Shadow of Love

Belum terlambat untuk meminta maaf



Belum terlambat untuk meminta maaf

0Anitapun duduk dan mulai bekerja, ponselnya tiba-tiba bergetar diatas mejanya, ia menerima pesan singkat. "Aku menunggumu di Ritz Cafe, mari kita makan siang bersama ", isi pesan itu, Karena sedang fokus mengerjakan document-document didepannya, Anita langsung membalasnya dengan singkat. "Aku sedang sibuk", Anita tahu, nomor asing pengirim pesan singkat itu pasti Chen. ia yakin mudah baginya untuk menemukan personal informasinya sekarang. ia bahkan telah mengirim bucket bunga ke tempatnya bekerja sebagai konfirmasi. tidak berapa lama ponselnya bergetar lagi, "Tapi aku sudah booking meja, jadi sampai jumpa disana", tulis Chen seolah tidak menerima penolakan.     

Saat jam makan siang tiba, Anita segera meninggalkan kantor dan pergi ke Ritz Cafe yang terletak di ujung jalan, yang masih dalam barisan gedung perkantoran dalam district sibuk. Café Ritz adalah Cafe kelas atas, hanya orang dengan dompet tebal yang dapat mengakomodasi harga menu makanan disana, saat ia memasuki Cafe, suasananya terasa sangat sunyi, hanya ada beberapa tamu dengan pakaian sangat resmi tampak sedang menikmati makanan disana, mata Anita segera menangkap pada layar ponsel miliknya, ia menerima pesan lagi. "Aku ada dimeja no.7. disamping jendela," Anita auto melihat ke sekelilingnya, dan tatapan matanya menangkap Chen yang berpakaian setelan jas resmi dan terlihat sangat elegant sedang duduk disana. ia tampak mengangkat satu tangannya keatas, sambil tersenyum cerah kearahnya. memberi tanda tentang keberadaannya.     

Anita menghempas pantatnya pada kursi kulit dihadapan Chen, "Cepat katakan apa maumu, aku sedang sangat sibuk sekarang..."     

Satu-satunya alasan kenapa Anita harus menemui Chen, karena ia tidak ingin membuat masalah dikantornya. ia baru kembali dari seminarnya, tapi supervisornya sudah menyambutnya dengan hukuman. jadi ia tidak ingin menambah daftar masalah dengan membuat keributan di kantor.     

Chen mengerutkan keningnya keatas, "Apa atasanmu menyulitkanmu ?" tanyanya curiga, Chen meletakkan gelas panjang berisi air putih ke atas meja didepannya, Anita segera menggelengkan kepalanya, "Jangan bicara sembarangan. atasanku tidak ada hubungannya dengan ini",     

"Ohh... kamu ingin makan apa ?" Chen mengulurkan daftar menu ke depan Anita.     

"Aku tidak lapar, cepat katakan tujuanmu, jangan membuang waktuku..." kata Anita dengan tidak sabar, ia hanya ingin segera kembali kekantor dan menyelesaikan document-dokument itu secepatnya, ia berharap bisa menyelesaikannya sebelum sore, karena ia tidak ingin lembur, ia berencana ingin menghabiskan waktunya bermain bersama Bryan sebelum ia tidur nanti malam. tapi menginggat tumpukan documents yang masih panjang, sepertinya keinginannya itu tidak mungkin terjadi.     

"Kenapa kau tegang sekali... kita bahkan belum memesan makan siang kita, bukankah jam istirahat juga masih lama, apa yang memburumu ?"     

Demi menemui Anita siang ini, Chen telah menunda appointment penting dengan beberapa kolega. juga membatalkan meeting dengan management kantor cabang lain, tapi pengorbanannya ini sepertinya tidak berarti apa-apa dimata Anita. Chen menghela nafasnya pelan. Selama ini ia begitu muak melihat senyum palsu para wanita yang sengaja ingin mendekatinya, akhirnya ia membentengi dirinya dan menganggap para wanita itu seperti toxic people yang harus dibasmi. ia tidak menyangka, akan ada saat ini, dimana ia sangat mengharapkan senyuman palsu Anita padanya, berharap wanita ini datang sendiri menggodanya. Bahkan disaat ia telah berusaha keras mendekat dan meraihnya, tapi ternyata meskipun wanita ini kini berada dekat secara fisik dengannya, tapi Chen merasa hatinya sangat jauh, dan seperti tak tergapai.     

"Kau pesan saja makan siangmu sendiri, aku tidak lapar. thank you.... dan sementara kau menunggu makananmu, kau bisa langsung katakan magsud mengundangku makan siang ini.... dengan begitu bukannya kita bisa menghemat waktu ??"     

"Aku tidak ada magsud lain selain ingin makan siang bersamamu... ", jawab Chen lugas, lalu ia mencoba meraih jari Anita diatas meja dan merajuk, "Ayolah bersikaplah sedikit manis padaku Emm-mm.... oiya apa kau menyukai bunganya ",     

Anita menyembunyikan tangannya dibawah meja. menolak kontak fisik dengan Chen     

"Lain kali tidak usah repot-repot membeli bunga untukku, pemborosan !, aku alergi pada mawar " jawab Anita asal, sengaja menolak Chen dengan caranya. Chen menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia telah membaca beberapa buku romance, juga meminta pendapat Mark dan Lee tentang tips menundukkan hati wanita. ia tidak meragukan kemampuan teman-temannya, yang ia ketahui memiliki pacar yang tak terhitung lagi. mereka sepakat mengatakan jika wanita manapun tidak akan dapat menolak bucket bunga. 'Ternyata mereka salah !!' batin Chen kesal.     

"Kalau memang tidak ada yang penting, aku akan pulang kekantor sekarang. Terima-kasih undangan makannya, sayangnya aku sudah kenyang." Anita baru mau bangkit dari kursinya, ketika tangan kekar Chen menahan pergelangan tangannya untuk tetap duduk ditempatnya.     

"Kau kenyang ?... kau tidak bisa membohongiku,"     

"Aku membawa bekalku sendiri... aku suka makan masakan dari rumah..." ucap Anita, memberi alasan masuk akal. Anita sengaja berbohong. sejak ia tinggal di singapore, ia tidak bisa menikmati lagi bekal makanan buatan bibik yang sangat ia sukai. meskipun dirumah ada seorang pelayan yang bertugas memasak dan membersihkan rumah, tapi ia tidak terlalu menyukai Cita rasa masakannya.     

"Ah-hhh .... apa kau mau membaginya denganku ?" Chen teringat pada bekal makanan Anita yang dihabiskannya tempo hari.     

"Tidak. aku sudah memakan bekalku semua ",     

"Kau pelit sekali..."     

Anita tidak mendengar keluhan Chen lebih lanjut, ia langsung berjalan pergi keluar dari Cafe itu, dan kembali kekantor. Chen hanya bisa menatap kepergian Anita dengan wajah tidak rela. setelah kepergian Anita sekian menit lamanya, Chen mengambil ponselnya dan menelfon salah seorang temannya. "Lee kau ambil alih cabang Kirkland. tolong awasi seseorang disana untukku."     

Kembali ke kantor, Anita mengabaikan perutnya yang berbunyi karena lapar. ia langsung fokus berkutat dengan pekerjaannya lagi. ia tidak menyadari ketika Luke Yeoh telah berdiri disisi mejanya dan menatapnya dengan sinis. "Anita Marie, jadi kau akan lembur sampai malam...malam ini ." ujar Luke Yeoh nada bicaranya tidak terdengar tulus ketika dia menghampiri untuk memeriksanya. Anita meluruskan badannya dan melanjutkan mengerjakan document-document tanpa melirik pada Luke, hingga membuat Luke tampak kesal.     

"Kau ... apa kau demikian haus akan perhatian ??," Anita mendengakkan wajahnya keatas, tidak mengerti. tapi ia bisa menangkap kemarahan Luke Yeoh padanya.     

"Tidak usah memasang wajah innocent begitu, forum kantor sudah heboh sejak semalam. mereka semua membicarakanmu.... tapi kau jangan bangga dulu, karena mereka bukan sedang membicarakan hal baik tentangmu, selain berhasil menjadi primadona seminar karena pesonamu, bukan karena talent intellectualmu. apa kau pikir aku mengirimmu kesana untuk memberimu wadah tebar pesona ?! berharap bisa memikat boss-boss besar disana ?... aku benar-benar telah salah menilaimu !!"     

Anita tampak terkejut, jadi Luke Yeoh marah padanya karena hal ini. ia menggertakkan giginya dengan kuat, ia merasa sangat marah, ia tidak merasa melakukan hal yang dituduhkan Luke padanya. penampilannya dalam party pasca seminar kemarin tergolong standard, dan ia juga bersikap biasa saja. tidak berlebihan apalagi tebar pesona pada boss-boss besar. mengapa forum kantor menjadi heboh karenanya ?, ia yakin diantara kolega lelaki yang mendekatinya dan Ruth kemarin, tidak ada boss-boss seperti yang Luke Yeoh bilang. Anita menduga pasti ada seseorang yang sengaja membuat kehadirannya kemarin menarik perbincangan forum kantor.     

Anita baru lepas training 3 bulan yang lalu, dan sebagai staff baru, ia belum bergabung dalam forum itu, tapi kehadirannya telah membuat keributan. sungguh bukan awal yang ia inginkan. Anita menarik nafasnya dalam-dalam, tiba-tiba ia teringat pada tatapan kesal mantan Ruth padanya, feeling nya sedikit strange padanya, 'Apa dia yang sengaja melakukannya ?'     

Melihat reaksi Anita. Luke Yeoh mengira Anita merasa takut padanya, dan tanpa sadar bibirnya melengkung keatas, dia merasa kalau amarahnya sedikit mereda. "Kau belum terlambat untuk meminta maaf padaku sekarang, mungkin aku akan memaafkanmu",     

Anita melirik padanya dan menjawab dengan pelan, "Tuan Yeoh, saya sangat sibuk sekarang, tolong jangan mengangguku..",     

Luke Yeoh tertawa dan berkata ,"Kau ini benar-benar... Baiklah kalau begitu. lanjutkan pekerjaanmu, jangan tinggalkan kantor sebelum kau menyelesaikan semuanya hari ini ", bentak Luke Yeoh keras, lalu meninggalkan meja Anita dengan perasaan dongkol.     

Saat jam kerja selesai, satu persatu rekan kerja Anita meninggalkan kantor.     

Seolah ia benar-benar sedang dihukum. hanya dia seorang yang bekerja lembur hari ini, seluruh ruangan kantor menjadi gelap gulita, hanya lampu diruang kerjanya saja yang menyala. sehingga suasananya terkesan agak menakutkan. ruangan kantor terasa senyap dan mencekam, hanya terdengar suara keyboard computer miliknya menggema dalam ruangan.     

Anita meninggalkan kantor pada pukul sebelas malam, sambil memijit tangannya sendiri yang terasa kram karena kelelahan mengetik seharian, saat ia sampai di pintu utama gedung ia melihat Chen sedang berdiri diluar trotoar gedung sendirian, seperti orang hilang. Anita tersenyum kecil, ia tahu Chen pasti sedang menunggunya, kedua tangan Chen tampak memegang dua cup coffee dari toko terkenal, dan saat melihat kedatangannya, Chen tersenyum hangat dan langsung menghampirinya.     

"Apa yang kau lakukan disini...", sapa Anita berbasa-basi, meskipun ia tahu persis jawabbannya.     

"Menunggumu.... ", jawab Chen polos, tangan kanannya langsung menyodorkan satu cup coffee padanya. Chen sangat marah saat mengetahui Supervisor ditempat kerja Anita telah memperlakukannya tidak adil. ia telah mendengar semuanya. tapi menginggat kharakter Anita, Chen sengaja tidak ingin langsung mengambil tindakan. ia tidak ingin Anita tambah membencinya. ia hanya bisa secara sembunyi-sembunyi melakukan intervensi.     

"Malam ini, biarkan aku memberimu tumpangan pulang ..",     

Anita menerima satu cup coffee hangat dari Chen dan langsung meneguknya sambil terus berjalan menyusuri trotoar. Angin dingin berhembus sepoi-sepoi, suasana jalanan terasa lenggang, Singapore yang hectic seolah sedang beristirahat sejenak. "Chen... apa penampilanku kemarin benar-benar berlebihan ?"     

"Kau ??"     

Anita menganggukkan kepalanya mengiyakan. Chen semula ingin menggodanya, tapi saat melihat ekspresi serius Anita, ia segera mengurungkan niatnya. "Tidak. penampilanmu kemarin biasa saja, tapi apa kau ingin tahu, apa yang menarik perhatian semua orang padamu ?", Chen seolah sudah mengetahui alasan Anita bertanya hal itu padanya     

"Apa..."     

"Kecerdasanmu !, saat kau melontarkan beberapa pertanyaan kritis pada direktur senior kemarin, semua orang langsung menangkap pesona luar biasamu.... kau membuat semua orang ingin mendengar lagi dan lagi setiap argumentmu yang brilliant, apa kau tidak menyadari itu...",     

"Kau bersikap seolah-olah kau disana saat itu", ujar Anita sambil tersenyum samar, meragukan dirinya sendiri.     

"Sebenarnya aku melihat semuanya .... Mmm dari tayangan streaming.."     

"Hahh ?" Anita menghentikan langkahnya, dan menatap Chen dengan serius.     

"Iya. aku menyuruh salah satu assistanceku untuk merekam jalannya seminar ... dan aku melihat jalannya acara via streaming ..."     

"Ohh..." Anita meneguk kembali kopi di tangannya. mereka kembali berjalan menyusuri trotoar jalan. Pagi tadi Anita berangkat kerja dengan naik Uber, karena mobilnya kehabisan bensin, ia lupa mengisi bensin setelah selesai mengantar Chen semalam.     

Mereka sampai ditepi jalan tempat Chen memarkir mobilnya. Anita tersenyum kecil, saat Chen membungkuk kecil dan membuka pintu mobil dan mempersilahkannya masuk, berlagak bagai seorang gentlemen ala kerajaan.     

Tanpa Anita memberitahu alamatnya. Chen telah melajukan mobilnya menuju kearah rumahnya. Tiba-tiba Chen memegangi tangan Anita yang berada diatas pahanya sendiri. dan langsung memijitnya pelan, Anita menoleh kesamping, menatap Chen dengan wajah tidak mengerti. "Apa tanganmu masih pegal ?" tanya Chen lembut.     

"Ahh biasa saja..." jawab Anita sambil melepas pegangan tangan Chen. Chen menarik tangannya dan kembali memegang kendali setir. "Lain kali, bicaralah dengan keras jika ada yang memaksamu melakukan pekerjaan di luar tanggung jawabmu",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.