Shadow of Love

Pidato anda hebat sekali



Pidato anda hebat sekali

0'Jadi ia benar-benar menganggapku mengemudi dengan mengerikan !, baiklah, akan kutunjukkan padamu apa arti mengerikan yang sesungguhnya.' Anita menatap kearah jalan Raya di depannya dengan sinis, jiwa usilnya meronta, ingin memberi kejutan kecil untuk penumpang yang sangat fobia padanya itu, dan sekarang duduk di belakang kursi kemudinya.     

Anita, melihat situasi disekitarnya, saat ini waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, lalu lintas terlihat aman, jalanan sedikit lengang, karena ini waktu semua orang telah sampai ditempat kerja, atau sekolah masing-masing. waktu yang tepat untuk beraksi menjadi raja jalanan sebentar, batinnya. Anita mengencangkan sabuk pengamannya diam-diam, bersiap membuat move, sebelum tiba-tiba suara sopran dibelakangnya berbicara dengan nada lembut, "Kita berhenti di pom bensin depan ", reflect Anita mengatur kembali nafasnya, sambil melihat kearah kaca spion didepannya, "B-Baik !" balas Anita sopan, 'Hufft !', Anita menghempas nafasnya keras, Lagi-lagi, ia tidak mampu membalas dendam pada Chen, rencananya gagal bahkan sebelum dimulai.     

Mereka tiba di pom bensin, setelah selesai mengisi bensin Anita memutuskan untuk tetap duduk didalam mobil dan menunggu Chen yang ingin pergi ke toilet, tapi tiba-tiba Chen membuka pintu kemudi dan bahkan langsung membantunya membuka seatbelt yang dikenakannya. Anita terbengong, speechless. ia belum sempat melontarkan protestnya ketika Chen langsung menarik tangannya keluar dari mobil.     

"Aku akan menunggu disini saja..." Anita langsung menghempas pegangan tangan Chen padanya. menolak pergi bersamanya.     

"Kau perlu istirahat "     

"Hah !!"     

'Are you kidding me ?, aku baru menyetir sepuluh menit saja, dan kau menyuruhku istirahat ?!' Anita berpikir, pasti Chen bermagsud mengerjainya lagi, namun belum juga usai rasa kesalnya teratasi, Chen memerintah dengan lugas, "Lepas jas kerjamu..."     

Anita menatap kearah Chen , matanya berkedip beberapa kali, apa-apaan ini ?, saat ini ia bahkan mengenakan jas kerja resmi dengan badge dan nama yang tercantum lengkap diatas dadanya. Apakah ini juga pelanggaran ?, Heii meski kita sedang berada di luar Kantor, tapi sekarang masih terhitung jam kerja. apa masalahnya jika aku mengenakan jas seragam ?. sebenarnya apa yang ada di pikiran lelaki ini?. otak Anita menjadi macet. tidak dapat mengerti jalan pikiran lelaki aneh dihadapannya kini.     

"Lepas saja," Kata Chen dengan nada sabar, "Aku tahu kau bekerja keras, tapi kurasa kau tidak ingin semua orang tahu, kau adalah Anita Marie dari Prudence assurance khan..."     

"Kenapa tidak ?.... siapa tahu aku bisa berkenalan dengan klien tajir disini, bukankah jadi lebih menghemat waktu, karena tidak perlu memperkenalkan diri lagi secara resmi....", jawab Anita santai sambil tersenyum. Anita melihat Chen melirik kearah bibirnya yang tersenyum. tapi tidak ikut tersenyum. tatapannya tajam seperti sedang mengancam.     

Anita langsung melepas jas abu-abunya, dan meninggalkannya di mobil, memilih menuruti perintah Chen. ia tidak ingin memperpanjang perdebattan hanya demi sebuah jas kerja. 'Kekanakan sekali cihh..'     

Anita masuk kedalam kafe di rest area pom bensin, Chen menyuruhnya memesan kopi, selagi menunggunya. karena sepertinya selain ke toilet. ia juga tampak sibuk menerima beberapa panggilan telfon. Anita pelan-pelan menikmati kopinya.     

Anita dan Chen kembali ke mobil setelah beristirahat lima belas menit disana. sesuai perintah Chen, Anita akan mengantarnya langsung ke tempat meeting. saat Chen keluar dari mobil ia juga keluar, "Aku akan sibuk di sini beberapa jam," kata Chen. 'Apakah magsudnya ia menyuruhku menunggu sampai ia selesai meeting ?'     

"Kau pergilah makan siang dulu, kau jemput aku sekitar jam setengah dua."     

"Baiklah. Semoga meeting mu sukses " jawab Anita senang, senyum manisnya pun muncul dari bibirnya. 'Ahh, ternyata dia baik juga. tidak membiarkanku menunggunya di mobil, juga perhatian dengan keadaanku, memberi waktu untuk istirahat makan siang '.     

Anita lalu memanfaatkan waktu istirahatnya untuk menelfon puteranya, memastikan apakah ia sudah makan siang hari ini. setelah selesai berbincang dengan Bryan dan mbak fitri, Anita iseng-iseng menelfon Jenny.     

"Jenn ... bagaimana keadaanmu,"     

"I'm good ...how about you ?"     

"Yah. masih begini-begini saja..." Jawab Anita lesu,     

"Huh, kamu sih kurang kerjaan !!, bukannya lebih enak kalau kamu kerja di kantor suamimu sendiri. ngapain capek-capek nyari gaji yang gak seberapa itu...."     

"Ciihh,.. gak seberapa ? Iyaa deh, Nona jenny yang hebat, sekarang pasti bergaji ribuan dollar yah, dan tidak khawatir akan hidup susah,"     

"Tentu saja !!, kalau ada jalan yang mudah ngumpulin dollars ngapain nyari yang susah, bukannya itu namanya bodoh !" jawab Jenny sarcasm, sengaja menyindir Anita.     

"Huh, bisa gak ngomongnya jangan sadis !. biar bagaimanapun aku masih sohibmu khan ?!"     

"Makanya ... cepettan pindah kesini !"     

"Kamu tuh gak ngerti tentang folosofi cinta sihh jenn...."     

"Apa hubungannya ?"     

"Kalau aku kerja bareng Hans dalam satu kantor, kebayang dong... dia harus ketemu aku 24 jam sehari,.....dan setiap hari.... bayangkan..."     

"Hah...?" Jenny mengeryitkan keningnya, tidak mengerti.     

"Duh, intinya yah... aku gak mau suamiku bosan gara-gara sering bersamaku setiap saat... ngertii gak?"     

"Loh ... kalau beneran cinta, bukannya tidak ada kata bosan.... justru kebersamaan akan membuat kalian semakin lengket khan ?, kalian bisa bersama kapanpun kalian butuh...." ujar Jenny polos, menganalogi dengan persepsinya sendiri.     

"Pemikiran kamu terlalu naive jenn... "     

'Justru kamu yang terlalu naive nitt.... kamu tidak tahu apa yang dilakukan suamimu di belakangmu... menurutmu.... apa yang harus aku lakukan padamu...' Jenny mendesah pelan, hatinya merasa bersalah. sebagai seorang sahabat dan sesama wanita, ia merasa telah mengkhianati Anita demikian kejam. tapi apa daya. seandainya ia mengatakan kebenaran, resikonya ia tidak hanya akan menghancurkan perkawinan Anita, namun juga akan kehilangan pekerjaannya juga. dan itu juga bukan sebuah solusi terbaik untuk Anita dan Bryan.     

Jenny tidak tahu, dimana ia seharusnya berdiri. ia ingin melindungi sahabatnya itu dengan membujuknya untuk bekerja bersamanya di kantor. dengan demikian, setidaknya akan menyulitkan suaminya untuk berselingkuh darinya. dan secara tidak langsung juga menyelamatkan perkawinan mereka.     

"Pikirkan baik-baik nitt.... kamu tahu sendiri, pak Hans selalu dikelilingi banyak gadis-gadis cantik di sekitarnya.... mereka terlalu berbahaya dan nekat.... aku hanya takut..." belum selesai Jenny berbicara, Anita memotong, "Tenang saja jenn... Hans tidak akan tergoda oleh mereka, aku percaya padanya..."     

'Kalau Hans ingin berkhianat dariku, ia sudah melakukannya dari dulu, gadis-gadis itu sudah mengejarnya dari sebelum kedatanganku. tohhh, nyatanya Hans tetap memilihnya menjadi isterinya',     

Jenny menghempas nafasnya keras,"Terserah kamu saja kalau begitu...."     

"Jangan marah jenn... Aku mendengarkanmu kok, nanti aku pikir-pikir dulu... beri aku waktu okay..."     

"Baiklah..."     

Mereka akhirnya mengakhiri perbincangan itu.     

Anita merapikan riasan wajahnya. menyisir rambut panjangnya dengan tangan. membenahi baju seragam yang dikenakannya. merapikan mobilnya. agar tidak terburu-buru, Anita tiba lebih cepat setengah jam di tempat meeting. mungkin Chen akan selesai lebih cepat atau lebih lama. ia lalu masuk ke dalam ruang meeting yang terdapat di aula hotel sebelah kiri.     

Kelihatannya tidak ada orang, jadi Anita memutuskan masuk. ia sampai ke pintu ganda. karena tertarik, ia lalu membukanya. ternyata ia berada di belakang aula yang dipenuhi orang. Selain suara lelaki yang sedang berbicara di depan podium, ruangan itu begitu sunyi, sehingga rasanya detak jam pun bisa terdengar. Lelaki yang sedang bicara itu tidak lain adalah Chen.     

Karena tidak ingin menjadi pusat perhatian, Anita pelan-pelan berjalan ke arah kursi kosong di deretan belakang. dan duduk di sana. ia lalu ikut mendengarkan pidato itu. ternyata suara Chen begitu mempesona. Anita mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan terkesan dengan cara lelaki itu menguasai para audiences. Tiba-tiba Anita merasa bangga. bahkan jantungnya ikut berdebar-debar.     

Betul-betul tidak masuk akal. tentu saja, tapi.... Anita menyimak pidato itu lagi, mengaggumkan. batinnya bangga. Chen benar-benar menguasai masalah yang dibicarakannya !. Dia betul-betul luar biasa. Tidak heran ia menjadi orang nomor satu di Perusahaan sebesar Prudence assurance. Suara tepuk tangan membahana. lalu seseorang menutup meeting akbar itu.     

Saat orang-orang mulai berdiri. begitu pula Anita. ia yang pertama keluar. dan saat Chen keluar dari Lobby hotel, ia sudah duduk manis dibelakang kemudi. dengan sabar menunggunya selesai dengan urusannya.     

Chen tampak masih berbincang dengan beberapa lelaki setengah baya. lalu setelah bersalam-salaman, ia menuju ke tempat Anita memarkir mobil.     

Sempat terpikir oleh Anita untuk membukakan pintu untuk Chen, tapi ia lalu memutuskan penumpangnya itu bisa membuka pintu sendiri. lagian meskipun hari ini ia yang berperan sebagai supir pribadinya. bukan berarti ia akan melakukan pekerjaan itu secara all out.     

Chen masuk kedalam mobil. Anita menengok kebelakang, "Kembali ke kantor ?"     

Chen mengangguk. sambil menyetir Anita mulai sedikit kesal, dia adalah penceramah hebat saat berbicara diatas podium tadi, namun ia bersikap arrogant padanya. 'Baiklah, mungkin aku harus sedikit lip service, mengambil hatinya ....siapa tahu, akan berguna dan mempermudah pekerjaanku kedepan '. Anita ingin menunjukkan betapa sopan, perhatian, dan hebatnya dirinya sebagai karyawan. ia multi talenta, bisa beradaptasi dengan situasi apapun. jadi ia harus bersikap ramah selama menjalankan tugas sebagai sopir ini.     

"Pidato anda hebat sekali !"     

Mata Chen melebar. tampak berbinar cerah, namun Anita yakin ia bukan terkejut karena Anita tadi ada diruangan itu, karena sejujurnya Anita tahu, Chen tidak mungkin melihatnya tadi, menginggat pidatonya tadi sama sekali tidak terganggu dengan kehadirannya. ia berasumsi kemungkinan besar Chen merasa terkejut karena ia memujinya.     

"Kau dibagian Finance Analyst ?"     

"Iya."     

"Aku telah membaca profilemu, apa kamu tertarik bergabung kepusat ?"     

"Sama sekali tidak !! ",jawab anita tegas,     

"Kenapa ? bukankah itu peluang yang menjanjikan, selain gajimu akan langsung di konversi dalam dollars, kamu juga akan mendapat beberapa fasilitas kantor..."     

"Hanya merasa tidak tertarik saja..."     

"Jadi apa motivemu bekerja jika bukan demi uang ?... "     

'Hahh Kenapa aku bodoh sekali... kenapa aku terpancing dengan pertanyaan kecil semacam ini',     

Anita tahu telah berbuat bodoh. meski sadar harus bersikap sopan, dan ia bahkan baru saja mendeklarasikan diri untuk menjadi karyawan teladan. namun sepertinya ia tidak bisa mengendalikan diri , dan berpura-pura baik dihadapan lelaki satu ini. rasanya Anita sulit sekali menginggat dirinya sekarang cuma karyawan biasa. karena itu kedudukan mereka tidak sederajat. Mr.Chen adalah Pemilik Prudence assurance sedangkan dia hanya karyawan biasa. catat itu !.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.