Shadow of Love

Kau takut padaku ?



Kau takut padaku ?

0Wajah Hans yang pada awal kedatangannya ke restaurant tampak sangat cerah dan bahagia, kini langsung berubah menjadi muram. Apalagi saat ia melihat Anita yang terus tersenyum dan tertawa lepas pada pria disebelahnya, membuat hatinya ingin membakar seluruh restaurant beserta isinya, Hans merasa marah, Isterinya itu bahkan tidak menunjukkan sisi hangat padanya dalam seminggu terakhir ini, Anita tetap bertahan dengan marahnya, meskipun ia telah menggunakan berbagai cara untuk meminta maaf dan berbaikan dengannya. bahkan meskipun Katty telah meminta maaf lewat klarifikasi dalam jumpa pers yang digelarnya beberapa hari yang lalu. namun semua itu Seolah tidak mampu melembutkan hati Anita.     

Ia tetap bersikap dingin padanya, bahkan saat makan malam di rumah bersamanya kemarin malam, ia masih berkeras tidak ingin berbicara padanya.     

Apa kelebihan pria itu dibandingkan dirinya, hingga Anita tampak begitu bahagia berada disisinya sekarang ini ?, Hans menebak-nebak siapa gerangan pria muda itu ?. Yang jelas pria itu bukan saudara atau sepupu Anita dari Makassar, karena ia mengenal hampir seluruh keluarga dekat isterinya itu. tapi tidak seorangpun yang mirip dengan pria itu.     

Anehnya Hans merasa sedikit familiar dengan wajahnya, sepertinya ia pernah melihatnya di suatu tempat ?, tapi ia benar-benar tidak dapat mengingat dimana dan siapa dia. Hans tidak dapat memastikan identitas pria itu dengan pasti.     

Lima menit kemudian....     

Saat rombongan pelayan datang untuk mengantar pesanannya, Hans telah kehilangan selera makannya, ia tidak punya nafsu makan melihat hidangan lezat di depannya.     

Tatapan mata Hans kembali melihat kearah Anita, dan dadanya seketika bagai terhimpit batu besar, sungguh, ia merasa sesak untuk bernafas, tatkala ia melihat Anita masih dengan tawa riangnya bersama pria itu. matanya terasa pedih melihatnya, dan semakin lama terasa semakin menyakitkan. ia sudah tidak tahan lagi, satu-satunya keinginannya sekarang hanya ingin segera merebut Anita-nya kembali ke sisinya.     

Tapi ia tidak ingin membuat keributan disini, ia punya reputasi yang harus dijaga. dan tempat ini adalah tempat prestige untuk membuat masalah. banyak tamu penting di restaurant ini yang berasal dari kalangan media, alangkah memalukan jika tersebar berita jika ia menangkap isterinya sendiri bersama pria lain.     

Hans mengambil dompet dalam saku celananya, ia tampak mengabaikan tawaran gadis cantik disampingnya yang mencoba menyuapi dengan hidangan lezat yang dipesannya.     

"Bukankah kau tadi bilang ingin makan steak di sini ?, ini cobalah...." gadis cantik itu menjulurkan garpu berisi potongan daging steak tepat ke depan mulut Hans. agar Hans mau mencicipinya. Hans menepis garpu itu pelan, ia menundukkan kepalanya, terus sibuk mencari sesuatu dalam kantong bajunya.     

Gadis itu akhirnya menarik tangannya kembali, dan langsung memasukkan steak ke dalam mulutnya sendiri, berusaha menikmati makanan mahal di depannya , gadis itu melumat daging steak dengan sangat elegant.     

Hans berdiri dari tempat duduknya,     

"Kamu makanlah sendiri. aku ada urusan mendadak, aku harus pergi sekarang," ucapnya ketus, sambil meletakkan sebuah cek dengan nominal puluhan juta di atas meja. Hans segera mengenakan kembali jas yang tergantung di belakang kursinya. dan langsung berjalan pergi meninggalkan gadis itu disana sendirian. gadis cantik itu awalnya terlihat kebingungan atas sikap Hans yang berubah drastic. moodnya berubah secara cepat bagai roller-coaster. Tetapi detik selanjutnya ia tampak tersenyum lebar, saat melihat cek dengan nominal besar yang diberikan Hans padanya. gadis itu langsung mencium kertas kecil di tangannya. 'ahhg terserahlah... yang rugi juga dia sendiri... yang penting aku bisa beli iPhone terbaru inncaran ku kemarin... ohh .... senangnya.....', seru gadis itu dalam hati. sambil menatap kepergian teman kencannya dengan wajah riang.     

Hans berjalan keluar restaurant dengan perasaan marah. sampai di pintu restaurant. Matanya kembali mencuri pandang kearah meja anita. saking senangnya, Anita bahkan sama sekali tidak menyadari kehadirannya disana. Anita tampak asik menikmati makanannya dengan lahap. Mata Hans terasa pedih melihatnya, ia langsung membuang muka, darahnya seolah bergolak mendidih. dengan langkah arrogant ia keluar restaurant.     

Setengah jam kemudian, Chen dan Anita telah selesai dengan makan malam mereka. Anita melihat kearah jam tangannya, dan menyadari sudah pukul sembilan malam. itu memang belum terlalu larut, bagi sebagian orang. tapi bagi dirinya ini sudah melewati jam batasnya. pada awal ia meminta ijin untuk bekerja, Hans setuju asal dirinya menepati seluruh rules yang di tetapkannya, salah satunya mentaati batas waktu agar sebelum jam enam sore ia harus sudah berada di rumah.     

meskipun akhir-akhir ini, tanpa sepengetahuan Hans ia telah beberapa kali melanggarnya. beruntung saat ini mereka sedang perang dingin, jadi ia tidak perlu meminta maaf dan menjelaskan alasan keterlambatannya pulang.     

"Aku akan mengantarmu pulang... ini sudah larut.." ucap Chen menawarkan diri mengantar Anita pulang.     

"Tidak apa-apa, aku akan naik taksi dari sini ",     

"Jangan menolak, aku free kok, lagian sangat tidak etis dilihat, aku yang mengajakmu makan malam bersama, tapi menelantarkanmu pulang.."     

Anita terdiam, ia tampak berpikir sejenak, 'Apakah baik-baik saja jika nanti Hans melihatku pulang kerumah di antar Chen ?',     

'Ahh tapi akhir-akhir ini ia juga sangat sibuk, bahkan kemarin juga ia tidak pulang ke rumah...', Anita menatap Chen dengan seksama 'baiklah aku akan menerima tawaran baiknya, itung-itung sebagai ucapan Terima-kasih atas dinner mahalnya, lagian besok ia sudah tidak berkantor di Jakarta lagi, anggap ini sebagai ucapan perpisahan seorang teman,'     

"Oke.... Terima-kasih yah" jawab Anita sopan.     

Chen tersenyum dan langsung membuka pintu mobil untuk Anita, berlagak layaknya seorang lelaki gentlemen. Anita tersenyum geli, saat melihat Chen membungkukkan setengah badannya mempersilahkannya duduk di kursi depan, namun sebelum Anita sempat masuk ke dalam mobil, ia mendengar suara klakson mobil dari arah belakang. Anita sontak menoleh dan melihat Roll Royce hitam milik Hans terparkir tidak jauh di belakang mobil Chen.     

Pak Azka. sopir pribadi Hans menurunkan kaca jendela dan berkata dengan setengah berteriak.     

"Nyonya... Tuan meminta saya untuk mengantar anda pulang", Anita mengeryitkan keningnya sedikit, 'Hans mengirim sopir kesini ?, Bagaimana ia tahu aku berada di sini ?', Hatinya tiba-tiba merasa gentar, Anita segera menganggukkan kepalanya, memberi kode pada pak Azka untuk menunggunya sebentar.     

"Seperti yang kau lihat, Lagi-lagi kau tidak punya kesempatan untuk mengantarku pulang ke rumah Mr Chen hehehe",     

"Hmm rupanya keberuntungan tidak berpihak padaku,... sayang sekali " ucap Chen menampilkan wajah bersedih. "Baiklah, aku mengerti....", Anita baru membalikkan badannya kebelakang, namun Chen buru-buru menepuk bahunya pelan, tiba-tiba Chen merasa khawatir, "Apa kau yakin akan baik-baik saja ?", Sebelumnya Anita telah secara terbuka mengatakan jika suaminya seorang pencemburu. Chen tiba-tiba merasa takut jika pertemuan mereka ini akan membawa masalah bagi Anita nanti.     

"It's okay...." Anita memberi sebuah senyuman meyakinkan "Suamiku seorang yang pengertian, ia akan dapat menerima penjelasan jika aku berkata jujur dan memberi alasan logis padanya... ."     

Lagian ia makan malam di restaurant public, dan tidak merasa melakukan sesuatu yang aneh dengan Chen, jadi apa yang harus ditakutkan. Anita berusaha menghibur dirinya sendiri.     

Mendengar itu Chen merasa lega, "Baiklah... kalau begitu hati-hati dijalan yah... sampai jumpa lagi" Chen mengangkat satu tangannya keatas say bye-bye.     

Anita mengangguk, dan berjalan menuju mobil Roll Royce hitam milik Hans. ia membalas mengangkat satu tangannya keatas sebelum membuka pintu belakang mobil. namun begitu pintu dibuka. ia terkejut. dalam cahaya remang-remang mobil, Anita melihat sosok tegap duduk dengan angkuh di kursi belakang. wajahnya tampak arrogant. matanya yang tajam menatapnya bagai elang yang siap menerkam ikan yang sejak lama diincar menjadi targetnya. Anita spontan melangkah mundur, membalas menatap dengan waspada. tetapi langkahnya terhenti saat tangan kuat pria itu seketika menariknya mendekat. ditarik secara tidak terduga Anita menjerit dan kehilangan keseimbangan, Anita mencoba meraih langit-langit mobil untuk bertahan, tapi tangannya juga ditarik paksa hingga akhirnya ia terjatuh diatas tubuh Hans.     

Wajah Anita mendarat pada dada Hans, sementara tangannya menyentuh sesuatu yang hangat, tanpa sadar Anita memegang benda itu, yang terasa lembut tetapi kemudian menjadi lebih keras, Anita terkejut. Tiba-tiba ia menyadari apa itu. ia buru-buru melepaskannya. dan wajahnya cepat-cepat mendongak keatas.     

Tatapan mereka bertemu, nafas mereka saling bertabrakan, dan Jantung Anita berdetak dengan cepat. Anita merasakan amarah yang membuncah hebat pada tatapan mata Hans padanya. Anita bergidik ngeri. Hans tampak begitu menakutkan. Anita berusaha menggeser pantatnya, berusaha menjauh dari Hans, tapi pinggangnya tidak dapat bergerak, sepasang lengan kuat Hans tampak melingkar kuat di pinggangnya.     

"Kau takut padaku ?"     

Mata Hans yang gelap menatap Anita dengan lekat, sangat mengintimidasi. Anita speechless. ia tiba-tiba merasa seolah seluruh ruangan dalam mobil berubah menjadi dingin, tiba-tiba Hans meraih dagu Anita dan memegangnya dengan kuat. Hans dapat merasakan tubuh istrinya sedikit bergetar.     

"Kau merasa takut padaku bukan ?!" Hans mengulangi pertanyaannya. Anita mengepalkan jemarinya, 'Takut ?, tentu saja. lihatlah wajahmu kini... kau bahkan lebih menakutkan dari pembunuh berdarah dingin pada thriller televisi !!', melihat isterinya masih terdiam Hans meremas dagu Anita lebih keras. Anita mengerutkan kening, mengaduh kecil. "Ounch !"     

"Kalau kau merasa takut, kenapa kau berani berkhianat padaku !!"     

"Aku tidak mengkhianatimu..." Anita menggelengkan kepalanya, bibirnya terasa kaku untuk berbicara, ia seakan dapat mendengar suaranya sendiri yang terdengar gemetar "D-Dia hanya teman kantor..," jawab Anita, berusaha menjelaskan dengan singkat dan padat.     

Hans menunduk dan melihat payudara Anita yang menempel di dadanya. belahan dadanya yang rendah sedikit bergerak saat Anita bernafas. dan hanya satu lirikan telah membuat pikiran Hans gila.     

"Memakai kemeja berpotongan rendah begini untuk pergi dinner dengan seorang teman kantor ? apakah pantas ?!" Anita menjadi salah tingkah, sebenarnya kondisi kemejanya tadi tidak begini, ia mengenakan kemeja standard kantor yang sopan, sebelum incident Hans tiba-tiba menariknya dengan kuat masuk kedalam mobil tadi, yang menyebabkan satu kancingnya accidentally terlepas dari tempatnya. hingga membuat kemeja yang dikenakannya kini seperti model berpotongan rendah. faktanya Hans telah salah persepsi padanya, tapi lidahnya yang biasanya lincah menyangkal kini tiba-tiba terasa kaku untuk membelanya.     

Anita berjuang untuk bangun. tetapi kedua lengan Hans justru menjepit tubuhnya kian erat, dengan gerakan cepat tangannya mengangkat tubuhnya keatas pangkuannya. Hans merapatkan tubuh Anita merekat padanya. membuat wajah bertemu wajah, dada bertemu dada, dan membuat suara nafas mereka yang memburu saling bertabrakan. Anita dapat merasakan sesuatu yang keras seolah mendesak ingin menembus rok kerja dibawahnya sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.