Shadow of Love

Hingga kamu siap bertemu lagi



Hingga kamu siap bertemu lagi

0Anita tersadar dari lamunannya, ia merasa terkejut setengah mati, saat melihat mulutnya benar-benar menyentuh mulut Chen didepannya. mereka saling bertatapan sekian detik lamanya, Anita back to reality, ia langsung menggigit spaghettinya hingga putus, dan melepaskan pandangan matanya dari Chen. tapi Chen masih tampak membeku ditempatnya. Anita menoleh kesamping. menyembunyikan wajahnya yang tampak memerah padam tak karuan. ia menarik kedua tangannya kebawah meja, menyembunyikan tangannya yang juga tampak gemetar hebat, Anita menelan sisa makanan dimulutnya dengan berat, terus menghadap kedinding ruangan disampingnya, menghindari tatapan Chen yang seakan terus mengawasi dirinya. 'Sial !!, apa yang barusan aku lakukan ?!."Anita mengapit matanya dengan rapat, menahan rasa malu yang tidak terkira, 'Huhh, Chen pasti mengira aku melakukannya dengan sengaja.... ia pasti merasa aku wanita yang munafik, dan hanya berpura-pura jual mahal padanya.' Anita menggigit bibirnya dengan kuat, tidak tahu harus bagaimana....     

'Ohh Tuhan... kenapa aku jadi error begini...'     

Anita tampak salah tingkah, ia tidak dapat menutupi rasa malunya. telinganya terasa panas, ingin rasanya ia menggali lubang dibawahnya untuk bersembunyi sejenak dari situasi awkward ini.     

"Aku makan semua yah...." ucap Chen, memecah keheningan.     

Anita tetap diam mematung, bertahan dengan posisinya. ia kini bahkan merasa sangat susah untuk bernafas.     

"Masakanmu lumayan juga.... "     

"Kalau kau gak mau makan, aku habisin semuanya yah ....biar gak mubazir..." suara Chen terdengar begitu santai, mulutnya seolah sedang sibuk mengunyah...     

Anita tiba-tiba teringat dengan bekal makan siangnya. Seketika ia langsung menoleh kedepan, mengamati makanan di depannya, alarm warning seolah active kembali. dan ia melihat isi lunch box makanannya kini tampak ludes semuanya. 'Huhuhu kemana perginya ikan salmon kesayanganku, Tahu dan Tempe goreng tepung khas bibik, juga salad sayuran renyah favoriteku, ?? bahkan spaghetti keju ala bibik juga tinggal saosnya saja.', Anita langsung menatap kearah Chen dengan wajah super galak. tanduk di kepalanya seolah siap untuk menyeruduk Chen didepannya.     

"Dasar tikus serakah... enyah kau sekarang juga !!" kata Anita marah, ia langsung mendorong Chen menjauh dari mejanya, Chen tertawa dengan puas, dan bergegas pergi meninggalkan ruang kerja Anita sambil mengunyah sisa makanan dimulutnya. Anita menatap pada bekal makanannya dengan miris, 'Huhuhu dasar bajingan kecil, beraninya dia menghabiskan bekal berhargaku.... ' Anita benar-benar ingin menangis saat melihat hanya tersisa tungkai broccoli dan sedikit ikan salmon di mangkuk Tupperwarenya. dengan wajah ingin menangis ia menghabiskan tungkai broccoli dan lauk yang masih tersisa, bibirnya tampak komat kamit, mengumpat Chen dengan kesal.     

Chen menutup pintu ruang kerjanya dengan pelan. ia langsung menyandarkan tubuhnya di pintu, 'Omg, Aku menciumnya.... aku benar-benar menciumnya....' tangan Chen menyentuh bibirnya sendiri, menggigit bibirnya dengan lembut, merasakan sisa rasa yang menempel dibibirnya, hatinya bersorak riuh bagai kembang api, Chen tersenyum lebar, dan memejamkan matanya. berharap bisa menahan waktu untuk berhenti pada detik saat bersama Anita tadi.     

.     

.     

Wajah Anita tampak murung, ia baru saja menerima telfon dari pak indra, pengacara pribadinya itu mengabarkan tentang proses sidangnya hari ini yang berjalan sangat alot di pengadilan. Hans , melalui kuasa hukumnya menolak mati-matian gugatan cerai darinya, hingga mempengaruhi proses persidangan menjadi berbelit-belit. pak indra memberitahunya jika keadaan ini terus berlanjut, kemungkinan proses cerai mereka akan membutuhkan proses yang lama.     

Anita merasa sanggat tertekan, ia bersandar di tempat tidur, memandang langit yang cerah dari jendela kamarnya dengan acuh tak acuh. ia lalu menutup matanya untuk mendinginkan kepalanya, 'Apa yang harus kulakukan....', dalam kesendirian, tubuhnya terasa dingin, Anita memeluk kedua lututnya dengan erat.     

Hari ini, saat ia menemani Bryan bermain, tanpa sengaja ia melihat berita infotainment di televisi, yang sedang memberitakan Katty yang tengah hamil muda. ia tampak bahagia memamerkan cincin permata berwarna biru hadiah dari seseorang yang diakuinya sebagai suaminya.     

Anita tidak terkejut jika permata itu sampai pada Katty, berarti secara tidak langsung Hans akhirnya mengakui hubungan cintanya dengan penyanyi itu. yang selama ini selalu ia sangkal.     

Anita hanya merasa sedikit khawatir, jika ibu tahu kalau cincin permata itu tak pernah sampai padanya, apa yang harus ia katakan untuk menjelaskannya. meskipun kelak ia bukan lagi menantu ibu, tetapi hatinya terasa sakit membayangkan rasa kecewa ibu.     

Anita teringat, bagaimana ibu begitu exited saat permata biru itu di lelang, ia ingin menjadikan batu permata itu sebuah cincin indah untuknya, dia bilang biru adalah warna Seorang Ratu. dan cincin itu pasti akan sangat indah berada di jarinya....     

Anita menghela nafasnya panjang....     

Banyak hal yang ia pikirkan, yang membuatnya tetap bertahan diposisinya sekarang.... meskipun setiap hari, ia harus menghadapi sikap ignorance Hans yang bertindak semakin liar , yang sengaja bergonta ganti pasangan, dan membawa mereka untuk menginap di rumah,     

Dari sikapnya, Anita tahu jika Hans tampak benar-benar sudah muak padanya, Hans seolah melakukan semua itu dengan sengaja. untuk mengusirnya secara halus dari rumah. dengan tidak memberi ruang padanya untuk beristirahat dengan tenang di rumah, tapi ia tetap tidak boleh pergi dari rumah ini sekarang, karena jika ia melakukannya sebelum perceraian di putuskan, Akan membuat posisinya semakin lemah dalam persidangan nanti.     

Tiba-tiba suara ponsel disampingnya bergetar , Anita melihat pada layar ponselnya yang menyala, ternyata ibu Hans yang menelfon.     

"Hallo mah...." sapa Anita sopan,     

"Sayang...." Suara ibu terdengar begitu lembut menyapanya, terasa bagai air dingin yang mengalir dari pegunungan, langsung mendinginkan hatinya seketika. tanpa sengaja air matanya mengalir deras membanjiri wajahnya, dan Anita tidak bisa menyembunyikan suara sesenggukkan tangisnya itu , ibu tahu, ia terdiam sekian waktu lamanya. suara tangis ibu juga terdengar lirih, ia seakan telah mengetahui segalanya, dan ikut bersedih bersamanya.     

" it's okay sayang....All is well....All is well...."     

"Mamah sudah tahu semuanya , .... kamu yang sabar yah, biarkan Hans melakukan apa yang ingin ia lakukan, .... "     

"....maafkan mamah sayang, mamah memang tidak berguna, mamah tidak punya kekuatan untuk mencegahnya, ..."     

Ibu dapat mendengar suara sesenggukkan Anita, dan hatinya terasa sakit. ia mengusap air mata diwajahnya.     

"Tidak mah... mamah tidak salah apa-apa..." ucap Anita sambil terisak, suaranya terdengar parau...     

"Jangan menangis sayang.... kamu dengar mamah yah... sekarang kamu bersiap diri, bawa passportmu dan Bryan... mamah tunggu kamu dirumah yah...,"     

"Tapi mah...."     

"Jangan khawatir, mamah sudah menyuruh bibik untuk mengurus semua barang bawaanmu dan fitri. sopir mamah sebentar lagi akan sampai kesitu.... kamu bersiaplah sekarang, jangan buat sopir mamah menunggu yah, "     

"Memangnya mamah mau bawa nita kemana ?"     

"Nanti kau juga akan tahu sendiri. pokoknya mamah sudah atur semuanya....kamu tenang saja, kamu hanya perlu mempersiapkan dirimu saja... okay ",     

Setelah mendengar kelakuan keterlaluan Hans beberapa hari terakhir ini dari bibik yang merupakan orang kepercayaan ibu. ibu sangat marah, ia langsung berinisiative bertindak untuk membantu Anita dan cucunya keluar dari situasi tidak kondusif ini, dengan menyuruh orang kepercayaannya untuk mengurus semua akomodasi perjalanan hingga visa Anita untuk tinggal di singapore.     

Kebetulan ibu memiliki beberapa property dan Apartments disana. sehingga memudahkan proses pengurusan visa tinggal mereka.     

Satu jam kemudian Anita telah sampai dirumah pondok indah, dan ibu langsung membawa Anita, Bryan dan mbak fitri terbang ke singapore bersamanya. ibu telah menyiapkan salah satu rumahnya di kawasan Holland Village. untuk ditempati Anita.     

Kawasan perumahan itu hanya dihuni oleh warga kelas atas singapore atau para ekspatriat kaya saja. lokasinya hanya beberapa menit dari Orchard Road yang sibuk. kawasan Holland Village terletak bersebelahan dengan taman kota yang rimbun, di sepanjang jalan kearah perumahan terdapat sejumlah galeri seni, toko-toko suvenir, juga supermarket dan pub. yang dijaga dengan pengamanan maximum setiap hari.     

"Kamu tinggalah disini,... tenangkan dirimu dulu, biar mamah yang akan mengurus Hans di Jakarta.... mamah akan pastikan dia tidak akan bisa menganggumu ... hingga kamu merasa siap bertemu dengannya lagi nanti..." ucap ibu, sambil membelai rambutnya dengan lembut.     

"Terima kasih mah...."     

"Kamu pakai kartu ini untuk keperluanmu sehari-hari, kau boleh menggunakan sesukamu.... bersenang-senanglah disini okay", ibu menyelipkan black card miliknya ketangan Anita.     

"Ahh... Terima-kasih banyak mah...."     

"Tapi nita tidak bisa menerima ini mah... tenang saja, nita punya visa card yang bisa mencukupi kebutuhan Nita dan Bryan selama disini... mamah jangan khawatir, tabungan nita lebih dari cukup kok... ,"     

"Kamu benar-benar anak keras kepala. tidak pernah nurut apa kata orang tua..."     

"Tapi mah...."     

"Tidak pakai tapi.... ambilah... Agar mamah juga bisa merasa tenang meninggalkanmu disini."     

Ibu langsung memberikan black card miliknya dan mengenggamkan pada tangan Anita, memintanya untuk menuruti perintahnya. Anita mengerti, ia tidak ingin mengecewakan niat baik ibu, lagian jika dipikir ulang, Hans pasti akan dapat melacaknya jika ia menggunakan kartu visa miliknya, sedangkan jika ia menggunakan kartu dari ibu, pasti ia tidak akan pernah menyadarinya.     

"Iyaa, ...Baik mah... terima kasih banyak mah. "     

"Begitu dong... itu baru anak kesayangan mamah," Mereka lalu saling mengenggam tangan dan bertatapan hangat, dan senyum indah merekah dibibir keduanya.     

.     

.     

Chen telah kembali dari perjalanan bisnisnya ke Europe selama seminggu, ia memutuskan untuk mengambil penerbangan langsung keJakarta. Hatinya merasa gundah. selama seminggu kepergiannya ke Europe, ia tidak dapat menghubungi anita.     

Anita tiba-tiba menghilang bagai di telan bumi. padahal pada perbincangan terakhir mereka saat itu. Anita bahkan berjanji akan membalas pesan whatsapp darinya, dan setuju mentraktirnya nonton film Avenger terbaru jika perjanjian bisnisnya di Europe sukses.     

Chen tahu persis Anita telah berkeluarga dan mempunyai seorang putera, tapi tidak bisakah ia berteman dengannya ?, dalam sudut pandangnya, adalah sebuah hak asasi baginya untuk menyukai siapapun yang inginkan, selama ia tidak bertindak diluar batas, dan tidak memaksakan kehendaknya pada Anita. dalam urusan bisnis ia adalah tipe pria yang ambisius, sepertinya untuk urusan cinta ia juga demikian, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, jika ia ingin mendapatkan Anita dengan caranya.     

Sampai dikantor, Chen merasa terkejut, ketika Pak Malik melaporkan jika Anita telah resign dari kantor dua hari sebelumnya. Chen menghempas pantatnya di kursi, tubuhnya terasa lemas, ia telah menempuh perjalanan selama dua belas jam dari Europe ke jakarta. dan expectasinya untuk bertemu Anita begitu sampai di Jakarta sirna seketika. dan kini yang tersisa hanyalah kelelahan dan kelemahan.     

Chen tidak tahu, apa alasan yang melatarbelakangi keputusan Anita resign dari Perusahaan. ia sangat penasaran dan ingin mengetahui alasannya. tapi ia seolah tidak berdaya. Siapa dia bagi Anita ?, Apa haknya mempertanyakan ?,     

Chen mengusap kepalanya dengan putus asa, ia tahu perasaannya pada Anita adalah salah, 'Apa ini cara Tuhan untuk menyadarkanku ?,' Chen mendengakkan kepalanya keatas, menatap atap ruangan kantornya yang luas....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.