. ia diam-diam memperhatikan tingkah Chen yang berjalan sambil terus tersenyum, 'menyebalkan...',     

Anita berjalan membuntuti langkah Chen dari belakang. 'Dasar berandalan kecil. dipikirnya ini adalah tempat bermain apa !! cari perhatian saja... kamu pikir dengan show up semua kekayaanmu didepanku begini, membuatku terkesan ? Huhh big no !!.... Aku sudah punya segalanya dirumah. tidak ada yang aku inginkan disini selain pekerjaanku ! catat itu !'     

.     

.     

Keceriaan Anita langsung pudar, ia menuju mobil Jaguar bersama Chen dan bertanya sopan, "Boleh saya bawakan tas anda ?"     

"Tidak perlu "     

"Ohh..."     

Anita berusaha bersikap sebaik-baiknya, ia membuka pintu penumpang untuk Chen. persis seperti seorang supir pribadi yang mempersilahkan tuannya. tanpa melirik Anita sedikitpun, Chen melempar tas kerjanya ke kursi penumpang lalu masuk. Anita menahan nafas, dengan tenang ia menutup pintu lalu duduk dikursi pengemudi.     

Dalam hati anita berpikir, bagaimana mungkin, Seorang Komisaris perusahaan besar dan ternama di Asia tapi tidak memiliki seorang assistance dan supir pribadi ?. Saat kejadian waktu itu Chen juga menyetir mobilnya sendiri. sepertinya ia tampak lebih suka dengan perjalanan solo. menyetir dan melakukan segalanya sendiri.     

Anita membandingkan dengan suaminya, yang kemana-mana akan selalu dikawal oleh beberapa pengawal, sekretaris, dan sopir pribadi. untuk menjamin keamanan dan mempermudah pekerjaannya sehari-hari. Anita bisa memahami itu, dan ia juga sudah terbiasa dengan kehadiran banyak assistant dalam rumah tangga mereka. dan menurutnya memang diperlukan untuk me-manage segala keperluan secara professional.     

'Apa yang terjadi dengan berandal kaya ini, apa dia tipe orang yang gak bisa bekerja sama dengan orang lain ?.... hmm tapi jika dilihat dari sifatnya, mana ada yang bisa betah bekerja dengannya...'     

Anita mengampit bibirnya, menahan senyum.     

Anita mengemudi dengan hati-hati, mengamati pengguna jalan lainnya dengan seksama, ia ingin menunjukkan kemampuannya mengemudi dengan baik. dan merubah pandangan Chen, yang menganggapnya menyetir yang mengerikan. Anita ingin memastikan tidak ada sedikitpun kesalahan selama mengemudi ini.     

Sebenarnya diam-diam ia sangat terkesan dengan mobil Jaguar milik Chen. Jaguar ini memang mobil luar biasa. warnanya hitam, ramping dengan automatic driving yang mudah dikemudikan.     

Ia bahkan sudah merasa jatuh cinta pada mobil milik Chen ini. sangat tipenya banget. 'Hmm, aku akan membujuk Hans untuk membeli satu untukku...' Suaminya pasti akan membelikan semua barang yang ia minta, tapi tentang mobil, ia sangat penuh pertimbangan.     

Hans tidak pernah membiarkannya menyetir sendiri jika bersamanya. ia sangat protective. Hans dari dulu selalu merasa ketakutan yang berlebihan untuk beberapa alasan. tapi akhir-akhir ini, entah mengapa ia justru sangat menyukai sikap possessive suaminya itu.     

Anita melirik ke kaca spion. bukan untuk melihat jalan dibelakang, melainkan untuk mencuri pandang kearah Chen. 'Sial !', tanpa sengaja tatapan mata mereka bertabrakan !, dan tiba-tiba perutnya langsung terasa mulas.     

Cepat-cepat Anita menatap kembali Kearah depan. "Eh-Apa anda ingin AC-nya ditambah, -eh, atau dikurangi ?", ucap Anita , spontan bertanya, untuk menghilangkan rasa canggungnya.     

"Tidak !" jawab Chen singkat.     

"Yaa sudah.." Anita menghela nafas, Anita terus menyetir dan menyadari Chen sedang mencengkeram jok kulit erat-erat, seolah sedang khawatir akan keselamatan nyawanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.