Shadow of Love

Menusuk pisau dari belakang



Menusuk pisau dari belakang

0Di meja makan, Hans meletakkan ponselnya dan melanjutkan melahap makanannya. berpura-pura tidak memperdulikan semua pesan yang menumpuk di ponselnya. Anita menambahkan beberapa jenis lauk ke piring Hans, mereka menyantap makan malam yang di siapkan ibu, sembari berbincang dengan hangat.     

"Kalian menginap saja di sini malam ini yah... mamah masih kangen sama Bryan .." ujar Ibu sengaja menunjukkan ekspresi wajah memelas.     

Anita menoleh, tatapan matanya menatap Hans lekat, seolah sedang memberi kode pada suaminya itu untuk membuat keputusan. baginya, tidak masalah jika harus menginap semalam di rumah ibu. karena ia tidak punya rencana penting esok hari, selain ada rencana pergi ke salon untuk perawatan rambut. tapi itu bukan kepentingan mendesak, ia bisa menunda melakukan perawatan rambutnya kapan-kapan, jika pass ada waktu luang.     

"Tidak bisa bu ... Hans besok pagi harus meninjau lokasi.. "     

"Huh... besok khan hari minggu !! masa kamu masih kerja juga. jadi kapan waktu liburmu sebenarnya, ?"     

"It's just a coincidence bu..., biasanya hari minggu Hans dirumah saja, tapi besok Hans sudah ada janji ketemu teman bisnis Hans di kebon jeruk, kebetulan ia menawarkan lahan kosongnya pada Hans, dan besok Hans mau kesana untuk melihatnya, "     

"Emangnya mesti kamu sendiri yang harus datang meninjaunya kesana ?!! Apa fungsinya ratusan karyawan yang kau pelihara di kantormu itu ? kalau gak bisa menghandle masalah sepele seperti ini ?, apa mereka cuma buat pajangan saja gitu ?!!"     

"Ahhh, ibu ... masalahnya Hans harus melihat sendiri lokasi itu.... agar bisa tau bagaimana prospectnya kedepan, juga agar bisa negoisasi tentang harganya. itu tidak bisa diwakilkan siapapun bu," jelas Hans meyakinkan.     

Ibu tampak menggembungkan kedua pipinya kesal, ia seolah hilang harapan untuk bisa membujuk Hans, tapi wajahnya seketika cerah kembali, beralih menatap Anita dengan wajah exited.     

"Kalau begitu kamu dan Bryan saja yang nginep disini semalam yah nitt... gimana ?"     

"Terus Hans gimana dong mah, Nanti gak ada yang temenin dia tidur khan mah..." jawab Anita polos, menolak keinginan ibu dengan halus.     

"Halah ... ngapain harus selalu temenin dia tidur... sekali-sekali suruh dia tidur sendirian nitt .... biar tahu rasanya gak ada kamu disampingnya ..."     

Hans langsung memasang ekspresi protest pada ibu.     

"Ibu !, bukannya seneng liat rumah tangga anaknya adem ayem, ini kok malah jadi kompor sih"     

"Huhh namanya juga usaha ..."     

".. Yaa sudah, ibu gak akan maksain kalian nginep disini ... "     

"Mah... mamah jangan sedih... Nanti nita bakal sering-sering ajak Bryan kesini yah.... atau nanti jika mamah ada waktu kosong, nita bisa suruh pak Azka antarin mbak fitri dan Bryan kesini untuk main yah...."     

"Iya... iya... begitu juga boleh... Terima-kasih Sayang... kamu memang anak mamah yang paling baik", balas ibu, matanya melirik kesal kearah Hans. Anita tersenyum lembut, menepuk punggung tangan ibu yang mengenggam erat satu tangannya. Hans tersenyum kecil, merasa puas dengan kedekatan isterinya dengan ibunya.     

.     

.     

Anita melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia harus segera sampai kerumah, sebelum Hans pulang dari kantor. sampai di rumah ia bergegas membersihkan badannya. kemudian ke ruang wardrobe untuk mengambil pakaian ganti.     

Tiba-tiba tatapan matanya tertuju pada jas berwarna abu-abu milik suaminya yang jatuh tergeletak dilantai. Anita mengerutkan keningnya keatas, rupanya ia lupa merapikannya kemarin. ia buru-buru mengambil jas itu dari lantai. bermagsud ingin menaruhnya ke dalam keranjang khusus pakaian kotor yang tersedia diujung ruang wardrobe. tapi saat ia meraih jas itu, ia dapat mencium bau aneh, yang sangat familiar di kantong jas milik suaminya itu, diliputi rasa penasaran, Anita lalu merogoh setiap kantong jas itu.     

Sesaat kemudian tangannya meraih sesuatu yang licin dari dalam salah satu kantong itu,     

"Ewww apaan sih.... menjijikkan sekali...." dengan rasa jijik ia meraih barang itu keluar dari kantong.     

Seketika mata Anita membola lebar, wajahnya langsung berubah memerah penuh amarah. Anita tampak shock dan speechless menatap barang temuannya itu. Anita menemukan sebuah celana G string berwarna hitam, yang masih basah berlumur cairan berada dalam kantong jas milik suaminya. dan itu bukan miliknya.     

"Apa artinya ini.....?" Air matanya mengalir deras, tanpa dapat dibendung lagi..     

Anita mencoba menenangkan dirinya sendiri. ia menarik nafas panjang dan mengeluarkan dengan perlahan. ia terus mengulanginya berkali-kali. dalam kekacauan perasaannya, ia mencoba berpikir realistic, mencoba membuka berbagai alasan yang mungkin terjadi.... namun meski ia sudah berusaha menalar dengan pikiran logisnya, tapi mengapa hatinya terasa begitu hancur. sekuat tenaga ia mencoba untuk tidak berburuk sangka, tapi mengapa hatinya terasa tidak tertolong lagi.     

Anita terduduk lemas dilantai. air mata terus mengalir membanjiri wajah cantiknya.     

"Sa~yang....." Suara Hans terdengar memanggil. ia mendengar suara pintu kamar ditutup. dan suara langkah sepatu Hans perlahan berjalan kearahnya. rupanya dia baru pulang dari kantor. Anita segera menghapus air matanya. dan bangkit dari duduknya.     

"Hei, kamu disini yah..." sapa Hans lembut, "Kok aku gak disambut sih..."lanjutnya manja, langsung memeluk pinggang Anita dan mengecup lehernya dengan mesra. Anita memaksakan diri untuk tersenyum.     

"Kamu baru selesai mandi yah, wangi banget" Hans sengaja mengendus-endus leher Anita penuh nafsu.     

Anita menepis wajah Hans dari lehernya, "Aku mau ganti baju dulu, disini dingin...."     

Hans bisa merasakan tubuh Anita memang terasa dingin, ia segera melepaskan pelukannya, membiarkan isterinya itu berganti baju.     

Anita pergi ke bagian wardrobe baju miliknya, ia mendengar ponsel Hans berbunyi, Hans tampak mengambil ponselnya dan melihat siapa gerangan yang menelfonnya, Anita pura-pura sibuk mengambil baju, ketika Hans meliriknya, seolah Hans sedang memastikan ia tidak peduli sedang menerima telfon dari siapa. Hans menyentuh layar smartphonenya dan menerima panggilan telfon itu dengan santai, sambil berbicara ia pergi menjauh pergi menuju keluar ruang wardrobe, Hans berjalan keruang tidur.     

Anita segera mengenakan bajunya dengan cepat, dan diam-diam membuntuti langkah Hans dari belakang. Anita mengeryitkan keningnya, tidak biasanya Hans berbicara sangat lirih. Apa yang ia takutkan ??, selama ini ia selalu berbicara dengan lantang saat menerima telfon dan membahas tentang masalah bisnisnya dirumah, toh tidak ada seorangpun yang akan membocorkan urusan bisnisnya keluar.     

Entah mengapa hati Anita merasa tidak sabar, tanpa sadar ia berjalan mendekati Hans dan langsung merebut smartphone dari gengaman tangan suaminya itu..     

Hans sontak terkejut dengan aksi tidak terduga isterinya, wajahnya membeku, matanya terpukau menatap kearah Anita.     

Seolah baru tersadar dengan apa yang terjadi Hans buru-buru ingin merebut smartphonenya dari tangan istrinya. Anita langsung memberi kode 'stop' dengan tangannya. ia membuka satu tangannya dan menahan tubuh Hans, memperingatkan Hans untuk tetap diam ditempatnya.     

Anita sengaja menyentuh tanda 'loudspeaker ' untuk sama-sama mengetahui apa yang sedang dibicarakan penelfon diseberang sana.     

"Honey.... besok kita ketemu lagi yah, .. tadi aku belum puas taukk …"     

wajah Hans langsung terlihat pucat pasi, "Diam kau...!!!" bentak Hans gugup, ia bahkan tidak bisa menyangkalnya lagi.     

Anita menatap kearah Hans dengan nanar,     

"Kau kenapa..... pasti sedang high lagi yah hehehe "     

"Kau bisa datang lagi kesini jika masih mau, aku akan melayanimu kapan saja..."     

"Honey kau tidak perlu bergantung pada Wanita piaraan dirumahmu itu, untuk apa kau terus menyenangkannya.... kau terlalu berharga untuknya..."     

"Aku bilang diam kau !!, dasar wanita Sialan !!" bentak Hans panik, sambil wajahnya terus menatap kearah Anita dengan takut.     

"Hahaha dulu aku sangat takut jika kau marah dan membentakku begini, tapi sekarang aku sudah tidak takut lagi, aku tahu kau tidak benar-benar sedang marah.... kau hanya sedang mengertakku saja khan hehehe "     

Tombol cerewet Katty seolah baru saja diaktifkan.     

"Aku tahu kau sebenarnya muak pada isterimu itu khan.... ia terlalu pasih dan tidak bisa memuaskanmu sepertiku...."     

"Tenang saja honey .... aku selalu menunggumu kapanpun kau mau. aku sekarang masih ada di Apartment kita jika kau mau kembali ... "     

Anita hanya terdiam tidak bersuara, dadanya terasa sesak untuk bernafas, ia menundukkan wajahnya kebawah. tanpa berbicara ia berjalan mendekati Hans dan langsung mengembalikan smartphone ke tangan Hans.     

Anita sudah merasa cukup mendengar semuanya.     

"Sa~yang... ", Hans menerima ponselnya dengan tangan bergetar, ia buru-buru mematikan ponselnya, ia mengejar Anita dan berusaha meraih bahunya, tapi tangannya langsung terhempas, bahkan sebelum mendarat di bahu Anita.     

dengan gerakan reflect Anita menipis tangannya itu dengan kuat.     

Anita menatap Hans sejenak. lalu tiba-tiba ia tertawa dengan suara rendah. tawanya terdengar dingin dan sarkastik. wajahnya menunjukkan ekspresi kejam yang sempurna. padahal dalam hatinya kini teramat sangat sakit. hingga rasanya tidak tertolong lagi.     

Anita hanya bisa melindungi dirinya sendiri, ia tidak ingin terlihat lemah dan menyedihkan dihadapan Hans. sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak tumpah, ia tidak mau menjadi bahan lelucon untuk Hans dan kekasihnya.     

"Jangan berani menyentuhku," ucap anita pelan. suaranya terdengar tajam penuh amarah.     

"Sayang... ini tidak seperti yang kau pikirkan.. "     

"Memangnya kau tahu apa yang sedang kupikirkan ?!"     

"Sa~yang...",     

"Listen to me. Aku Anita Marie, aku selalu jujur jika mencintai seseorang. aku lebih suka berbuat jahat secara terang-terangan. karena aku tipe orang yang tidak suka bermain curang, bermain dengan cara licik dan sembunyi-sembunyi. apalagi menusuk pisau dari belakang, karena menurutku, itu bukan tindakan seorang lelaki sejati, lebih tepatnya itu tindakan seorang pengecut!!"     

"Sebenarnya, kau hanya perlu bicara jujur jika sudah tidak mau denganku, tidak perlu berpura-pura bahagia dan bertahan dengan situasi yang membuatmu muak. bukankah itu menyiksa diri sendiri ?? menyedihkan sekali.",     

"Sa~yang.... maafkan aku... sayang...."     

Hans menatap Anita memohon, tanpa berani menyentuhnya sama sekali.     

Anita melempar pandangnya kedepan, lalu berjalan tertatih menuju ke ruang wardrobe. Hans membuntuti langkahnya di belakang.     

"Aku menemukan ini, .. suruh dia membersihkan dengan baik setelah bercinta, ... jangan jorok. meninggalkan barangnya dalam saku jas-mu. itu sangat menjijikkan...."     

Anita langsung melempar celana G string berwarna hitam itu kehadapan Hans, lalu segera berjalan keluar dari kamar.     

Anita mengunci pintu kamarnya dari dalam. ia menyandarkan tubuhnya di pintu. dan Air matanya tiba-tiba mengalir deras tidak terbendung lagi. ia menutup matanya. membiarkan hatinya yang rapuh meratap pilu.     

Anita membenamkan wajahnya pada bantal putihnya. 'Hans mengapa kau tega melakukan ini padaku...'     

'Kenapa kau begitu kejam padaku....'     

'Apa salahku ... '     

Hans tidak berhenti mengetuk pintu kamar dan terus meminta maaf pada Anita. "Sayang.... buka pintunya, aku minta maaf, aku mohon percayalah padaku... aku tidak pernah mengkhianatimu..." ucapnya pilu, dengan suara penuh penyesalan, Anita sengaja menutup kedua telinganya, ia menutupi seluruh kepalanya dengan bantal, ia tidak ingin mendengar penjelasan apapun lagi dari suaminya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.