Shadow of Love

Resiko tanggung sendiri



Resiko tanggung sendiri

0"Aku tadi mendengar berita di radio local, ada kecelakaan beruntun di tol depan, jadi jalan itu ditutup hingga petugas berhasil mensterilkan area.."     

Akibat hujan deras yang mengguyur seharian membuat jalanan licin dan tergenang. sehingga jika pengemudi tidak extra berhati-hati, dapat menimbulkan kecelakaan fatal.     

Anita dapat mendengar suara menggerutu Chen. mungkin Chen merasa kesal, kenapa ia tidak memberitahunya sejak awal, setidaknya memberi tahu sebelum mereka masuk tol, jadi mereka bisa mencari alternative jalan lainnya.     

Anita melirik kesamping, Chen tampak menutup mulutnya yang menguap menggunakan kepalan tangannya , wajah Chen terlihat kelelahan dan matanya memerah karena harus berkonsentrasi melihat jalan.     

Mobil mereka kini berada di tengah-tengah kemacetan. Tidak dapat maju, juga tidak dapat putar balik, kedua ruas jalan sama-sama macet total.     

Anita merasa tidak tahan untuk meminta maaf, dengan tanpa beban ia meringis, menatap kearah Chen dengan wajah penuh penyesalan. sambil merapatkan kedua telapak tangannya meminta maaf.     

"Jangan membuat wajah seperti itu, atau aku tidak akan bisa menahannya..."     

"Apa aku sedang memintamu untuk menahannya...??.", jawab Anita riang, berusaha menghidupkan suasana, berharap dapat memperbaiki mood buruk Chen, 'Kalau mau marah... coba saja !, kau sendiri yang akan rugi, karena aku tidak akan membagi Roti dan cake untukmu,' batin Anita geli, ia langsung tertawa kecil sambil mengelus tas berisi Roti dan cake miliknya.     

"Kau Jangan menantangku !"     

"Aku ?? mana berani sir !! Kita sedang berada di kemacetan total. jika kita sial, bisa jadi kita akan menginap semalaman di jalan hahaha... sayangnya aku punya banyak amunisi.... sedangkan anda ... zero !!," jawab Anita asal, jari telunjuknya membuat kode pistol dan berlagak menembakkan kearah Chen menantang.     

Chen langsung menoleh kearah samping, melihat ke luar jendela, untuk menyembunyikan tawanya. ia benar-benar merasa mati kutu, dan bahkan tidak sanggup membalas aksi Anita. hatinya meleleh, Anehnya ia justru merasa senang dengan situasi terjebak macet saat ini.     

"Enak saja... jangan terlalu percaya diri ! darimana kau tahu aku zero Amunisi ?!"     

"Aku sudah memeriksanya. dan aku yakin dengan itu" ujar Anita penuh percaya diri.     

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan mereka, ketika sedang mengobrol berdua, mereka tiba-tiba lupa dengan status mereka sebagai boss dan karyawan. 'saya dan anda akan berubah sendirinya menjadi aku dan kamu', tanpa mereka sadari ikatan mereka tumbuh akibat saling bertengkar dan memaki, berawal di pom bensin, berlanjut di tempat kerja. kemudian pertemuan demi pertemuan seolah menjadi sebuah ajang unjuk kekuatan masing-masing.     

Chen mengeryitkan keningnya, "Kapan kau memeriksaku ??, kok aku tidak tahu ?"     

"Hahaha anda tidak akan dapat mengalahkan radar seorang wanita "     

"Benarkah ?, jadi kau telah mendeteksi seluruh tubuhku dengan radarmu...?"     

"Absolutely !" jawab Anita mantap,     

"Menarik...."     

Mereka saling bertatapan, dan kemudian saling tertawa terbahak. tentu saja mereka sedang mentertawakan hal dengan point of view masing-masing. Anita tertawa karena ia yakin tidak merasa struggle dengan makan malam, atau merasa lapar selama kemacetan mereka, sedangkan Chen tertawa melihat kepolosan Anita menanggapi motive pembicaraan darinya.     

"Apa kau lapar ?"     

"Memangnya Apa yang bisa kau lakukan jika aku lapar ?, menyuruhku minum air hingga perutku kembung ?! Huh"     

Perut Chen sebenarnya sudah keroncongan sejak tadi, ia menolak tawaran makan siang dari management Villa demi efficiency waktu meeting, ia berpikir untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan dan kembali ke jakarta sebelum malam tiba. ia mempertimbangkan untuk makan malam dirumah saja. sejak kecil Chen termasuk picky dalam hal makanan. ia tidak bisa sembarangan makan di luar, ia mempunyai koki pribadi pada setiap hunian yang di miliknya dimanapun, yang bertanggung jawab menyiapkan breakfast, lunch, dinner dan snacks yang akan di santapnya saat ia tinggal disana.     

Chen menolak disebut neat freak atau OCD ( Obsessive Compulsive Disorder ), yaitu orang dengan gangguan obsesif kompulsif yang gila akan kebersihan dan kerapian. sikapnya ini lebih pada response pada kebiasaan yang ditanamkan padanya sejak kecil, hingga membuatnya merasa insecure jika tidak mematuhinya. intinya ia harus yakin bahwa apa yang masuk ke dalam mulutnya harus hygienists.     

Tidak disangka, mereka terkena macet di jalan, membuat perjalanan tidak semulus yang direncanakannya, jadi Chen hanya bisa bersabar dan menahan rasa laparnya.     

"Aku tidak sekejam itu, biar bagaimanapun kau adalah boss kecil-ku, dan aku akan berusaha menjagamu dalam perjalanan ini"     

"Kau !... tambah berani yah terang-terangan mengejekku !"     

"Hehehe jangan khawatir, boss kecil... aku akan bertanggung jawab padamu .. teng !! teng !!!" Anita langsung membuka tas miliknya dan menunjukkan harta karunnya pada Chen dengan mata bersinar cerah, "Katakan padaku, kau mau makan Roti apa ?"     

Matanya Chen langsung membelalak.     

"Dari mana kau mendapatkan Roti sebanyak itu ? apa itu masih bisa di makan ?" ucap Chen terkejut berbalut rasa takut, ia menatap kearah Roti dalam tas Anita dengan wajah ragu.     

Anita tampak speechless. bukan reaksi ini yang diharapkannya. di luar dugaan Chen bukannya terlihat exited, tapi justru tampak ketakutan pada Roti yang diperlihatkan Anita padanya. 'Huhh dasar penyakit orang kaya...' gumam Anita kesal, ia langsung menutup kembali tasnya dan memeluknya erat. ia merasa tersinggung dengan reaksi Chen yang seolah jijik pada Roti di dalam tasnya.     

"Kalau gak mau yaa sudah.. aku makan sendiri" Anita mengambil satu Roti miliknya dan langsung memakannya dengan lahap.     

Krurrrkk.....Krukkkk....Krrrkrr     

Terdengar suara perut berbunyi.....     

Chen menekan perutnya, wajahnya tampak memerah, seakan sedang marah pada perutnya yang tidak bisa di ajak kompromi. Chen melirik kearah Anita, ia menelan ludahnya dengan berat, Aroma Roti yang harum dan fresh tercium menggoda.     

"Apakah Roti nya masih fresh ?"     

'Tentu saja !!, Roti ini baru keluar dari panggangan siang tadi, dan ini adalah Roti butter terbaik yang pernah aku makan. memiliki texture yang lembut dengan rasa original nom... nom....', Anita tidak menjawab, ia pura-pura tidak mendengar ucapan Chen. ia tampak terus mengunyah Roti nya dengan penuh penghayatan.     

Chen menoleh kesamping. 'Sialan... dia benar-benar mengabaikanku ', Chen kembali menelan ludahnya dengan berat.     

"Bolehkah aku mencicipi sedikit ?"     

"Tidak boleh !!... Roti ini banyak kumannya. kau akan sakit perut selama seminggu jika kau nekat memakannya..."     

"Aku tidak percaya..."     

"Lihat aku menyimpan semua Roti nya dalam tasku yang penuh germ... " Anita sengaja membuka tas miliknya, untuk menakuti Chen.     

"Kau yah !!.... bilang saja kau tidak mau membaginya denganku...."     

"Aku sudah menawarkan sejak awal "     

"Tapi kau tidak ikhlas ..."     

"I do.... "     

"Kalau begitu, beri satu untukku...."     

"Baiklah.... tapi ingat... resiko ditanggung sendiri "     

"Diam !! cepat bukain plastiknya, aku lapar" gertak Chen kesal, menatap pada Anita dengan wajah tidak sabar.     

Anita terkekeh geli, ia tidak ingin mengerjai Chen lagi, ia tahu Chen benar-benar kelaparan, dan Anita segera membantu Chen membuka plastik bungkus Roti dan menyodorkannya ke tangan Chen. Sebelum Chen sempat mengambilnya, tiba-tiba mobil bergerak, kedua tangan Chen dengan sigap memegang setir kemudi dan ia fokus melajukan mobilnya lagi.     

Anita berinisiative, ia menyobek bagian samping Roti, lalu menyuapkan ke mulut Chen, Chen auto membuka mulutnya, lalu mengunyah Roti dengan patuh, wajahnya tampak berubah memerah namun matanya fokus melihat kearah jalan didepan, yang basah oleh guyuran hujan. Sambil menyuapi Chen, Anita juga menikmati Roti miliknya,     

Chen merasa terheran pada dirinya sendiri, yang tidak merasa jijik saat tangan Anita memasukkan Roti itu ke dalam mulutnya, ia merasa aneh, ini adalah pertama kalinya ia bisa menerima makanan dari tangan orang lain secara contact langsung seperti ini. bahkan ia ingin disuap lagi dan lagi.     

"Kok berhenti....", tanya Chen, setelah menunggu sekian lama, namun Anita tidak juga menyuapkan Roti lagi ke mulutnya.     

"Emang mau nambah lagi ?," Anita tidak tahu jika Chen masih lapar.     

"Kamu mau makan yang mana..." tanya Anita sambil menunjukkan isi tasnya lagi.     

"Yang kayak barusan...."     

"Ohhh.. "     

"Aku mau minum dulu, haus...."     

"Nih..." Anita menyodorkan sebuah air mineral dalam kemasan, ia telah membantu Chen membuka tutupnya.     

"Hmm...." Chen membuka mulutnya.     

"Bagaimana caranya ?, tidak ada sedotan, nihh minum sendiri...."     

Chen langsung menerimanya, dan meminumnya dengan terburu-buru. tapi Chen tidak melakukannya dengan baik, ia memuncratkan sedikit air mineral itu pada baju dan celananya.     

Anita yang sedang menunggu ia selesai minum, menatapnya dengan wajah super kesal.     

"Duh... kau benar-benar ceroboh sekali !! kelakuanmu seperti anak kecil,"     

Chen mengampit kedua bibirnya, menahan tawa. sambil pura-pura tetap sibuk menyetir, ia membiarkan Anita mengambil alih tubuhnya, mengeringkan bajunya yang basah oleh tumpahan air minum dengan tissue.     

"Tenggorokanku kering, aku masih haus...."     

"Huh, kau benar-benar merepotkan ! berhenti di depan. pinggirkan mobilnya sebentar.... "     

"Tidak sempat.... kita harus buru-buru, atau kita akan pulang kemalaman..."     

"Kau begitu dramatis.... kita hanya akan Minggir beberapa menit saja untuk minum, setelah itu kembali melanjutkan perjalanan .. apakah itu memakan banyak waktu ! "     

"Ayolah.... berikan botol minumanku tadi,"     

Anita lalu menyodorkan air mineral milik Chen dengan wajah galak.     

"Awass kalau sampai tumpahkan lagi yah... aku tidak akan membantumu !! kau urus dirimu sendiri ",     

"Ihh galak amat ..."     

"Bagus kalau kamu sudah tahu !!, jadi bersikap yang baik..."     

Mobil hanya dapat perlahan-lahan bergerak, selanjutnya berhenti lagi, Chen menatap Anita yang tertidur di kursi sebelahnya. kepalanya miring ke arahnya, dengan wajah menghadap ke depan.     

Chen terdiam membeku, menatap wajah Anita tidak berkedip.     

"Ehhh.... kenapa mobilnya berhenti...."     

"Kita sudah sampai ..."     

"Hah cepat amat ?!!"     

Anita langsung membenahi rambutnya yang berantakan, matanya yang kemerahan menatap kearah sekitarnya dengan linglung, Chen tersenyum geli melihat tingkah polos Anita yang kebingungan akibat baru bangun tidur.     

"Ehhh... kita ada dimana sekarang ...."     

"Di rumahku..."     

"Ohhh... Baiklah aku akan naik taksi pulang,"     

"Tidak, ...sebenarnya aku tadi ingin langsung mengantarmu pulang, tapi aku tidak tahu alamatmu.... kau tidak usah turun, aku akan langsung mengantarmu sekarang.."     

"Tidak perlu. Terima-kasih atas tawaran baikmu, aku akan pulang sendiri dengan taxi..."     

"Ayolah..."     

"Serius tidak perlu ...." jawab Anita dengan wajah bersungguh-sungguh. dan tatapan cerah Chen seketika meredup, Anita tahu Chen merasa kecewa dengan penolakannya, ia buru-buru menjelaskan, "Sebenarnya... emm... suamiku sedikit pencemburu, aku hanya tidak ingin ia salah paham padamu... kau tahu khan, pria manapun pasti akan marah jika melihat istrinya bersama pria lain.... apapun alasannya,"     

"Kau begitu melindunginya...."     

"Sudah seharusnya bukan... "     

"Iya, kau benar.... sudah seharusnya..."     

Chen mengangguk setuju. dan menundukkan kepalanya dengan putus asa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.