Shadow of Love

Gak punya waktu ngurusin urusan orang



Gak punya waktu ngurusin urusan orang

0"Sepertinya nita sedang dalam masalah lagi?", Prastian mendengus pelan, membuang nafasnya berat. tatapan matanya tampak fokus membaca berita tentang kedekatan Hans dan Katty, yang masih dibahas media online dengan pemaparan berita yang tampak objective. "Kau mengkhawatirkannya ?, kenapa kau tidak menelfonnya saja ?" ucap Jenny santai, sambil menelan ice-cream dalam sendok kecil ditangannya.     

"Ide bagus !" Jawab Prastian spontan, ia segera mencari nomor contact Anita yang sudah lama tak di sapanya.     

Jenny segera menyembunyikan wajahnya ke samping, rasanya ia ingin sekali meninju wajah menyebalkan di depannya itu. sebenarnya tadi ia hanya berucap asal, ingin menguji kesetiaan pacarnya saja, tidak disangka Prastian langsung jatuh ke dalam jebakannya. 'Dasar laki-laki tidak berprinsip !!' batin jenny geram. ia langsung membuang ice creams dalam mangkuk kemasan ke tong sampah didekatnya, dan pergi meninggalkan meja makan dengan wajah jengkel.     

Saat ingin memencet nama Anita dilayar ponselnya, tiba-tiba Prastian merasa ragu, dengan wajah polos ia mengangkat dagunya dan memanggil Jenny, "Ehh Jen... kau saja yang menelfonnya yah..."     

"Ogahh !!, gak ada urusan !!" jawab Jenny dengan nada ketus.     

Prastian tertegun mendengar kata-kata kasar Jenny. "Kokk ngomongnya gitu.... biar gimanapun, Nita khan teman kamu juga...."     

"Kalau kau begitu mengkhawatirkannya, kenapa kau tidak datang kerumahnya dan membawanya lari saja...."     

Prastian kaget, menatap kearah jenny yang sedang berjalan menuju kamarnya dengan tatapan tidak mengerti. Kenapa Jenny tega bicara begitu sadis pada Anita... bukankah mereka sohib ? bahkan mereka terlihat sangat akrab selama ini, layaknya saudara.... apa sesuatu terjadi di antara mereka ?, apa ada salah paham?, tapi kenapa aku tidak diberitahu...?     

"Apa magsudmu....", Prastian berdiri dari duduknya, menyusul Jenny ke kamar.     

"Aku hanya memberi solusi padamu..."     

"Tunggu dulu .... apa kalian sedang marahan ??" Prastian mengeryitkan keningnya, melihat raut wajah Jenny dengan seksama, ia menyadari jika ekspresi Jenny tidak seperti biasanya.     

"TIDAK !!" jawab Jenny tegas, memasang wajah garang yang siap menyerang. Prastian terpana. Namun detik selanjutnya ia langsung terkekeh geli, kedua tangannya langsung meraih pinggang Jenny dan memeluknya erat.     

"Minggirr... ngapain ketawa... gak ada yang lucu !!"     

"Ayolah.... aku tahu kamu sedang marah khan",     

"Enggak !!.. minggir sana..."     

"Kamu sangat menakutkan kalau sedang marah .... " Ujar Prastian sengaja menggoda,     

"Baru sadar ?!"     

"Jangan marah dong... cuma becanda doank kok ...hahaha sensitive amat..."     

"Siapa bilang aku sedang marah !! woiii lepasin pinggangku nyett !!"     

"Dan monyet ini sangat senang menaikimu lagi, sebaiknya kau bersiap diri... hahaha."     

"Le-pas !!"     

"Hahaha..."     

Mereka bergulat di tempat tidur untuk saling menundukkan. hingga Akhirnya Jenny berhasil memenangkan situasi. Prastian tampak terkapar diranjang sementara Jenny mengunci tangannya dibelakang dengan posisi duduk tegap diatas tubuhnya.     

"Sudah... sudah... aku ngaku kalah .... buruan lepasin dong..."     

Siapa yang bisa mengalahkan Jenny yang seorang pemegang sabuk hitam taekwondo. masalah technik mengunci lawan adalah hal kecil baginya. tidak peduli sebesar apapun lawannya, jika ia serius menanggapinya akan menjadi tidak mudah dapat mengalahkannya.     

"Jenn.... jangan marah please.... aku hanya mengkhawatirkan nita sebagai seorang teman. percayalah padaku, aku sudah tidak menyimpan perasaan seperti dulu pada nita .... ini adalah murni pertemanan... kau tahu khan... aku bertemu dengannya sejak masih SMA... hubunganku dengannya kau sudah sangat jelas khan...."     

"Aku hanya berpikir, akan lebih baik jika kita bersamanya dalam situasi ini... Nita tidak banyak bergaul, dia sangat tertutup pada orang lain, hanya denganmu dan aku dia bisa bercerita masalahnya, aku hanya merasa prihatin dengan kondisi rumah tangganya, kau jangan berpikir terlalu jauh, kau mengerti magsudku khan...."     

Jenny terdiam. ia tahu Prastian berkata jujur. tapi ia juga wanita biasa, punya perasaan cemburu, dan terus terang kedekatan Prastian dan Anita dimasa lalu begitu menganggunya. ia merasa seperti orang asing di antara keduanya.     

"Baiklah, aku akan menelfonnya...." Jenny langsung merebut ponsel Prastian dan segera memencet nomor Anita. ia ingin menunjukkan sisi sportive nya pada Prastian. lagian ia juga merasa bersalah pada Anita, ia mengetahui segalanya, tapi berpura-pura buta di depannya.     

Hans merobek pakaian anita. dan langsung menyetubuhi Anita dengan arrogant, Hans melakukannya nyaris tanpa foreplay. Anita merintih menahan perih. ia berkali-kali berteriak dan memberontak, memohon ampun pada Hans untuk berhenti. tetapi teriakkannya justru bagai dorongan semanggat Hans untuk semakin meluapkan gairahnya pada isterinya itu, meskipun ia tahu ini menyakitkan buat Anita, ia memang tidak berencana mencumbunya, ia hanya ingin menghukum Anita.     

Ponsel Anita bergetar dan menyala, Hans melihat kearah cahaya ponsel yang terdampar tidak jauh dari posisinya, Nama Prastian muncul pada layar ponsel milik isterinya itu, seketika membuat kemarahannya kian berkobar membara.     

"Kau masih berhubungan juga dengan Prastian ?!"     

Anita meremas sprei dengan kuat, menahan hentakan pusaka Hans yang menyodok kuat dalam dirinya. ia bahkan tidak mendengar ucapan Hans. Hans mengangkat pinggangnya keatas, pantatnya ikut terangkat keatas. tubuhnya yang tengkurap kini menjadi menungging.     

"Jadi kau tidak pernah benar-benar mencintaiku selama ini khan ?"     

Nama Prastian kembali muncul di layar ponsel Anita, Hans melihatnya. dengan penuh amarah ia kembali menyodokkan pusakanya dari arah bawah dengan arrogant. sembari kedua tangannya meremas payudara anita yang terayun-ayun erotis.     

Anita menggigit bibirnya dengan kuat. ia benar-benar menyerah, tubuhnya menglulai kebawah, tidak sanggup menahannya lagi. namun Hans belum, !! ini hanya permulaan baginya. Ia lalu merubah posisi Anita, membalikkan tubuhnya terlentang, ia meletakkan satu kaki ramping Anita dipundaknya. kemudian kembali menghujam pusakanya masuk dalam Anita kuat-kuat. Anita menjerit, ia mencengkeram kedua tangan Hans dengan kuat, ia menggelengkan kepalanya berulang kali, meminta berhenti.     

"Sepertinya Nita sudah tidur sekarang..." Jenny menyerahkan smartphone canggih itu pada Prastian,     

"Iya juga. sudah hampir jam sebelas malam, mereka pasti sudah tidur, ...     

"Jenn... kuserahkan padamu !!, kalian khan bestie, Katakan saja padaku jika butuh sesuatu yang bisa kubantu...."     

"Huh, aku banyak kerjaan, gak sempat ngurusin urusan orang !!"     

"Shttt !! gak boleh ngomong kayak gitu... " Prastian meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Jenny dengan lembut, sambil menggelengkan kepalanya, ia seperti ingin menginggatkan Jenny agar speaks Nicely.     

"Minggirr !!"     

Jenny mendorong tubuh Prastian. ia langsung menarik selimutnya, dan pura-pura memejamkan mata.     

Hans tersenyum sinis, "Kau ingin begini khan.... Aku akan memberimu lebih dari yang bisa diberikan para lelakimu..."     

"Maafkan aku.... " rintih Anita.     

"Jadi kau mengaku salah... kau mengakui telah mengkhianatiku khan !!" Hans mendorong pusakanya lebih dalam lagi, Anita telah sampai di puncak nya, cairan hangat kembali keluar dari miliknya sana. Hans merasakannya, ia tersenyum samar. Anita menyerah lagi.     

Hans belum !!, Anita terbaring lemas. ia kini hanya bisa berbaring pasrah, membiarkan tubuhnya dikuasai Hans dengan bebas. tapi saat ujung penis itu kembali menohok sebuah bagian ekstrem di dalam sana. Anita tidak bisa lagi berlagak lemas. ia kembali memekik dengan keras sambil memukul tubuh Hans sekenanya.     

Ketika ia menunjukkan perlawanan, Hans terlihat semakin garang. Hans membalikkan tubuhnya ke posisi menungging, lantas kembali menenggelamkan barangnya ke Liang intim Anita. lalu memacunya dengan beringgas. tubuh anita terguncang-guncang akibat hentakan Hans yang kian kasar. Anita merasa seperti diperkosa, Hans terus menyetubuhinya semalaman tanpa henti... hingga ia tidak berkutik dibuatnya.     

Hari telah beranjak siang, Namun Hans belum bangun juga dari tidurnya, jam meja disamping tempat tidur telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, awalnya Anita mengira Hans akan pergi bekerja seperti biasanya, karena hari ini adalah hari kerja, biasanya dihari kerja seperti sekarang, ia akan sibuk dengan jadwal meeting dan mengurus segala urusan perusahaan. namun hingga sekarang, Hans tampak tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari tidurnya, ia seolah menganggapnya seperti hari minggu, dan ia bisa bersantai tiduran dirumah.     

Anita hampir tidak dapat bernafas, bahkan saat tidur sekalipun Hans memeluknya dengan erat, seolah ia sangat takut jika dirinya akan meloloskan diri darinya. Anita mengeryitkan keningnya sedikit, 'Kenapa aku tidak memikirkannya ?' tiba-tiba tersirat opsi melarikan diri dalam benaknya.     

Ia lalu mengangkat tangan Hans dari atas perutnya dengan gerakan hati-hati, mencoba melepaskan diri dari pelukannya.     

Ough !!, ia mengerang tertahan, ia merasakan nyeri pada pinggangnya ketika digerakkan. Anita mencoba untuk bangkit perlahan, Aaghhhh !!.... tubuhnya terasa hancur lebur. terasa sakit disana sini.     

"Mau kemana..."     

Anita tersentak seketika. spontan ia menepuk tangan Hans karena telah mengaggetkannya.     

"Mau pipis, udah gak tahan...." Anita lalu menghempas tangan Hans untuk melepas pelukannya padanya, Hans mencoba membuka matanya, dengan malas, ia ikut bangun dan mengikuti langkah Anita.     

"Kamu ngapain..."     

"Temenin kamu. bukankah mau ke bathroom ....?"     

"Kamu lanjutin tidurmu ... kembali ke tempat tidur sana.... kau masih ngantuk... aku bakalan lama pakai toilet..."     

"Ohhh "     

Hans mengerti, dan segera membalikkan badannya kembali ke tempat tidur, Anita tersenyum samar, ia lalu menutup pintu kamar mandi.     

Beberapa menit kemudian ....     

Anita melangkah dengan kaki berjinjit, ia langsung menuju pintu kamar untuk membuka pintu, ia bermagsud keluar kamar, ia menarik gagang pintu dengan pelan, tapi anehnya pintu kamar tidak bergeming. ia kemudian menariknya dengan kuat, tetapi mengapa tetap tidak bisa dibuka. ia menaikkan buka-an pintu berwarna hitam diatas gagang pintu, dan mencoba memencet password untuk membukanya. suara password dipencet terdengar menggema dalam kamar yang sunyi itu. Anita memejamkan matanya, berharap Hans masih tertidur pulas dan tidak mendengarnya.     

Ia membuka matanya kembali, ia bersyukur Hans masih tampak tertidur di posisinya semula, ia menghempas nafasnya lega. 'Sial, kenapa pintunya gak bisa dibuka sihh, apa rusak ?', ia kembali menarik pintunya sekuat tenaga.     

"Butuh bantuan...."     

"Iyaa nih... pintunya rusak !! gak bisa dibuka !!" jawab Anita polos. Namun detik selanjutnya, ia merasa punggungnya menjadi dingin, wajahnya langsung memucat, saat menyadari Hans telah berada dibelakangnya.     

"Memang, kau mau kabur kemana ?"     

"Kabur apann sihh... aku cuma mau lihat Bryan doank kok...."     

Tanpa menunggu penjelasan bohong Anita selanjutnya Hans langsung menarik tangan isterinya untuk kembali ke ranjang, Hans lalu menindihnya lagi, membuatnya tidak bisa berkutik.     

"Aku ingin bercinta lagi..."     

"Hans aku capek sekali...."     

"Nyatanya kau punya tenaga untuk kabur tadi.."     

"Enggak...., Aku hanya ingin kebawah lihat Bryan sebentar kok, lagian ini sudah jam sepuluh lewat....apa kau tidak merasa lapar ?"     

"Hmm aku lebih tertarik memakanmu.... daripada makan yang lainnya..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.