Shadow of Love

Masalah yang selalu mencariku



Masalah yang selalu mencariku

0Anita tampak sedikit terkejut, dan bibirnya melengkung keatas, saat ia menoleh kebelakang Chen telah berdiri dihadapannya tepat saat Anita sudah bisa menguasai dirinya kembali, "Yah bagaimana lagi, siapa yang bisa menolak pesona wanita cantik sepertiku..." balas Anita, berbicara dengan nada santai tapi penuh percaya diri. tiba-tiba saja ia memutuskan untuk membalas menyerang Chen dengan pesonanya. berharap taktiknya bisa membuat Chen menjauh, meskipun Chen mungkin akan memberi label 'murahan' padanya. tapi siapa yang peduli, toh ia justru merasa lega bila Chen berhenti menganggunya.     

"Hmm tapi kuperhatikan tadi mereka semua sepertinya lebih tertarik pada wanita yang ada disebelahmu itu... " balas Chen epic, seolah menarik kembali ucapannya. Anita langsung menatap wajah Chen tanpa senyum. 'Bedebah Keparat ! beraninya dia mengejekku !' batin Anita memaki.     

"Ahhh, kau mana tahu, tadi mereka juga meminta nomor telfonku, dan mengajakku makan malam lain waktu...." Anita tidak mau kalah, walaupun kenyataannya memang benar banyak dari kolega lelaki yang mengelilinginya tadi meminta berkenalan dan ingin nomor pribadinya.     

"Dan kau setuju ?..." Chen sungguh berharap Anita akan menyangkalnya.     

"Sedang kupertimbangkan...." jawab Anita asal, tidak ingin Chen underestimate dirinya. 'Huh memangya aku kurang kerjaan.... ngasih nomor telfon kesembarang orang... untuk menjawab telfon dari mamah dan teman-temanku saja tidak punya waktu, bagaimana mungkin aku bisa menanggapi obrolan tidak penting dari lelaki asing. macam orang gabut saja...'     

Chen menggertakkan giginya dengan kesal, 'Lihat saja, akan kupatahkan tangan siapapun diantara mereka yang berani menelfonmu' batin Chen merasa geram.     

"Jadi kau ingin menunjukkan padaku bahwa kau memiliki daya jual yang tinggi...."     

"Hmm memang seperti itu bukan .. bahkan seorang CEO muda, dan kaya raya sepertimu-pun tampaknya tidak bisa lepas dari pesonaku ... em-m atau jangan kau bilang, aku telah salah tafsir ??'     

"Huh kau lama-lama tidak asik lagi, ingat... aku adalah pengecualian. ... " kata Chen lugas, dan langsung berjalan memutar kearah pintu penumpang di samping kursi kemudi.     

"Apa yang kau lakukan ?" tanya Anita dengan wajah bengong, saat melihat Chen telah duduk dikursi depan, dan kini sedang sibuk memasang sabuk pengamanannya.     

"Apalagi ?.. cepat masuk, kau harus mengantarku pulang kerumah..."     

"Hei, apa urusanku. turun sekarang juga. aku tidak punya waktu bercanda denganmu ..."     

"Sopirku sedang menikmati pesta di dalam, dan sepertinya ia sangat mabuk sekarang. apa kau keberatan untuk memberiku tumpangan pulang please..."     

"Kau bisa menumpang taxi."     

"Aku tidak terbiasa dengan taxi..."     

"Sejak kapan kau terbiasa menumpang padaku ?!!" ujar Anita galak. wajahnya jelas menampakkan rasa tidak ikhlas memberi tumpangan pada Chen.     

"Kau tahu persis sejak kapan. tapi lebih tepatnya, sejak kau sering membawaku dalam kesialan. membuatku tersesat, hingga masuk ke tengah hutan malam-malam, sekarang aku ingin menguji nyali lagi, apa yang akan terjadi padaku saat kau mengantarku pulang kali ini.."     

Anita hampir saja terbahak. Chen menginggatkannya pada perjalanan mereka ke puncak kala itu. Anita segera memalingkan wajahnya kesamping, membuang tawanya sejenak. menyembunyikan wajah merahnya dari Chen.     

Chen dengan samar-samar melengkungkan bibirnya, perasaannya tiba-tiba merasa rileks. untuk pertama kalinya selama beberapa bulan ini akhirnya ia dapat menikmati senyum Anita kembali.     

Anita pura-pura tidak memperhatikan. ia kemudian masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamanannya. dengan nada enggan ia akhirnya bertanya. "Dimana Rumahmu",     

"Beverly Hills "     

Chen menguap, gurat kelelahan tergambar di wajahnya. "Apa kau mau mendengarkan music ?"     

"Boleh.... music akan membuatku tetap terjaga",     

"Kau sepertinya kelelahan sekali..."     

"Kurasa begitu....Aku baru landing sejam yang lalu dari Jakarta, dan langsung datang kesini menemuimu ..."     

"Aku tidak pernah memintamu menemuiku..."     

"Iya. tapi kemarin malam aku telah berjanji padamu..."     

"Aku tidak pernah menganggapnya serius .."     

"Tapi aku selalu serius dengan ucapanku"     

"Itu urusanmu ...", balas Anita lirih, Anita memutar lagu Sempurna yang dibawakan oleh Gita gutawa, lagu itu mengalun lembut saat mereka bergabung dengan arus lalu lintas malam. segera mobil mereka merayap bak siput sepanjang Avenue 5 yang diapit gedung-gedung pencakar langit, toko berlampu gemerlap, dan mal mewah.     

Ruth pernah memberitahu Anita bahwa Chen memiliki Apartment di Avenue 5, "Kudengar kau tinggal di Avenue 5 ?"     

"Satu hal lagi yang kau ketahui dari gossip dikantor ?"     

"Ya" Anita mengakui dengan segan. beruntung ia tidak pernah menyebut nama Ruth secara personal sebagai sumber informasi, ia tidak ingin menimbulkan masalah bagi Ruth kedepannya. "Apakah gossip itu salah ?"     

"Tidak. aku memang punya penthouse disana, tapi kau tidak akan mengantarku pulang kesana sekarang..."     

"Jadi kalau bukan menuju Apartmentmu itu kita mau kemana ?"     

"Ke utara, aku punya sebuah Villa tepat diluar Hills area, yang kutinggali sepanjang akhir pekan", sambil melirik wajah Anita, Chen meneruskan kata-katanya, "Jangan khawatir meskipun lokasinya agak jauh dari pusat kota tapi perjalanan kesana sangat aman."     

"Ayolah Chen. tak bisakah aku mengantarmu ke Apartmentmu saja... lagian kau tampak kecapean begitu, menginaplah di Apartmentmu untuk malam ini", bujuk Anita demi kepraktisan, jujur ia sangat malas untuk menyetir dan mengantar Chen pulang ketempatnya di Beverly Hills yang jauh dari lokasi huniannya. "Lagian, sampai disana kau juga hanya akan tidur dan beristirahat saja bukan... malam-malam begini, kau pasti tidak sempat untuk menikmati suasana rumah meski kau ingin.... jadi menginap semalam diApartmentmu khan sama saja, .. kau justru jadi menghemat waktumu untuk beristirahat..."     

Chen tidak membalas, ia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi, dengan kedua matanya terpejam rapat, Anita melihatnya,'Huh diajak ngobrol malah molor...' gerutu Anita dalam hati, Chen tertidur dengan posisi kepala miring kearahnya, Anita diam-diam mencuri pandang menatapnya, hatinya tiba-tiba terasa sedih, merasa kasihan, ia tahu Chen pasti sangat kelelahan. setelah melewati seharian penuh dengan bekerja keras. 'Baiklah kali ini aku akan menjadi sopirmu. aku akan mengantarmu pulang kerumah mu... whatever...'     

Chen terbangun dari tidurnya karena sorot lampu yang terang. ia menggeliat dan membuka matanya yang berat. ternyata mereka berhenti di depan gerbang tinggi yang terbuat dari besi tempa. lampu mobil menyorot pada pagar pengaman tinggi yang membatasi area pepohonan di masing-masing sisi. Ada banyak camera cctv bertengger dipuncak tonggak. saat Chen berjuang untuk duduk tegak pintu gerbang bergerak kesamping dan membiarkan mereka masuk. lalu pintu itu otomatis menutup kembali dengan efisien dan tanpa suara setelah mereka lewat. "Emm sudah sampai...."     

"Entahlah... tadi aku mencari Alamatmu dengan Googlemap dan GPS mengantarku sampai disini..."     

"Kali ini kau lulus ujian .... jadi aku akan menunjukkan gratitude atas kerja hebatmu malam ini..." ujar Chen seraya berusaha memulihkan kesadarannya, ia mengerjapkan kedua matanya yang terasa berat.     

Chen membuka pintu mobil dan meraih lengan Anita untuk berterima-kasih telah mengantarnya pulang, "Yaa Tuhan, badanmu dingin sekali...."Seru Chen sambil mencengkeram lengan Anita, "Mana jas kerjamu?" tanya Chen,     

"Aku tidak bawa...."     

Chen tidak berkomentar apa-apa. gurat penyesalan terlihat jelas diwajahnya. lelaki itu langsung membuka jas miliknya untuk membungkus tubuh Anita dengan jas mewah yang terasa hangat itu.     

Anita tersenyum kecil, ia baru sadar ia kedinginan. sejak tadi, mengkhawatirkan kondisi Chen rupanya mampu membuatnya lupa akan kemeja tipis yang dikenakannya pada AC mobil sedingin ini.     

"Kau ceroboh sekali, jangan kau putar AC mobilmu hingga maximum, itu sangat dingin " Chen memutar AC mobil pada medium. Anita mendengus pelan "Aku hanya ingin kau dapat tidur nyenyak..."     

Chen menatap Anita, "Apakah kau selalu mencari masalah",     

"Kelihatannya masalah yang selalu mencariku", jawab Anita berseloroh,     

Anita tertawa, tapi tubuhnya tampak masih menggigil, Chen melihatnya dan langsung bertindak. ia keluar dari mobil, berjalan memutar dan langsung membuka pintu mobil disamping Anita.     

"Kau tidak boleh pulang dengan kondisi seperti ini. sebaiknya kau masuk dulu. biar kuambilkan sweter untukmu"     

"Ohh... sungguh.. tidak perlu..." tolak Anita, tapi ia seperti sedang berbicara sendiri, karena Chen bergerak dengan cepat ia mengambil kunci mobilnya dan menariknya keluar dari mobil. "Kemejamu berbahan tipis, tubuhmu tidak terlindung ...kau bisa sakit." ucap Chen dengan nada tegas, ia langsung menutup pintu mobil dibelakang Anita dan menggiringnya agar ikut bersamanya. "Kau tidak usah....",protest Anita tanpa bisa menolaknya sambil tetap mengikuti langkah Chen "Nanti aku akan matikan AC-nya...."     

"Menurutlah ...."ucap Chen lembut, Chen membuka pintu rumahnya dan berkata "Kau tunggu disini sebentar...." Chen berlari kecil menaiki tangga lengkung menuju ke lantai dua rumahnya,     

Anita tidak menjawab. ia menatap kepergian Chen dan berinisiative berjalan menuju ruang tamu di dalam rumah Chen.     

Chen tidak membiarkan Anita menunggu terlalu lama. ia datang membawa sweter kashmir berwarna hitam lalu mengulurkannya pada Anita. "Aku akan menjaganya baik-baik,"Anita menerima sweter itu dengan menegadahkan kedua tangannya, "...kalau begitu aku pamit sekarang, Selamat malam...."ucap Anita dengan nada sungguh-sungguh, ia lalu membalikkan badannya,     

"Pakai dulu sweternya..."     

Anita menahan langkahnya, dan berbalik kearah Chen lagi.     

"Ohh baiklah...", Anita membuka sweter ditangannya dan mulai memakainya. Chen menatap tubuh Anita yang jangkung, langsing dan betul-betul feminine. ia tampak tertegun menatap Anita yang sedang berusaha memakai sweter dan merapikan rambutnya, Chen tiba-tiba berjalan mendekati Anita dan langsung meraih pinggangnya. mendekatkan Anita padanya, "Anita Marie.... aku betul-betul gembira tahu kau sekarang telah bebas...",     

Anita terkejut, Chen menatap mata Anita yang coklat dan lebar, dan karena Anita tidak berkata apa-apa Chen menariknya semakin dekat. Chen menundukkan wajahnya, membuat bibir mereka sangat dekat, Anita membeku, matanya terbuka lebar saat tiba-tiba bibir Chen menyentuh bibirnya. Chen menciumnya passionately, Anita merasa itu bukan sekedar ciuman ringan atau main-main, tapi itu ciuman berbalut gairah. Anita merasa kakinya tiba-tiba lemas. tanpa sadar tangannya mencengkeram pinggang Chen. tubuh Chen begitu hangat, Chen menarik kepalanya, melepas ciumannya dan Anita menatapnya speechless.     

"Ini adalah ciuman pertama kita. aku anggap kau telah setuju menjadi kekasihku .."     

"A-Aku...." gumam Anita gugup. Anita menatap lengan Chen yang masih memeluknya seolah lelaki itu tidak mau melepaskan Anita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.