Shadow of Love

Sebenarnya apa yang kau takutkan



Sebenarnya apa yang kau takutkan

0Hans membeku. ia membenamkan wajahnya dimeja. "Ibu bahkan tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hati nita saat melihat cincin itu dikenakan oleh wanita lain, tapi bukan dirinya..... bagaimana sedihnya dia saat melihat orang-orang diluar sana memuji betapa baiknya kau memperlakukan penyanyi itu, melebihi perlakuanmu pada Nita yang berstatus isteri sah-mu.... apa kau tahu, kelakuanmu itu benar-benar keterlaluan, sangat diluar batas , kau membuat ibu kecewa Hans.... ibu benar-benar merasa sangat kecewa ...."     

"Maafkan aku bu....Hans sangat menyesal.." keluh Hans lirih,     

"Ibu merasa sangat kehilangan menantu baik hati sepertinya ... ibu telah melihat banyak gadis-gadis cantik yang tergila-gila padamu, dan berusaha mendekatimu untuk menjadi istrimu. tapi mereka tidak ada yang sebaik nita, yang memperlakukanmu dengan tulus, yang sayang padamu tanpa melihat berapa jumlah nominal direkeningmu, ia bahkan tidak pernah meminta lebih dari yang kau berikan setiap bulannya... "     

Hans terhenyak pilu. hatinya membenarkan setiap kata yang diucapkan ibu,     

"Apalagi yang kau cari Hans, apa sebenarnya maumu ?"     

Hans langsung mendengakkan wajahnya keatas, menatap ibu dengan antusias, "Hans akan meminta maaf pada nita bu... Hans akan membawanya pulang kembali kerumah...."     

"Bagaimana kalau aku meminta cincin itu kembali... lalu memberikannya pada nita, apa dia akan senang.... apa dia akan memaafkanku...",     

"K-Kau...!!" ibu menggertakkan giginya dengan kesal. ia benar-benar ingin memukul kepala puteranya itu pakai panci dengan keras. untuk menyadarkannya .     

"Sudah telat !! dasar bodoh !! Kau pikir Nita tempat recycling. mau menerima semua barang bekas yang sudah dipakai wanita lain ?,"     

"Jadi aku harus bagaimana dong bu....apa yang harus aku lakukan ?" ucap Hans serba salah.     

"Tauk ahhh ... pikir sendiri sana... jangan libatkan aku lagi... kepalaku pusing ...!!" ibu memegangi kepalanya dengan kesal, ia menekan kedua keningnya dengan jari jarinya, Hans mengeryitkan keningnya, ia langsung berjalan mendekati ibu, dan duduk disampingnya, wajahnya terlihat khawatir pada ibu.     

"Yaa sudah, ibu gak usah stress mikirin Hans, ibu istirahat saja, nanti asam lambungnya kambuh lagi ... biar Hans yang cari Nita , Hans janji akan bawa nita kembali pada ibu....",     

"Terserah kamu saja... ", ucap ibu kesal, malas untuk menanggapi Hans lagi.     

.     

.     

Sementara di singapore.....     

Anita mengendarai mobilnya melaju ke jalan utama, menuju ke Hotel A yang terletak di central Park tempat akan diselenggarakan Seminar financial services selama dua hari kedepan. ia diam-diam menolak menggunakan fasilitas menginap yang diberikan perusahaan sebagai bagian dari akomodasinya. Anita memilih untuk pulang-pergi dari rumah, sejak ia masih bisa menjangkau tempat seminar itu dengan mengendarai mobil.     

Ia berencana akan menggunakan kamarnya untuk beristirahat siang, membaringkan tubuhnya sejenak disana, sebelum nanti ia kembali ke tempat acara.     

Seminar diadakan di ballroom hotel, dari pandangan sekilas tampak ruangan hotel itu telah penuh. setiap bangku sudah terisi. Anita melihat pada kartu peserta miliknya, tertulis angka 117.B dibawah nama Perusahaannya, tatapan matanya langsung mengurut nomor yang ada dibelakang kursi didepannya, dan ia melihat satu kursi kosong di jalur tengah, itu adalah nomor kursi miliknya, ia lalu berjalan terburu-buru menuju barisan yang terletak di sepertiga dari depan itu.     

Ia duduk di kursinya dan mulai membuka laptopnya, tidak lama kemudian, suara bergumam para peserta mereda, berganti suara gemuruh para hadirin menyambut CEO SeaMoney international yang sedang menuju mimbar diatas podium. Pria itu mengenakan setelan jas sangat rapi, ia berjalan didepan diikuti para pengiringnya mirip seorang superstar dengan pengawalan sangat ketat.     

Dari belakang,Anita dapat melihat pria itu cukup tinggi. mencapai sekitar 180 cm. dengan bahu bidang dan rambut coklat keemasan yang begitu keren.     

Saat wajah pria itu menghadap depan, seketika leher Anita bagai tercekat, Anita melihat sosok asing yang tinggi dan berkulit putih itu mungkin bisa dibilang sama sekali bukan orang asing.     

Ketika pria itu naik ke mimbar dan berbalik kearah hadirin, Anita menemukan dirinya sedang memandang wajah yang tampan nan tegas itu dengan terpesona. tatapan matanya enggan berpaling, seakan tidak dapat memungkiri kharisma hebat pria muda itu. Anita menekan perutnya yang tiba-tiba serasa dipilin, ia merasa sangat mulas, "Tampan sekali bukan ?", bisik wanita muda disampingnya, Anita sontak melihat kartu peserta yang melingkar dilehernya. namanya Ruth. suara Ruth terdengar benar-benar tampak mengaggumi pria itu.     

Namun Ruth segera bertanya lirih dengan khawatir, "Wajahmu seputih kertas, apa kau baik-baik saja ?",     

Dengan susah payah Anita berusaha menguasai diri. "Yaa. Terima-kasih. aku baik-baik saja", Anita terus menekan perutnya dengan kuat, Ruth menatapnya cemas, terlihat ragu-ragu, Anita segera menambahkan "Ada demikian banyak orang. aku hanya merasa udara disini jadi sangat pengap ... apa kau tidak merasakannya ?",     

"Ohh... apa kau punya penyakit asma atau semacamnya ... apa kau butuh bantuan medis..."     

"Tidak !! it's okay. I'm good. ... I'm really fine ",     

Anita merasa lega, ketika Ruth mengalihkan perhatiannya pada pembicara didepan sana.     

Seperti seseorang yang baru terkena tonjokan diperut, Anita mendengarkan CEO dari SeaMoney international itu menyambut kedatangan para peserta seminar dan memperkenalkan dirinya. "Saya rasa Anda sekalian tahu bahwa saya Reino Chen, dan Anda tentu saja tahu mengapa saya berada di sini...."     

Dengan kepala sedikit tertunduk, karena takut jika diantara sekian banyak tatapan lain, tatapannya tampak terlihat menonjol, sehingga menarik perhatian Chen. Anita merenung dengan putus asa, 'Ohh Tuhan, apa yang harus kulakukan...?'     

'Ehhh, wait. sebenarnya apa yang kau takutkan ?'     

Anita seolah langsung menyadarkan dirinya sendiri. ia tidak melakukan apa-apa, jadi apa yang harus ia takutkan ?.... tapi masalahnya ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Chen. ia tidak ingin bertemu dengan masa lalunya. ia baru saja mulai membenahi hidupnya, dan hanya ingin ketenangan. memang, ia seharusnya tidak usah terlalu panik, hanya karena bertemu seorang Chen.     

Tapi kenyataannya tidak sesimple itu, ia tahu jika Chen dulu menaruh hati padanya. dan ia tidak bisa berpura-pura tidak tahu tentang itu, kemudian saat ia resign dari kantor, ia tidak memberi keterangan jelas. dan langsung memblockir nomor whatsapp Chen secara sepihak, juga tidak menepati janjinya pada Chen kala itu, tapi bukankah semua itu hanya masalah kecil.... dan ia hanya perlu sedikit menjelaskan pada Chen, maka semuanya pasti baik-baik saja.     

Anita menghela nafasnya pelan, masalahnya saat ini ia benar-benar malas untuk menjelaskan sesuatu yang tidak ingin ia jelaskan pada siapapun. ia juga tidak ingin berbohong demi itu. ia hanya ingin sendiri. hidup tenang bersama putera semata wayangnya saja. apakah itu permintaan yang sulit ?,     

Setelah satu dua menit, Anita mengambil resiko untuk mencuri pandang ke arah depan, Chen yang memakai setelan jas berwarna abu-abu muda dan kemeja putih terlihat sangat berwibawa, meskipun ia tampak lebih kurus dari saat ia bertemu terakhir kali.     

Berbicara tanpa catatan, dan dengan pesonanya ia seolah memenangkan semua perhatian untuk melihat hanya padanya. Chen sedang menjelaskan rencananya untuk perluasan SeaMoney secara global. Chen dengan smart menggambarkan situasi usaha secara global dengan memberikan data statistics dan persentase tentang prospects SeaMoney kedepan.     

Chen kemudian membuka sesi tanya jawab, memberi waktu peserta untuk bertanya selama satu jam lamanya. tentu saja Anita tidak akan ikut mengajukan berbagai pertanyaan yang sebenarnya telah ia catat dalam list di notebooknya. Anita tetap menunduk. mengambil sikap pasif, memilih menjadi pendengar yang baik. ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Luke Yeoh, jika tahu tentang sikapnya saat ini, ia pasti akan memakinya habis-habisan, supervisornya itu mengharapkan agar ia mengambil peran aktif dalam seminar itu, sukur-sukur dapat di notif oleh para petinggi perusahaan, untuk membawa nama cabang mereka ke level lebih tinggi.     

Seminar itu akhirnya usai. ruangan dengan cepat menjadi kosong. diluar hari telah sore, dan semua delegasi kembali ke kamar inap mereka masing-masing.     

Chen meninggalkan podium, dan diringi oleh para direktur dan para assistance , ia berjalan keluar ballroom tanpa menengok lagi.     

"Apa kau mau minum sesuatu denganku ?" ujar Ruth bersahabat, "Kau terlihat butuh kalori..."     

Takut bertemu Chen, Anita tampak ragu-ragu. Melihat keraguan Anita, Ruth berpikir Anita mungkin terpikir oleh pengeluaran tambahan. kadang teman-temannya yang telah berkeluarga juga sangat berhitung pada pengeluarannya. Ruth tidak ingin bersikap pelit, ia bukan dari keluarga pas-pasan, dan memiliki banyak tabungan, mentraktir segelas minuman tidak ada arti baginya, "Jangan khawatir. aku yang traktir", Anita tersenyum awkward, tapi mencoba untuk bersikap lebih santai, Anita lalu bertanya "Apa CEO itu akan berada disekitar sini ?",     

"Tidak, itu tidak mungkin !! presentasinya hanya untuk hari ini saja, besok akan ada pembicara lain dari jajaran direksi senior lain .."     

"Kau tidak usah berharap akan bertemu dengannya disini, dia itu sangat sibuk, sekarang mungkin ia bersiap-siap untuk berpergian lagi, jadi sangat tidak mungkin kita bisa bertemu dengannya disini hehehe",     

Anita menghembuskan nafasnya keras, merasa lega. ia lalu berjalan santai, berusaha mengimbangi langkah Ruth, yang berjalan duluan didepannya, mereka lalu berjalan bersama menuju bar yang Ruth magsud. "Ohh jadi CEO itu tidak akan hadir untuk pertemuan berikutnya yah..."     

"Pasti !!"     

Wajah Chen tampak gelisah, ia membuka laptop miliknya, tapi kemudian menutupnya kembali. 'Apa mungkin dia ?... tapi aku yakin itu memang dia...' Saat keluar dari hotel tadi, ditengah kerumunan orang-orang yang berusaha berjabat tangan dengannya, ia seperti melihat ada Anita yang berdiri dan diam-diam menatapnya di kejauhan, meskipun setelah melihatnya kembali, sosok itu telah lenyap dari pandangannya. tapi entah mengapa ia tidak dapat berhenti memikirkannya. ia yakin jika matanya tidak salah lihat, ia benar-benar telah melihat Anita.     

"Paman Wang.... aku ingin melihat daftar peserta seminar hari ini.... aku ingin mendapatkan informasi itu lima menit dari sekarang ",     

"B-Baik Tuan..." jawab Paman Wang patuh. dan langsung berjalan terburu-buru menuju ruang kerjanya, untuk menghubungi panitia seminar sesegera mungkin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.