Shadow of Love

Kau tahu mau kemana ?



Kau tahu mau kemana ?

0Pukul lima lewat sepuluh menit Anita baru menjemput Chen di tempat awal ia mengantarnya tadi, yaitu di sebuah Villa mewah, milik rekan bisnisnya. sebelumnya, ia telah meminta ijin pada Chen untuk pergi berjalan-jalan disekitar Villa, sembari menunggunya selesai dengan meetingnya. Anita menggunakan alasan ingin membeli jajanan khas puncak sebagai oleh-oleh pulang. kebetulan ia teringat jika mbak fitri dan bibik pengurus rumahnya sangat suka dengan asinan khas kota bogor.     

Anita bisa melihat wajah lelaki itu tampak kesal saat melihatnya datang, Anita memarkir mobilnya tepat dipintu masuk Villa, dan ia memilih tetap duduk di dalam mobil. karena makin cepat mereka pergi, makin cepat ia bisa mengantar Chen kembali ke jakarta. ia terus meruntuk dirinya sendiri, jika bukan karena ia kalap membeli jajanan oleh-oleh tadi, ia tidak akan berada di situasi tidak nyaman ini, malangnya ia terkena macet saat kembali ke Villa, dan membuatnya terlambat dua jam lebih dari waktu kesepakatan awal menjemput bossnya itu.     

Sebelumnya ia berjanji akan menjemputnya tepat waktu pada jam tiga sore, namun ia tidak menyangka akan ada pengalihan jalur kearah puncak menuju Villa ini menjadi satu arah, hingga ia harus putar balik , ditambah menghadapi kemacetan parah sepanjang perjalanan ke Villa.     

Anita menghempas nafasnya dengan keras, menatap kearah bagasi belakang mobil Chen yang kini telah penuh dengan Talas Bogor, Kue Cubit, Roti Unyil, Asinan Bogor , Kacang Bogor hingga sayuran segar yang ia beli disepanjang jalan yang dilaluinya tadi. 'Aku pasti akan membaginya setengah sebagai ungkapan permintaan maafku....'     

'Hmm sangat sepadan....' gumam Anita mengamini batinnya sendiri.     

'Hah...Lagi ngapain dia.....' Anita terheran, Chen seolah sengaja membuat Anita gelisah, ia menatap awkward kearah Chen yang tampak pelan-pelan berjalan mengelilingi mobil, seolah sedang meneliti seberapa parah kerusakan yang dibuatnya. 'Sialan !!' Anita menggertakkan giginya dengan kesal, orang-orang pasti akan mengira ia tukang onar dan sering mendapat kecelakaan. padahal tidak ada satu goresan pun di mobil Jaguar ini.     

Anita menatap kearah para pegawai Villa yang tampak masih berjejer di depan pintu utama Villa, mereka tampak ikut serta mengamati mobil Jaguar yang dikendarainya dengan tatapan tidak mengerti. 'Berandal ini !! benar-benar niat banget mempermalukanku !!'     

Akhirnya Chen membuka pintu belakang mobil dan masuk dengan angkuh.     

"Mr Chen, saya minta maaf...." Anita memulai bicara, ia harus meminta maaf terlebih dahulu sebelum menjelaskan alasan keterlambatannya menjemput.     

"Simpan saja kata-katamu !" bentak Chen, tidak mau mendengar kelanjutan penjelasannya.     

'Dengan senang hati' batin Anita mengumpat. lagian ia sudah malas untuk berdebat, ia justru merasa senang, karena bisa menyimpan energynya dan tidak perlu memutar otak memilih kata-kata tambahan dalam permintaan maafnya.     

Perjalanan pulang ke jakarta benar-benar hening....     

Tiba-tiba Anita sadar ia pasti sudah melewati tikungan yang menuju Jakarta. tapi.... kemana hilangnya kota ?, seharusnya ia sekarang berada di tempat terang, menuju jalan bebas hambatan. tapi kini ia malah berada di daerah gelap. pohon-pohon berjejer rapi ditepi jalan, dan tidak ada tanda-tanda jalan bebas hambatan. dan anehnya Jalanan didepannya semakin tampak sempit. apa yang terjadi dengan lalu lintasnya ?, ia tidak menemukan tanda-tanda keramaian jalanan sedikitpun.     

Anita menyadari mereka kini tersesat entah dimana. tanpa diterangi lampu jalan, apalagi melihat mobil lain. 'Aduh kenapa sial sekali nasibku !' ia ingin menangis sekarang.     

"Kau tahu kau mau kemana ?" tanya suara pedas dari jok belakang.     

Harga dirinya langsung terusik. "Saya tahu jalan pintas" jawabnya ketus. detik selanjutnya, Anita merasa kaget sendiri, ternyata dirinya sangat pandai berbohong jika terdesak. ia berharap Chen benar-benar berpikir jika sekarang ini ia memang sedang mengambil jalan pintas.     

Suasana mobil hening kembali...     

Sebenarnya ia merasa kasihan pada Chen, lelaki itu sudah bekerja sepanjang hari, dan sekarang sudah sangat gelap untuk membaca berkas-berkas kerja. Anita mencuri pandang lewat spion mobil, ia melihat Chen beralih sibuk mengetik sesuatu dengan laptopnya.     

Namun sesuatu terjadi. mesin mobil mendadak mati. 'Oh tidak , kenapa aku bisa lupa !!', Jaguar itu melambat dan akhirnya berhenti.     

Keheningan di jok belakang benar-benar menyiksa Anita. "S - Saya...." tenggorokan Anita bagai tercekat, rasanya ia bahkan tidak berani untuk bernafas, "... emm- S- Saya.... karena tadi - ... Ehh, saya buru-buru... jadi...ehh... saya salah..." Anita berhasil bicara, meski terbata-bata , ia buru-buru menambahkan, "S-saya salah... S-saya lupa mengisi bensin ....",     

'Ohh Tuhan.... maafkan segala dosaku... ' Anita menutup matanya rapat-rapat, menyerahkan nasibnya yang kini seolah berada di ujung tanduk.     

Suasana mobil benar-benar hening....     

Anita tidak mampu membayangkan bagaimana wajah lelaki yang duduk dibelakangnya kini, yang jelas ia pasti sedang sangat marah padanya, dan sedang berhitung sampai seratus untuk meredakan emosinya.     

"Berarti kau tidak keberatan untuk mengisi bensinnya sekarang." ujar Chen dingin, dengan nada memerintah.     

Anita memalingkan wajahnya kebelakang, dan spontan bertanya, "Di mana...?",     

"Seharusnya kau tahu, kupikir kau mengenal 'jalan pintas' ini !" jawab Chen ketus, menatap wajah Anita menantang.     

'Sialan ! bajingan , brengsek, bedebah, keparat !!' umpat Anita dalam hati. Chen sengaja menyindirnya. ia yakin Chen tahu ia berbohong tentang 'jalan pintas' tadi.     

"Kau bisa menggunakan botol bekas air minum sebagai tempat isi bensin", ucap Chen lagi, seolah menginggatkan. "Aku akan menunggumu di sini sampai kau kembali", tambahnya sambil tersenyum manis.     

"Aku ?" Anita menunjuk pada dirinya sendiri. Chen langsung menganggukkan kepalanya mantap. 'Ohh Tuhan.... aku sekarang benar-benar ragu apakah dia lelaki sungguhan atau bukan.'     

Anita merasa takut setengah mati. Dia benar-benar tidak tahu di mana mereka sekarang, dan di mana ia bisa mendapatkan bensin. berapa jauh letak pom bensin, bagaimana bisa lelaki ini tega membiarkannya berjalan sendirian untuk menemukan pom bensin.     

"Mr Chen, bagaimana kalau kita keluar mencari penjual bensin bersama-sama, saya takut meninggalkan anda sendirian .... tempat ini sangat sepi dan asing, ....,"     

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja "     

"A-Apa anda yakin...."     

"Seratus persen !"     

"B-Baiklah..."     

'Lelaki ini benar-benar tidak punya perasaan !, tidak punya belas kasihan sama sekali !! tega sekali menyuruhku pergi sendirian... dasar kurang ajar .' Anita terus mengutuk Chen dengan semua makian yang ia tahu. ia lalu keluar mobil dan membuka bagasi, ia teringat di bagasi tersedia satu dos minuman mineral 500 cc. Anita mengambil dua botol sebagai tempat isi bensin nanti. dan dilihatnya selimut miliknya juga tersimpan di atas jajanan oleh-oleh yang dibelinya tadi, niat awalnya membawa selimut sebenarnya untuk mengantisipasi bila ia merasa kedinginan saat menyetir. karena ia mengenakan rok kerja setinggi lutut. jadi ia bisa menutupi bagian bawah dengan selimut itu.     

Anita mengambil selimutnya dan segera menutup kembali bagasi, lalu membuka pintu belakang dan langsung melempar selimutnya ke arah Chen. "Aku mungkin agak lama..." ucapnya dengan gaya prajurit tangguh yang akan pergi berperang dan tidak pernah kembali.     

Rasanya Anita mendengar suara seperti tawa tertahan... tapi ia tidak yakin.     

Anita langsung menutup pintunya kembali dan melihat suasana disekelilingnya. Anita merasa takut, ia sama sekali tidak mengenal tempatnya kini berada, saat ia check lokasi dengan goggle map, letak pom bensin berada ratusan kilometers dari posisinya sekarang, jadi bagaimana mungkin ia bisa kesana dengan berjalan kaki.     

'Aku pemberani', ucap Anita pada dirinya sendiri dan tidak ada pilihan lain untuknya, selain mulai berjalan maju, lagian ia suka berjalan kaki, ia berharap dapat menemukan penjual bensin eceran di tepi jalan, untung saja setiap hari ia selalu menyempatkan diri berolah raga berlari diatas treadmill, jadi tidak susah baginya jika hanya berjalan kaki beberapa kilometer. tapi sayangnya ia memakai sepatu high heels setinggi tujuh centimeter, yang membuat kakinya terasa pegal dan tidak nyaman.     

Di mana ini ?, Anita menengokk kearah kanan dan kiri, benar-benar sepi, jauh dari pemukiman penduduk. dan ia tersadar, bahwa ini bukan jalan utama. "Aduh ...." Ia hampir saja terjatuh, Kakinya tersandung bebatuan terjal, jalanan yang dilewatinya rasanya semakin rusak saja, ia merasakan kakinya kini terasa sakit.     

Anita berkonsentrasi untuk tetap terus berjalan maju, tapi masalah jalanan didepannya kini berkelok-kelok. ia melewati tikungan, dan tidak dapat melihat mobil Jaguar itu lagi. Chen juga tidak akan dapat melihatnya dalam kegelapan.     

'Huhh mengapa aku jadi memikirkannya, belum tentu ia juga memikirkanku, mungkin saat ini ia sedang tertidur lelap, sambil menungguku pulang bawa bensin" geram Anita kembali kesal sendiri.     

Srkgkk- Srkgkkk- Srkgkkk .....     

Apa itu !! Anita mendengar sesuatu. bulu kuduknya seketika berdiri, tanpa berpikir panjang ia mempercepat langkahnya. tapi menit selanjutnya ia mendengar suara itu lagi dari arah pepohonan di sebelah kanannya. Ia menekan rasa takutnya. 'Jangan jadi penakut nita... itu hanya suara binatang malam, orang-orang yang hidup di desa mendengar suara-suara itu setiap saat,', Anita kembali menenangkan dirinya sendiri. belum juga ia dapat menata kembali hatinya, suara itu terdengar lagi. dan kali ini seolah berasal dari sebelah kirinya.     

Anita benar-benar merasa ketakutan, hari telah gelap, dan ia berjalan sendirian disana. dan suara itu terdengar kian jelas, itu adalah suara langkah kaki !! yah... ia dapat memastikan bahwa ada seseorang yang sedang berusaha membuntutinya di belakang. Seketika tubuh Anita bergetar hebat, keringat dingin membasahi tangannya, dengan susah payah ia mempercepat langkahnya yang sempoyongan, tapi ia mendengar suara langkah kaki itu juga kian cepat berjalan menyusulnya dan terasa hanya berjarak beberapa langkah saja darinya.     

Spontan Anita melempar dua botol air mineral yang dipegangnya lalu lari dengan kecepatan terbaiknya.     

Ia belum sempat berlari jauh, ketika tiba-tiba ia mendengar suara memanggilnya. "Heii .. gadis bodoh ... ini aku !!", dan Anita langsung menghentikan larinya, ia membalikkan badan, lalu melesat menuju Chen dan memukulinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.