Shadow of Love

Bisa menjadi kaya sepertimu



Bisa menjadi kaya sepertimu

0Bagai maling yang takut tertangkap basah, Anita berjalan mengendap-endap masuk kedalam rumah. ia melepas high heels-nya dan berjalan dengan kaki telanjang memasuki ruang tengah, "Selamat malam buk..." suara lirih menyapa dari arah belakangnya, spontan membuat Anita bergidik dan terperanjat kaget, ia hampir berteriak keras. sebelum sekonyong-konyong membungkam mulutnya sendiri agar tidak menimbulkan suara gaduh, Anita membalikkan badannya kebelakang dengan mata melotot tajam, ia menatap kearah bibik yang tampak berdiri tepat dibelakangnya dengan wajah kaku, ikut terkaget bersamanya.     

"Bik... ngaggetiin aja !!!." teriak Anita kesal, tangannya reflect menepuk bahu bibik, lalu mengelus-elus dadanya sendiri, berusaha menenangkan diri.     

"Maaf buk.... s-saya tidak bermagsud..."     

"Iya sudah gak apa-apa...huhh ! untung barusan aku gak terkencing di celana..,"     

Mendengar jawabban polos Anita bibik tidak dapat menahan tawa kecilnya.     

"Hehehe... maafkan saya buk... Mmm - Apa ibu sudah makan malam..."     

Anita menatap arlojinya, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat sekian menit. adalah jam terlarang untuknya mengunyah sesuatu, atau akan menghancurkan jam dietnya. meskipun ia hanya minum air putih seharian ini, namun apa daya, ia tetap harus konsisten, ia memilih menahan laparnya, bersabar hingga besok pagi.     

"Saya sudah makan bik... Terima-kasih... " jawab Anita berbohong. "Oiya, bapak makan malam dengan apa tadi ?"     

"Bapak belum pulang buk ..."     

"Hah...."     

'Kirain aku yang bakal ke gep pulang larut, ternyata Hans juga belum pulang...?.' Anita mengeryitkan dahinya, 'Akhir-akhir ini Hans sangat sibuk sekali, semoga jenny juga memperhatikan makan malamnya ...', Anita menghembuskan nafasnya panjang, tiba-tiba ia merasa sangat bersalah, memikirkan bagaimana suaminya bekerja keras hingga larut malam.     

Anita langsung meraih ponsel di dalam tasnya, ingin memeriksa notifikasi ponselnya, ternyata ponselnya turn off, tidak menyala saat ditekannya, karena kehabisan daya. 'Mungkin tadi Hans menelfon, tapi aku tidak memperhatikannya..., biarlah aku akan memeriksanya nanti setelah mengisi daya'.     

"Baiklah... bibik boleh istirahat tidur sekarang.. aku tidak membutuhkan apa-apa lagi kok, biar nanti aku yang tungguin bapak pulang....."     

Anita tidak tega melihat bibik stand-by menunggu kepulangannya dan Hans hingga selarut ini. ia tahu bibik sudah sangat lelah, dan menahan kantuknya, sebagai kepala pengurus rumah tangga dirumahnya bibik sangat berdedikasi. bibik bukanlah orang asing bagi Hans, dia adalah pengasuh Hans sejak kecil, dan telah dipercaya ibu untuk membantu mengurus management rumah mereka.     

Saat ibu memintanya, bibik dengan senang hati langsung menyanggupinya, untuk ikut tinggal bersama Hans dan Anita, demi lebih dekat dengan Hans dan ikut menjaga keluarga kecil mereka.     

"Baik buk... kalau begitu, saya pamit istirahat ke kamar sekarang buk...,"     

"Silahkan bik..."     

.     

.     

"Sayang pelan sedikit... jangan buru-buru " ucap Katty manjah. Hans bagai kucing garong yang tampak beringgas, tidak sabar untuk menyantap ikan asin yang tersaji di depan matanya. dengan gerakan terburu-buru ia langsung merobek stocking Katty dengan kasar. lalu menciumi setiap detail tubuh Katty dengan panas.     

Hans mengeluarkan pusakanya sendiri dari sarangnya, lalu membalikkan tubuh Katty dengan posisi membelakanginya, dan langsung menancapkan pusaka kejantanannya pada keintiman Katty dengan tegas. mereka menyatu dalam hasrat yang mengebu. ini adalah percintaan mereka yang kesekian kalinya, Hans seolah tidak pernah puas menikmati tubuh indah nan sexy katty , meskipun mereka telah memadu hasrat sejak sore hari hingga tengah malam, Hans masih juga ingin lagi dan lagi.     

Hans sengaja memberi sebuah Apartment mewah untuk Katty, sebagai tempat mereka bisa bertemu dan memadu kasih kapanpun Hans mau.     

Hans merasa lebih tenang bertemu di Apartment , daripada harus booking hotel di setiap kencan mereka. selain mereka bisa tinggal berlama-lama dengan tenang, Apartment ini juga merupakan tempat ter-aman untuk menghindar dari sorotan media dan paparazzi.     

Apartment ini merupakan salah satu property yang dibangun perusahaannya sendiri, terletak di jantung kota Jakarta, hunian ekslusive khusus untuk kaum elite, Apartment ini memiliki tingkat keamanan level tinggi, bahkan untuk sekedar masuk ke dalam halaman Apartment saja, harus memiliki pass code dan melewati pemeriksaan manual di pintu utama. Jelasnya hanya pemilik resmi Apartment yang mempunyai access masuk kedalam lingkungan Apartment.     

Katty tampak terhuyung maju mundur, tangannya berpegangan erat pada sisi meja, menahan hentakan demi hentakan yang menghujamnya hingga keujung terdalamnya. desahan erotis Katty membahana diseluruh ruang apartment, membuat gairah Hans semakin terpacu tidak terkendali.     

Hans mengangkat satu kaki Katty keatas kursi didepannya, sedangkan kaki satunya lagi tetap dibawah bersamanya lalu kembali menghentak dengan kuat, menusukkan pusakanya lebih dalam lagi, Katty memekik. payudara indah Katty tampak terayun-ayun erotis. Hans langsung meraihnya , dan meremasnya dengan kedua tangannya. Katty melenguh, Hans terus menghujam tidak terkendali. nafas keduanya terdengar saling memburu, Hans semakin meningkatkan intensitas dorongannya. untuk mengeluarkan semua hasratnya agar mencapai klimaks dengan sempurna.     

Katty terduduk lemas dilantai.....     

"Katt, aku harus pulang sekarang ..." ucap Hans sambil berjalan menuju ke kamar mandi,     

"Sayang… ini sudah malam banget.... kamu nginap disini saja..." Katty berusaha bangkit dari sujudnya, meski kakinya tampak bergetar ia langsung berjalan menuju meja rias, segera membenahi riasan wajahnya, menata gaun sexy nya agar tetap on point dihadapan Hans.     

"Aku tidak bisa...." Hans keluar kamar mandi, sambil mengenakan kembali celananya.     

"Malam ini saja.... please.... aku masih rindu.."     

"Jangan memaksaku..."     

"Aku hanya masih merindukanmu..." ucap Katty manja, seraya memeluk Hans erat.     

"Aku sudah memberikan semua padamu, aku hampir lumpuh sekarang..."     

"Hahaha benarkah ?...bagaimana dengan isterimu nanti. .."     

"Bukan urusanmu !!" jawab Hans tegas, ia segera mendorong tubuh Katty.     

"Kamu sangat melindunginya..."     

"Kau bukan siapa-siapa, jangan pernah melewati batasmu..."     

"Kenapa kamu serius sekali,... "     

"Ini peringatan tegas untukmu... aku tidak suka berkata dua kali"     

"Iya, aku mengerti.... "     

"Aku harus pergi sekarang..." ucap hans, sambil memberi kecupan kecil dipipi Katty.     

"Tapi Sayang.... aku lupa bilang, dari kemarin aku tidak dapat menggunakan kartumu lagi, Apa kamu sengaja membuat limit untukku hiks hiks hiks"     

Katty merekatkan kedua tangannya pada pinggang Hans, wajahnya mendengak keatas, menatap Hans dengan memasang wajah berpura-pura sedih.     

"Mana mungkin ... kau boleh membelanjakan apapun sesukamu ..."     

"Aku kemarin hampir mati saking malunya. kartumu ditolak ditoko tas langgananku, untung managerku berbaik hati meminjamkan kartunya untuk membayar tagihan, benar-benar sangat memalukan !" keluh Katty manja, ia lalu menggelayutkan dagunya pada bahu Hans, yang tampak sibuk membenahi kemejanya.     

"Bagaimana mungkin....?"     

"Sungguh yank....."     

"Iyaa, besok pagi aku suruh sekretarisku mengurusnya.… tentang hutangmu pada managermu, kamu tenang saja, aku pasti akan menggantinya. aku yakin, pasti ada kesalahan technis yang menyebabkan kartunya ditolak, nanti sekretarisku akan menghubungi pihak Bank agar besok kamu bisa menggunakan kartunya lagi, okay "     

"Ahh Sayangku,... you're the best...I love you...." Katty menciumi seluruh wajah Hans bertubi-tubi. Hans menepis tubuh Katty, menjauhkan wajahnya darinya, "Ingat, aku tidak mau hubungan kita sampai terpublish ..."     

"Iya... iya....aku tahu, aku paham itu ... tapi, aku juga tidak bisa mengendalikan media yank.... aku tidak punya power untuk menghentikan opini mereka. ini adalah resiko pekerjaanku..."     

"Bukannya kau pintar berakting ?"     

"Magsudmu..."     

"Buat pengalihan.... Kau gadis pintar, aku yakin, aku tidak perlu mengajarimu tentang itu khan..."     

Katty mengerti, magsud Hans, ia ingin agar dirinya berpura-pura menjalin hubungan dengan pria lain untuk mengalihkan opini public tentang kedekatan mereka saat ini. tentu saja Katty enggan melakukan itu. ia justru ingin public tahu kebenaran hubungan mereka, tapi ia tidak boleh bertindak bodoh dan terburu-buru, karena saat ini, bukan waktu yang tepat untuk melakukan perlawanan, Hans belum sepenuhnya bertekuk lutut dikakinya.     

Di mata Katty, isterinya Hans bukanlah tandingannya, Anita bukanlah siapa-siapa. ia bukan wanita tersohor, ataupun wanita yang terlahir dari klan konglomerat. dimatanya Anita tidak ada seujung kukunya. dan menyingkirkannya juga semudah ia membuang ludahnya, jika saatnya tiba, Katty yakin, Hans dan seluruh rumahnya akan menjadi miliknya. semuanya,.... tanpa terkecuali.     

"Maafkan aku yang sudah membuat gaduh hidupmu sayang,... aku pasti akan mengurus ini, aku akan berusaha mengalihkan perhatian mereka seperti mau-mu... hmm"     

"Okay. kalau begitu, aku pergi sekarang "     

"Iya. .... hati-hati dijalan yah ..."     

.     

.     

"Seandainya kau punya banyak uang, apa kau akan punya banyak perempuan diluar sana ?," tanya Jenny penasaran, wajahnya menegadah menatap dagu prastian yang sedang berbaring bersamanya.     

"Tidak akan !, aku pasti akan setia cuma sama kamu"     

"Huh gombal !"     

"Kok gombal, beneran kok !"     

"Coba kau punya saldo seperti pak Hans, kau pasti langsung lupa dengan kata-katamu barusan "     

"Kau terlalu meremehkanku sayang, ... aku tidak semiskin itu !, aku pasti mampu menghidupimu dan anak-anak kita kelak",     

"Gak ada yang tanya....!" ucap jenny santai, ia membalikkan tubuhnya ke belakang sambil menarik selimutnya keatas, ia menyelimuti tubuhnya hingga dibatas leher.     

Prastian langsung mengambil ponselnya diatas meja kecil, ia mencolek bahu jenny untuk melihat kearahnya, "Nih ....Aku kasih lihat saldo tabunganku terkini"     

Jenny membalikkan badannya kearah Prastian lagi, dan matanya seketika melotot tajam. menatap tajam kearah puluhan nol pada saldo account Bank milik pacarnya itu.     

'Huh gila !! gak nyangka, ternyata dia seorang milyarder juga, nol nya panjang banget....'     

Jenny langsung membayangkan jika ia bisa mendapatkan 10% dari saldo itu saja, ia ingin membeli tas, sepatu, baju-baju favoritenya tanpa harus menunggu season diskon. oh betapa indahnya ....     

"Selain itu, aku juga punya dua unit Apartment di Jakarta selatan, dan sebuah Villa di Bali atas nama pribadiku, aku juga punya simpanan dollars di Bank A, dan simpanan euro diBank B, juga simpanan berbentuk emas di Bank C," Prastian menghentikan ucapannya sebentar untuk menelan ludahnya yang kering, namun detik selanjutnya ia melanjutkan ucapannya.     

"Juga,.... aku pasti kelak akan mendapatkan sebagian warisan dari orang tuaku, Walaupun itu tidak terlalu besar, tapi aku memberitahumu sebagai referensi, agar kau tidak takut akan hidup miskin jika menikah denganku... itu berupa property dan beberapa tanah kosong di Jakarta utara."     

"Cukup....cukup.... Ehhh mengapa kita jadi membahas tentang saldo dan warisan sih...?"     

"Aku hanya ingin memberitahumu, jika aku tidak semiskin dugaan-mu...."     

"Aku tidak pernah mengatakan kau miskin.."     

"Jadi, mengapa kau selalu menolak lamaranku"     

"Ohh, itu karena aku belum yakin denganmu"     

"Kau bohong !"     

"...Yaa sudah, kalau kau tidak percaya... itu urusanmu.!.. Ehhh btw, Katakan padaku, bagaimana kau bisa sekaya itu....kau hanya bekerja jadi team audit di Bank yang bergaji standard.... bagaimana kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu..."     

"Aku ingin tahu bagaimana caranya bisa menjadi kaya sepertimu ...." lanjut Jenny berapi-api...     

"Jadi kau ingin tahu...."     

"Iya...."     

"Jadilah isteriku.... dan semua uangku akan menjadi milikmu...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.