Shadow of Love

Aku akan menggantinya selusin



Aku akan menggantinya selusin

0"Maafkan saya Mr.chen. ... barusan saya sedang tidak fokus, jadi menjawab pertanyaan anda dengan sembrono hehehe, tentu saja saya bekerja demi uang.." ujar Anita meralat. berusaha memperbaiki suasana.     

Jika benar Boss besarnya itu membaca profile datanya. kemungkinan besar dia telah tahu ia sudah berkeluarga dan mempunyai seorang putera. Anita yakin, Chen adalah orang yang cerdas, dan dapat menyimpulkan alasan kenapa ia tidak mungkin bekerja di kantor pusat di singapore.     

Tiba-tiba ia merasa beruntung, pada saat menulis biodatanya dulu, ia menggunakan KTP dan alamat rumah mamah di Jakarta utara. dan tidak mencantumkan dengan detail data suaminya, karena saat melamar bekerja saat itu, ia masih pisah rumah dengan Hans, dan tinggal bersama jenny, Anita berharap bossnya tidak akan melacak identitasnya dengan detail, agar ia dapat tetap merahasiakan identitas Hans dengan rapi, sehingga ia bisa bekerja dengan perasaan tenang.     

"Whatever, lagian aku juga tidak bersungguh-sungguh dengan tawaranku" tukas Chen pedas, dan Anita benar-benar merasa lega, seolah baru keluar dari cobaan berat.     

"Ahhh Syukurlah kalau begitu... " jawab Anita polos. senyum puas tercermin diwajahnya. tanpa diketahui Anita, Chen mencuri pandang kearahnya, menatapnya dari kaca spion diatas dashboard, wajahnya yang dingin terlihat kecewa.     

.     

.     

"Hii Jennifer ...." sapa Vanessa, menyapa Jenny ramah, "Hans ada...?" Jenny mendengakkan wajahnya keatas. menatap kearahnya sejenak, sebelum kemudian kembali serius berkutat dengan komputer didepannya.     

"Lihat saja sendiri..." jawab Jenny cuek, sengaja tidak bereaksi berlebihan dengan sapaan Vanessa. sikap tegasnya itu jelas menunjukkan sikap tidak sukanya dengan kehadiran Vanessa dikantor.     

Vanessa tersenyum kecil, ia menyilangkan tangannya diatas perut, menatap kearah Jenny dengan tatapan sinis dan menantang. tiba-tiba ia mengambil tas branded milik Jenny yang diletakkan diatas meja kerjanya. Vanessa mengeryitkan keningnya sambil terus mengamati tas Jenny dengan wajah penasaran.     

Jenny menatap tajam kearah Vanessa, ' tidak sopan !' makinya kesal, langsung merebut kembali tas miliknya.     

"Dimana kau beli itu .. "     

"None your business !!"     

Vanessa menatap tas branded milik Jenny dengan sorot mata menyelidik, tas itu memiliki detail yang unik, Vanessa sangat tahu, tas itu adalah koleksi limited edition dari brand terkenal itu, yang bahkan ia tidak dapat menemukannya saat mencarinya di toko singapore dan Japan, karena telah sold out.     

'Tapi bagaimana mungkin Jenny bisa mendapatkannya?' rasa iri menguasai hatinya.     

"Hebat sekali kamu... hanya seorang sekretaris biasa. tapi bisa memakai barang branded seperti itu hmm ..."     

"Bukan urusanmu..."     

"Kuperhatikan kau juga mengenakan baju tidak murah diseluruh tubuhmu..," Mata Vanessa bagai scanner yang meneliti penampilan Jenny dari atas ke bawah dengan seksama.     

"Yang jelas.. . aku tidak mendapatkan uangku dengan berbuat kriminal sepertimu!!"     

Tentu saja Jenny tidak melakukan itu, nyatanya tas branded itu adalah hadiah dari Anita untuknya. Anita selalu memberinya hadiah mahal sepulang dari liburan atau jalan-jalan ke luar negri.     

Sedangkan baju kerja yang dikenakannya, adalah apresiasi pada dirinya sendiri, ia memang selalu membeli jas kerja dari brand terkenal, meskipun harus menunggu hingga season diskon tiba, agar dapat membelinya dengan harga yang lebih terjangkau.     

"Hahh, bagus !, besar juga nyalimu !! kau berani melawanku sekarang yah...apa karena kau merasa lebih dekat Hans daripada aku ?"     

"Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan tentangku ... cepat pergi dari hadapanku.. aku tidak punya waktu bertengkar denganmu !"     

"Kenapa kamu begitu memusuhiku... aku bahkan tidak pernah mencolekmu, atau ....kecuali, kau berpikir aku adalah sainganmu ?" ucap Vanessa pedas, Jenny menggertakkan giginya dengan kesal, Vanessa berhasil memancing amarahnya.     

"Kau pikir aku tidak tahu. darimana asal barang-barang mewahmu itu !!, aku yakin kau juga sudah berhasil tidur dengan Hans bukan.... "     

"Tutup mulutmu ! !"     

"Hahaha santai saja Jenn... kenapa kamu begitu emotional ... tidak usah berlagak sokk suci didepanku. kita sama-sama buruknya. aku yakin kau juga sudah menjual tubuhmu pada Hans... so what ?"     

Vanessa mencibir Jenny penuh percaya diri, dan kesabaran Jenny sudah dibatas limit.     

"... Aku bukan nita .... kau tidak bisa menipuku dengan wajah polosmu itu... jadi berhenti berpura-pura didepanku." bisik Vanessa, berkata dengan nada sinis.     

Wajah Jenny telah memerah. darahnya bergolak mendidih. ia mengepalkan tangannya dengan kuat. menahan amarah yang siap meledak kapanpun.     

"Tarik ucapanmu sekarang .. kalau tidak ingin kupatahkan lehermu !!. aku bukan perempuan yang tidak punya harga diri sepertimu... yang menggunakan segala cara demi mendapatkan keinginan dengan menipu dan menjual diri !! aku tidak sama denganmu , paham !"     

"Baik... baik... kau suci....aku hitam.... terserah, ... aku tidak akan menganggumu lagi... kau lanjutkan saja pekerjaanmu... okay....." Ucap Vanessa santuy, ia tidak ingin melanjutkan konfrotasinya dengan Jenny, ia langsung berlalu, berjalan menuju ke ruangan kerja Hans. tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Vanessa langsung masuk, dan langsung menutup kembali ruangan Hans dengan rapat.     

Jenny menjatuhkan pantatnya dengan keras. ia kembali duduk dikursinya dan mengatur nafasnya kembali. mengendalikan emosinya yang barusan memuncak. hatinya merasa marah, ia menolak harus menjadi saksi perselingkuhan yang menjijikan ini.     

.     

.     

Malam harinya dikediaman Hans dan Anita.     

Seperti biasanya, sepulang kerja, Anita akan merapikan baju kerja Hans, dan menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya dirumah. sambil menunggu Hans selesai mandi, ia mensortir pakaian kotor miliknya dan suaminya, untuk di cuci.     

Saat memeriksa jas kotor milik suaminya, tangannya tiba-tiba menyentuh sesuatu dikantong jas itu,     

"Sa-yang …ini punya siapa... aku menemukan lipstick didalam saku jasmu..." tanya anita menyelidik. sambil menunjukkan sebuah lipstick merah berbentuk stick kearah Hans. Wajah Hans langsung terlihat tegang. tapi ia berusaha memasang ekspresi lugu, ia mengeryitkan dahinya , sambil berusaha mengingat-ingat sesuatu.     

"Aku tidak tahu yank... sungguh... " jawabnya gugup. sorot matanya tampak cemas menatap kearah Anita.     

"Benarkah ?... aku rasa kamu tidak berkata jujur,"     

"Sayang.... aku tadi pergi ke acara gathering di senopati, disana aku bertemu dengan banyak rekan bisnisku. juga eem-mm.....ada Cindy dan beberapa temannya disana.. tapi aku hanya menyapa mereka sebentar.... sungguh.... aku bahkan berusaha untuk menjaga jarak tadi, aku tidak tahu. bagaimana lipstick itu bisa berada dikantongku, tapi....apakah mungkin mereka sengaja mengerjaiku...??." ucapnya dengan nada bersungguh-sungguh. Hans langsung menarik tangan isterinya untuk berbicara dan duduk didekatnya.     

"Aku mulai curiga padamu... ", ucap Anita spontan, sambil melirik sejenak kearah suaminya, ia bangkit berdiri, namun ketika ia baru saja akan pergi, Hans menarik tangannya dengan kuat, membuat tubuhnya seketika terjatuh terlentang diranjang,     

"Aku tidak melakukan apa-apa " Hans berusaha menjelaskan, ia langsung menindih tubuh Anita, seolah memaksanya mendengar ucapannya.     

"Lepaskan aku..."     

"Setelah kita menyelesaikan hal ini" Hans memandang tubuh molek isterinya, gaun hitam Anita yang berbahan satin dan licin tampak tersibak berantakan, bagian dadanya setengah terbuka, dan bagian bawahnya tersibak keatas hingga memperlihatkan paha jenjangnya yang sempurna.     

"Hans, kau merusak gaunku..."     

"Aku akan menggantinya selusin nanti " itu adalah hal terakhir yang diucapkan Hans sebelum membungkam mulut Anita. Dan dalam beberapa detik, gerakan bibir dan tangan pria itu mengenyahkan segala hal lain dari benak Anita. mereka bergulat dengan penuh gairah, tidak ada lagi kata-kata, tidak ada lagi pikiran, hanya sensasi, dan hasrat yang membutakan.     

Anita merasa sangat bahagia, sangat bahagia, semuanya terlihat sempurna, bagaimana mungkin ia tidak bahagia memiliki seorang suami yang memberikan segalanya untuknya. sangat perhatian dan mencintainya.     

Mereka berbaring diranjang, bersantai setelah bercinta. Hans tersenyum cerah menatap Anita yang meringkuk dilekukan lengannya.     

"Kau senang memarahiku bukan ?"     

"Itu menjadi salah satu hobbyku kini..."     

"Teruslah marah dengan mata yang berapi-api begitu, tatapan itu memberiku reaksi yang menyenangkan untuk menaklukanmu lagi"     

"Menaklukanku ? aku bukan hewan peliharaan !"     

"Tapi kau adalah tantangan "     

Anita menatap kearah Hans dengan seksama. seolah sedang memastikan kejujurannya, tiba-tiba ia memikirkan ide Jenny, yang menyuruhnya untuk bekerja dikantor Hans, demi menjaga Hans dari para wanita-wanita penggoda di sekelilingnya. menginggat itu, mendadak ia teringat pada topik awal tadi,     

"Jadi, siapa diantara gadis-gadis itu yang kemarin menyentuhmu,...."     

"Aku bilang tidak ada !,"     

"Cepat katakan....!"     

"Ohh ... Jangan rewel lagi !..."     

"Aku belum selesai bicara !" Anita mendorong tubuh Hans dari atas tubuhnya, akhirnya ia bisa membebaskan diri, ia lalu berbaring sedikit menjauh dari Hans, tapi Hans tidak tinggal diam, ia mengikutinya, sengaja mendekatinya lagi, lalu kembali menangkap tubuh Anita, dan merengkuh pinggangnya erat, membaringkan kepalanya pada bagian dada isterinya,     

"Aku hanya milikmu sayang....." Hans menciumi bagian perut Anita, bulu kuduk Anita kembali meremang, ini benar-benar terasa geli, Anita kembali terperangkap dalam pelukan suaminya. Anita menatap wajah Hans dengan marah. payudaranya naik turun. "Kuperingatkan Hans, aku benar-benar marah sekali "     

"Aku tahu, aku bahkan baru saja mendapatkan memar yang membuktikan "     

"Kita harus membicarakan ini, akhir-akhir ini aku merasa kamu berbeda...." ucap Anita terengah-engah.     

"Biar aku tunjukkan, perbedaanku yang lainnya " ujung jari Hans mengusap sebelah payudara Anita dengan erotis,     

"Aku Serius..." Anita menahan nafas,     

"Itulah... aku juga serius ehh- kamu bicara apa tadi .... " tatapannya terpaku pada pemandangan payudara Anita yang menantang didepannya. dan ucapannya menjadi tidak teratur, seolah sesuatu telah mengalihkan perhatiannya.     

"Kamu berbeda A-akhir-akhir ini. -...Aa-rrghh tunggu....Kau benar-benar pria paling licik--... Ahhh -..." sulit bagi Anita untuk berbicara, Hans telah menciptakan gelombang hasrat yang menyelimutinya lagi. dan moment berikutnya mereka menyatukan tubuh mereka kembali.     

Hans kembali menguasai Anita seutuhnya, meskipun Anita pada dasarnya adalah memang miliknya seorang.     

Tapi hanya Hans yang tahu, jika dilubuk hatinya, ia selalu meragukan keyakinannya itu, selalu merasa ketakutan bahwa isterinya tidak benar-benar mengiginkannya.     

Anita memeluk tubuh suaminya erat-erat, merasakan kenikmatan yang meningkat, dan semakin meningkat, ia menyerahkan seluruh hati dan jiwanya pada Hans, dan malam-malam yang indah itu menjadi saksi.     

Anita tersadar, dan membuka matanya, ia mendapati dirinya bertelanjang bulat dalam dekapan erat suaminya, ia mendengakkan wajahnya keatas, menatap wajah Hans dengan seksama, ia seakan menyadari bahwa Hans selalu menggunakan keharmonisan seksual mereka untuk mengalihkan perhatiannya dari topik yang ingin dihindarinya.     

Namun, ia juga tidak dapat berbuat apa-apa. ia tidak bisa memaksa suaminya untuk menjawab apa yang tidak ingin dikatakannya. Anita hanya teringat, bahwa Cindy dan teman-temannya memang menyukai Hans. dan mereka memang tipe gadis yang sangat nekat. bahkan bisa dibilang childish. dan susah dikendalikan.     

Meskipun hatinya tidak yakin, tapi Anita memilih mengesampingkan rasa curiganya,     

Ia memupuk keyakinannya untuk mempercayai suaminya sepenuhnya. ' Semoga kau benar-benar hanya milikku....'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.