Shadow of Love

Pastikan dia tetap disana



Pastikan dia tetap disana

0Anita akhirnya tiba dijakarta dengan penerbangan paling pagi dari Singapore. ia tampak mengendong Bryan yang masih tertidur lelap dalam pelukannya, sementara mbak fitri berjalan mengikutinya sambil menyeret kedua koper bawaan mereka. Saat keluar pintu kedatangan tampak mamah dan pak Yanto sudah menunggu kedatangan mereka di pintu keluar. Anita langsung memeluk mamahnya, lalu mencium tangan kanan mamahnya sebagai tanda hormatnya, "Mah, tolong jagain Bryan dulu yah... nita mau langsung ke rumah sakit sekarang... tengokin ibu...",     

Selama ini, mamahnya tidak mengetahui kemelut rumah tangga anaknya, Anita bermagsud mencari waktu yang tepat untuk memberitahunya nanti, ia hanya tidak ingin mamahnya stress memikirkan dirinya. Anita menutupinya dengan selalu berkomunikasi dan memberi kabar tentang dirinya dan Bryan melalui pesan messenger di media sosial mamahnya. pada mamah ia berkata, sengaja membawa Bryan ke singapore untuk preschool, dengan pertimbangan lingkungan disana yang lebih kondusif. Mamah tentu dapat menerima alasannya itu, adalah wajar bagi anak dari kalangan atas untuk membawa anak-anak mereka bersekolah di luar negri sejak dini. Mamah tahu, Hans sangat mencintai Anita dan Bryan, tentu ia ingin yang terbaik untuk puteranya itu, mamah tidak pernah berpikir macam-macam, selagi Anita selalu mengirim foto-foto tentang perkembangan Bryan dari waktu ke waktu padanya. juga sering videocall untuk bonding kedekatan hubungannya dengan cucu kesayangannya itu.     

"Iyaa. kamu tenang saja. biar Bryan sama mamah, kamu rawat besan dengan baik yah.. kalau butuh apa-apa telfon aja mamah okay",     

"Iya mah....." Anita langsung memberikan Bryan dalam pelukan mamahnya, Bryan tampak sangat lelah selama perjalanan, hingga ia tidak terbangun sama sekali.     

Anita membalikkan badan dan mengambil satu koper kecil miliknya,     

"Kamu mau kemana ??, kita sama-sama saja, mamah antar kamu ke rumah sakit dulu baru pulang..." ucap mamah, menahan kepergian Anita,     

"Ahhh, jangan mah... kasian Bryan... mamah pulang duluan saja. tolong nanti panggil tukang pijit buat pijitin Bryan, Nita takut dia kecapean, tadi aku bangunin dia jam empat pagi, jadi sekarang dia pasti masih ngantuk sekali..."     

Melihat wajah tidak rela mamahnya, Anita mengusap bahu mamah dengan lembut, "Mamah jangan khawatir, Nita baik-baik saja kok... naik taxi juga sekali jalan doank, kasihan Bryan mah... kalau mesti nganterin nita ke rumah sakit dulu, ntar mobilnya mesti putar balik lagi khan, mana siangan dikit khan pasti macet ..."     

Mamah mengerti, ia menganggukkan kepalanya setuju, "Yaa udah, kamu hati-hati dijalan yah... nanti sampai di sana kabarin mamah yah..."     

"Iya. pasti mah...."     

Merekapun akhirnya berpisah. Anita naik taxi menuju kerumah sakit, didalam taxi ia menggunakan kesempatan untuk memperbaiki ikatan rambutnya yang berantakan, mengikat erat ekor kuda dibelakangnya, matanya terasa pedih, terpaan AC mobil yang nyaman membuatnya mengantuk, ia menguap kecil, dan buru-buru ia menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya yang ayu tampak polos nyaris tanpa make up, penampilannya terkesan casual dan apa adanya, hanya berbalut kaos putih dan celana Jean's berwarna biru tua dengan sobekkan diarea paha dan lututnya. mengesankan seorang gadis muda yang energic.     

Kaki jenjang Anita berlari kecil menuju kamar perawatan dimana ibu Hans kini dirawat. bibik telah memberitahu sebelumnya pada Anita dimana ruang perawatan ibu, sehingga anita bisa langsung menemukan ibu setibanya di Jakarta. Sampai di depan kamar, Anita mengatur nafasnya sejenak. ia tampak mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh dipipinya.     

Anita menghempas nafasnya dengan keras....     

Ia lalu membuka pintu dengan perlahan. seketika tubuhnya tampak berguncang, hatinya terasa sakit, ia menekan dadanya kuat-kuat, berusaha agar suara tangisnya tidak keluar dari mulutnya. hatinya terasa nyeri melihat ibu tampak terbaring lemah didepannya sana. Anita berjalan pelan mendekati ibu, dalam diam ia terus menatap wajah ibu yang tampak pucat kekuningan, 'Mah.... nita datang.... mah.... nita disini....'     

Anita terdiam membeku ditempatnya, menatap ibu dalam diam. air matanya mengalir deras membasahi wajahnya. dan pertahanannyapun runtuh, ia tidak mampu menahan tangisnya lagi, tubuhnya berguncang sesenggukkan. mamah mendengarnya, ia membuka matanya perlahan. "Sa-yang ... "     

"Mah...." jawab Anita lirih, ia langsung meraih tangan mamah dan menciumnya dengan lembut.     

"Sayang, kamu datang...." ucap mamah lemah sambil berusaha membuka matanya untuk melihat Anita lebih jelas lagi. Anita mendekatkan wajahnya pada ibu dan langsung mencium pipi ibu dengan lembut,     

"Iyaa. Nita sudah datang mah,.. nita akan berada disini merawat mamah..."     

"Anak baik..."Ibu membelai rambut Anita dengan lembut, ia mengusap air mata Anita dengan tangannya yang masih terpasang infus. Anita terharu, tanpa sadar tangisnya justru semakin keras. "Sudah... sudah... jangan nangis, mamah gak kenapa-kenapa kok... kamu gak usah sedih begitu..."     

"Maafkan nita mah... salah nita, yang telah membuat mamah kecapean dan drop begini.."     

"Jangan bicara begitu, mamah memang sudah tua. tubuh mamah tidak sekuat dulu, semakin tua, semakin banyak penyakit berdatangan... dan ini tidak ada hubungannya denganmu, kamu jangan suka menyalahkan dirimu begini... mamah tidak rela, mamah sangat menyayangimu... mengerti.",     

"Tetap saja, seharusnya nita bisa menjaga mamah lebih baik lagi..." Anita terus menciumi tangan ibu penuh penyesalan.     

Ibu tersenyum kecil, membelai pipi Anita penuh kasih sayang, tiba-tiba dahinya mengerut, ia seperti teringat sesuatu. "Bryan mana ?, apa kau tidak membawanya serta ?"     

"Bryan nita titipin sementara dirumah mamah ... biar dipijitin, soalnya ia agak kecapean tadi, nanti kalau mamah sudah sembuh. pasti nita bawa Bryan kesini... buat jengukin mamah okay."     

"Ohh Iya gak apa-apa ... lagian lingkungan rumah sakit tidak baik untuk anak-anak ... banyak virus ..nanti saja kamu bawa dia pulang ke pondok indah kalau mamah sudah sembuh yahh"     

"Tentu saja mahh... pasti !! ..pasti Mah !!" jawab Anita lugas. langsung menyanggupi keinginan mamah.     

"Mamah sekarang keluhannya dimana ? Apakah dilambung? atau dimana? kenapa mamah bisa tiba-tiba pingsan dikamar mandi semalam."     

"Mamah sendiri gak ingat nitt... cuma semalam mamah merasa pusing sekali. terus rasanya pengen muntah, makanya mamah ke kamar mandi, ehh tiba-tiba mamah tidak sadarkan diri. terus tau-tau sudah sampai disini saja,"     

"Huh, untung saja saat mamah jatuh yang kebentur gak kepala duluan.... jadi gak ada komplikasi trauma dikepala ... nita udah takut saja kalau-kalau mamah kena trauma capitis.... lain kali minta tolong pelayan untuk temenin mamah kemanapun pergi, apalagi kalau mamah udah ngerasa gak enak badan.", ucap Anita dengan nada protest.     

"Iyaa... iyaa... mamah ngertii... lain kali mamah akan dengerin apa katamu," tangan mereka tampak masih saling bertautan. mereka saling berpandangan dan saling berbalas senyum kelegaan.     

.     

.     

"Hallo boss. Kami menemukan istri anda !''     

"Benarkah !"     

"Istri anda sekarang sedang berada di MMC hospital .. bersama seorang wanita tua."     

"Okay... block seluruh entrance rumah sakit sekarang juga. pastikan dia tetap disana. aku akan segera ke lokasi dalam tiga puluh menit. kalian tidak boleh lengah. Jangan sampai kehilangan jejaknya lagi. mengerti !"     

"Siap boss !!"     

Jantung Hans bagai berhenti seketika. merasa tidak percaya dengan kabar yang baru didengarnya. ia menatap wallpaper dengan foto Anita pada ponselnya, matanya tampak berkaca-kaca, jantungnya berdegup dengan kencang, feels exited, tiba-tiba ia merasa jiwanya sejuk kembali, ia seakan telah menemukan cintanya lagi,     

Hans mengusap hidungnya sambil berlari kecil menuju lift. ia langsung menekan angka satu. untuk membawanya kelantai dasar gedung kantor "Bapak mau saya antar kemana?" tanya pak Azka, menyambut kedatangan Hans dilantai bawah, satu menit yang lalu Hans menelfonnya untuk menyiapkan mobil untuknya.     

"Berikan kunci mobilnya padaku, aku ingin membawa mobilnya sendiri..."     

Pak Azka langsung mengerti. ia segera menyerahkan kunci mobil itu tanpa banyak bertanya lagi.     

Hans tampak terus tersenyum sendiri sambil melajukan mobilnya kerumah sakit.     

Seperti yang di informasikan oleh informan yang khusus bekerja untuknya bahwa Anita kini berada di ruang perawatan VIP 005 rumah sakit besar itu. Hans kini berada tepat didepan pintu kamar, raut wajahnya tampak tegang, dan jantungnya berdebar dengan kencang.     

Hans tidak langsung masuk kedalam kamar, ia mencoba menenangkan dirinya dulu, ia tampak menghela nafas panjang, dan mengatur nafasnya menjadi normal kembali.     

Tokk tokk tokk !     

Hans mengetuk pintu kamar dan langsung membukanya pelan. dengan hati berdebar-debar ia melangkah masuk kedalam kamar, tapi seketika matanya membuka lebar, saat tahu pasien yang dirawat dikamar itu tidak lain adalah Ibunya sendiri.     

"I-I-ibu..." Hans menatap ibu yang terbaring lemah didepannya dengan wajah shocked. ibu terbangun dan melihat kedatangan puteranya.     

"Ohhh hans... kamu datang...Ss-tttt...." ucap ibu lirih, langsung memberi kode pada Hans untuk berbicara dengan nada rendah. ibu tampak menaruh jari telunjuknya didepan bibirnya. sambil menunjuk kearah anita yang tengah tertidur disofa.     

Hans langsung menganggukkan kepalanya mengerti. "Iyaa bu.." Hans lalu mengenggam tangan ibu dan menatapnya dengan cemas. "Ibu kenapa ?? kenapa tidak ada satupun yang ngasih tahu aku jika ibu sedang dirawat disini ??"     

"Hahh... jadi bagaimana kau bisa tahu aku ada di sini...."     

"Emm-mm Hans pikir...Emm-mm... sebenarnya..." Hans menggaruk kepalanya berulang kali, tidak tahu harus menjawab apa. sebenarnya semalam ia menginap di rumah Katty, dan paginya berangkat ke kantor seperti biasanya. dan ia benar-benar tidak tahu tentang kejadian yang menimpa ibu semalam. 'Huh aku akan memecat seluruh pelayan dirumah ibu. mereka semua tidak becus !! beraninya mereka tidak memberitahu keadaan ibu yang genting begini padaku.' batin Hans kesal, Hans sangat marah, saat mendapati ia bahkan tidak menerima satu pesanpun dari kepala rumah tangga dikediaman ibunya.     

Sejak kepergian Anita. ia kini jarang pulang kerumah menteng, baginya pulang ke menteng hanya membuat hatinya merasa sedih, semua tempat dirumah itu seolah hanya menginggatkannya pada Anita dan Bryan yang begitu ia rindukan. ia bahkan tidak sanggup untuk tidur sendirian disana. karena membuat hatinya semakin merana.     

"Dasar Anak nakal.... sudahlah ibu mengerti.." ucap ibu bijaksana, tidak ingin mencerca pertanyaan pada Hans lagi.     

"Ibu ... Maafkan Hans..." Hans langsung memeluk ibunya dengan erat, perasaan bersalah menyelimuti hatinya.     

"Sudah ... it's okay ... ibu baik-baik saja kok ... tadi nita datang pagi-pagi sekali. jadi ia masih ngantuk.. ibu yang menyuruhnya tidur sebentar agar tidak sakit kepala," ucap mamah lirih, matanya menunjuk kearah anita yang tampak tertidur pulas disofa. Hans menganggukan kepalanya tanda mengerti.     

"Jangan khawatir bu...Hans dan nita akan merawat ibu dengan baik... ibu beristirahatlah sekarang yah"     

"Iyaa... baiklah..."     

Hans melepaskan gengaman tangannya pada ibu, dan merapikan selimutnya, membiarkan ibu untuk beristirahat tidur, ia lalu berjalan perlahan mendekati anita yang terbaring dengan pasrah disofa. rambutnya tampak bertabrakan acak acakan, menutupi sebagian wajahnya. Hans memandangi wajah Anita tak berkedip, bibirnya melengkung keatas, ia tampak tersenyum kecil.     

Hans sama sekali tidak menyentuhnya. karena ia tidak ingin menganggu tidur lelap anita. ia duduk disofa disampingnya, dengan tatapan matanya terus mengawasi anita.     

Ibu melihatnya, perasaannya bercampur aduk, ada rasa cemas juga lega yang tidak terkatakan. ia menatap keduanya dengan mata berkaca-kaca.     

Tiba-tiba tatapan mata Hans tertuju pada tas coklat diatas meja. ia tahu, itu adalah tas milik anita. dengan gerakan hati-hati ia meraih tas milik Anita, dan memeriksanya di dalam pelukannya. kemudian ia tampak mengaduk isi didalamnya, memeriksa satu per satu isi dalam tas itu. keningnya sedikit berkerut, saat ia melihat pada selembar kertas di tangannya. sebuah tiket penerbangan dari Singapore pagi ini.     

Hans langsung menatap kearah ibunya dengan wajah kesal, ibu tahu, dan ia segera memejamkan kedua matanya dan pura-pura tidur. Hans tersenyum sinis. 'hmm rupanya benar. selama ini ibu yang membantu menyembunyikan nita dariku ...' Hans menggertakkan giginya kuat, sambil menatap kearah ibu dengan wajah kesal setengah mati.     

'pantas saja, aku tidak bisa menemukanmu kemana-mana. Huh, kau memang selalu bisa mengecohku nita' Hans meremas ticket pesawat itu hingga tidak berbentuk. sambil melirik kearah anita yang masih tertidur dengan pulasnya.     

Tanpa sepengetahuan Anita, Hans lalu mengambil ID card dan passport milik Anita, ia kemudian memasukkannya kedalam kantong celananya sambil menatap Anita dengan wajah menantang. setelah itu ia mengembalikkan tas anita keposisinya semula.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.