Shadow of Love

Belajar self control



Belajar self control

0Anita back to reality, ia segera mendorong tubuh Chen menjauh darinya, tapi kedua tangan Chen berkeras menahan pinggangnya. Anita menatap tajam kearah Chen, "Kau bertindak terlalu jauh Chen !", ucapnya dengan suara parau, menahan rasa marah dihatinya.     

"Aku harus memulainya cepat atau lambat.." jawab Chen tegas, balas menatap Anita lekat.     

"Aku tidak pernah bilang setuju dan menerimamu .."     

"Jadi kau merasa keberatan ??," tanya Chen, Anita mendengus dan melempar pandangannya kearah pintu keluar, tapi tiba-tiba Chen meraih wajah Anita dan kembali mencium bibirnya dengan lembut,     

"Apa-apann ini..." ucap Anita kesal, dan Anita langsung mendorong tubuh Chen dengan kuat.     

"Karena kau merasa keberatan, aku menarik kembali ciumanku lagi... apa aku salah ?."     

Chen kembali mendekatkan wajahnya didepan, namun Anita buru-buru menahan wajahnya dengan kedua tangannya. "Kau benar-benar.. Apa menyenangkan bermain-main dengan perasaan orang ? sebenarnya apa masalahmu ?"     

"Aku sudah bilang. aku menyukaimu..."     

"Apa kau sudah gila !"     

"Yaa... aku tahu, aku memang sudah gila !. aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkanmu beberapa bulan terakhir, saat kau tiba-tiba menghilang dari kantor, Aku mencoba mencarimu diseluruh penjuru Jakarta, menunggu setiap hari di depan rumahmu di Jakarta selatan, tapi aku tetap tidak bisa menemukanmu disana ... "     

'Dirumahku di Jakarta selatan ?...' Anita mengerutkan keningnya sedikit, 'Ah-hh mungkin magsudnya ia mencariku di rumah Jenny.' Anita teringat, saat pertama melamar bekerja di Perusahaan dulu, ia memang mencatumkan Alamat Jenny sebagai referensi. karena saat itu ia memang berdomisili disana.     

"Kau harus belajar self control. dan bagaimana menghargai seseorang yang kamu sukai... karena tidak selamanya apa yang kau inginkan, akan kau dapatkan !... ada kalanya sesuatu itu tidak bisa kau ukur dengan berapa banyak uangmu...paham !"     

"Aku tidak peduli..."     

"Kau harus peduli ! sepanjang itu menyangkut hak asasi orang lain, kau terkait satu batas yaitu respect. saat ini, aku tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapapun. kuharap kau mau mengerti. meskipun kau sangat berkuasa, tapi kau tidak bisa memaksakan perasaan sukamu pada orang lain...."     

Anita menarik kedua tangan Chen dari pinggangnya, melepaskan diri, ia mengambil kunci mobilnya yang diletakkan diatas sofa, lalu melangkah pergi dari rumah Chen tanpa menengok kebelakang lagi.     

Wajah Chen seketika berubah panik, ia berjalan dengan cepat mengimbangi langkah Anita. "Ohh Nita... jangan marah please.... Maafkan aku..", Chen berusaha menggapai tangan Anita, Anita segera memeluk tangannya didepan, tidak memberi celah Chen menyentuhnya. "Nita, please... I know that I'm so rude, aku minta maaf, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi..."     

Merasa diabaikan Anita, Chen langsung memotong jalannya. ia berdiri tepat dihadapannya, "Maafkan aku....", ucap Chen pelan, berbicara dengan nada panik. "Aku tidak akan mengulanginya lagi...., aku janji..."     

"Baiklah. aku harus segera pulang sekarang," Jawab Anita datar, ia tidak ingin bersikap kekanakan, lagian ciuman itu telah terjadi, terus menyalahkan Chen juga tidak ada artinya. Anita melihat wajah Chen yang tampak kelelahan, ia tidak ingin menciptakan drama yang membuat Chen tidak bisa tidur karenanya.     

"Terima-kasih atas tumpangannya. berhati-hatilah dijalan..."     

Anita menganggukkan kepalanya, lalu segera melajukan mobilnya pergi dari rumah tinggal Chen.     

.     

.     

Keesokan paginya Anita terbangun oleh celoteh riang Bryan yang terbangun duluan disisinya, tangan kecilnya meraih wajahnya, seolah menyuruhnya bangun. "Ahh sayangnya mommy udah bangun yah...", Anita menciumi tubuh puteranya dengan gemas, mereka saling bercengkrama ditempat tidur, bercanda dan bercengkrama berdua.     

Sejak tinggal di singapore, Anita selalu tidur bersama puteranya dalam satu kamar. kadang ia merasa bersalah menyerahkan pengurusan puteranya itu pada mbak fitri. biar bagaimanapun ia seharusnya bisa lebih meluangkan waktunya disiang hari untuk menemaninya bermain. Meski Bryan baru berusia dua tahun dua bulan, ia memutuskan untuk memasukkannya preschool di kindergarten terkemuka dipusat kota. sebagai wahana Bryan untuk bisa berkembang dan bersosialisasi dengan teman-teman seumurannya. Anita mengakui Bryan sedikit mengalami keterlambatan dalam berbicara, saat ia periksa ke dokter anak, ia bilang itu mungkin karena Bryan dibesarkan dalam bilingual atau lebih. Anak berusia 2 tahun pada umumnya mulai berbicara dengan menggabungkan 2–3 kata, kosakata yang dimilikinya juga akan meningkat menjadi sekitar 50–300 kata. dengan kosakata yang semakin banyak, anak mulai bisa berkomunikasi tentang kebutuhannya. bisa memberi tahu orang di sekitarnya bahwa ia ingin ke toilet, merasa haus, lapar, atau ingin bermain. tapi Bryan lebih suka menggunakan bahasa isyarat saat menginginkan sesuatu, misalnya dengan menunjuk botol susunya jika ia merasa haus.     

Meskipun secara motorik ia tidak punya masalah sama sekali, Saat ini Bryan bahkan sudah mulai bisa memakai dan melepas baju sendiri. Ia juga bisa menyusun balok mainan serta membedakan bentuk dan warna.     

"Dadda...Dadda... " ucap Bryan keras, Anita terpana, ia langsung berhenti menciumi puteranya itu dan duduk membungkuk didepannya, "Bryan kangen Daddy ?",     

"Daddy.... kangen....." ujar Bryan menirukan ucapan Anita sambil menganggukkan kepalanya dua kali, ia lalu mengambil jari Anita dan berusaha menariknya, seolah ingin mengajaknya pergi keluar kamar untuk menemukan Daddynya. Hati Anita seketika bergetar dan terasa pilu, "Sayangnya mommy... daddy sedang kerja sekarang, nanti kita telfon daddy yah, biar daddy datang kesini ketemu sama Bryan okay ..." Anita mengendong tubuh puteranya dan memeluknya erat. ia lalu mengambil salah satu mainan dinosaurus favoritenya, dan segera menempelkannya dihidung Bryan, "Hu-aaa I'm mommysaurus... I want eat your nose hu-aa ..." Anita meletakkan mulut dinosaurus itu pada hidung Bryan dan berpura-pura menggigitnya, seketika tawa Bryan langsung pecah, ia memegangi kepala dinosaurus itu karena geli. dan Anita berhasil mengalihkan perhatian Bryan dari rasa rindunya pada Daddynya untuk sementara waktu.     

Anita berangkat ke kantor tanpa makan sarapan terlebih dahulu, saat tiba dimeja kerjanya tumpukan documents sudah menunggu dimejanya, membuat ia mengerutkan keningnya.     

"Documents siapa ini...",     

Clara, yang merupakan rekan kerja di meja sampingnya berbisik lirih, "Tuan Yeoh ingin kau mengurus document-dokument itu."     

"Apa kau menyinggungnya ?, dia hampir saja melemparkan semua documents dari seluruh department ke mejamu, kau sepertinya akan lembur malam ini",     

Anita semakin bingung. Apa yang ia lakukan, yang menyinggungnya ?, ia baru saja selesai ditugaskan dalam dua hari seminar, dan ia tidak melakukan sesuatu yang salah padanya sejak itu, kenapa ia tiba-tiba marah dan menghukumnya tanpa alasan?.     

Apa ini adalah bentuk ujian personal baginya untuk mengulas performancenya after seminar ??, Huh jadi benar adanya tentang double challenge itu. gerutu Anita sambil memulai mengerjakan document-document didepannya.     

"Nitt....ini sepertinya untukmu..." Clara menunjuk kearah bucket bunga mawar segar yang keseluruhannya berwarna merah yang sangat besar hingga hampir menutupi seluruh mejanya. Anita yang baru kembali dari toilet langsung menatap Clara lagi dengan tatapan bingung. "Apa kau sengaja mau pamer padaku...",goda Anita sambil tertawa kecil. lalu berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati rangkaian bucket bunga besar itu. Clara memang baru menikah dua bulan yang lalu.     

"Bukan. itu bukan dari suamikku. kurasa kurirnya tadi salah menaruhnya dimejaku." balas Clara dari arah belakangnya, "Apa kau baru saja jadian sama pacarmu ??, Yaa Ampun, dia pasti kaya sekali. bucket bunga seperti itu tidak murah", celetuknya.     

Anita kembali tertawa sambil menyentuh kelopak salah satu bunga. "Apa aku seperti seseorang yang punya pacar ?" tanya Anita sambil menunjuk dirinya sendiri, Anita hanya mengenakan celana panjang hitam dan kemeja flannel dengan rambut diikat asal-asalan.     

Clara menatap Anita dari atas hingga bawah, lalu mengangguk kecil. "Yaa kupikir pacarmu initial C, yang mengirim bucket bunga mawar sebesar ini",     

"Inisial C apa?"     

"Lihat saja sendiri pada kartu pengirimnya",     

Perut Anita tiba-tiba mulas, lalu dengan perasaan sedikit ngeri ia menatap kearah bucket bunga disebelahnya dan langsung mencari kartu pengirimnya yang dimagsud Clara. sebuah amplop berwarna putih terselip diantara bunga-bunga itu, dan Anita segera mengambilnya. didalamnya hanya ada secarik kertas dan sebaris kata. "Mari makan siang bersama", 'C'     

"Apa bunga ini untukmu ?" Clara mendekatinya lagi, bertanya dengan nada penasaran.     

"Iya.",balas Anita sambil berjalan kembali ke kursinya dengan perasaan kesal.     

"Nitt... bagaimana dengan bunganya ?"     

"Buang saja !"     

"Buang ?, tapi bunga ini sangat bagus.", protest Clara dari meja kerjanya, Anita tidak menjawabnya. bunga itu seolah menginggatkan pada kejadian semalam dirumah Chen. dan Anita juga menyadari jika Chen telah mengetahui dimana kantor divisi kerjanya sekarang.     

Anita kembali mengerjakan document-document itu dengan perasaan gelisah, 'Mengapa dia tidak berhenti mengangguku sih !! Apa yang harus aku lakukan padanya ...'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.