Shadow of Love

Kembali pulang bersamaku



Kembali pulang bersamaku

0Anita membuka matanya dan menguap. ia lalu merenggangkan tubuhnya, strength her body, ia menurunkan kakinya kebawah, duduk sebentar sambil menyandarkan kepalanya pada dinding sofa. setelah beberapa saat, ia berhasil menata perasaannya dan bangkit dari sofa. Anita berjalan kearah dispenser yang berada diujung ruangan, ia merasa haus, ingin minum air putih. baru juga ia menuang air kedalam gelasnya, tatapan matanya langsung menuju kearah pintu kamar mandi disampingnya, ia mendengar bunyi gemericik air dari dalam.     

Anita mengeryitkan keningnya, sambil menatap kearah tempat tidur ibu, tapi dilihatnya ibu masih terbaring tempatnya... jadi siapa yang berada didalam ?, tapi belum juga otaknya memproses, tiba-tiba pintu kamar mandi itu dibuka dari dalam. dan tatapan matanya langsung bertemu pandang dengan sosok jangkung yang sangat dikenalnya, "Eh...K-Kamu...."     

Hans langsung tersenyum manis kearahnya, melangkah santai keluar dari kamar mandi dengan gaya cool, Anita menelan ludahnya dengan berat, sialnya ia bahkan tidak mampu menyembunyikan rasa gugupnya. meskipun ia tahu jika saat ini pasti akan terjadi, mau tidak mau ia pasti akan bertemu dengan Hans kembali. dan ini hanyalah masalah waktu saja, tapi tetap saja .... ia tidak menyangka akan terjadi secepat ini. perkiraannya tadi, ia mungkin akan bertemu Hans nanti malam, setelah dia pulang dari kantor.     

Anita tampak berdiri mematung ditempatnya. tubuhnya seolah tidak bisa digerakkan, dan gelas kertas berisi air putih di tangannya tampak bergetar, 'Please nita calm down... apa yang kau takutkan !!' ia langsung meminum air putih dalam gelas ditangannya, tapi tangannya seperti lemas sehingga tanpa sadar ia menumpahkan airnya.     

Hans tersenyum kecil, Anita melihatnya, wajahnya seketika merona merah, ia buru-buru membungkukan badannya, dan berjongkok mengelap lantai yang basah dengan tissue ditangannya. hatinya semakin berdebar kencang, saat langkah kaki Hans perlahan mendekat kearahnya."Kenapa ceroboh sekali..." Hans langsung mengambil beberapa lembar tissue dalam tissue pack diatas meja, lalu jongkok dan ikut membantu Anita mengelap lantai yang basah.     

"Maaf... aku tidak berhati-hati..." ucap Anita pelan, suaranya terdengar sedikit bergetar. Hans mencuri pandang kearahnya, membuat Anita semakin gugup. ia terus menundukkan kepalanya kebawah. mengelap lantai dengan bersungguh-sungguh, dan sama sekali tidak berani menatap balik padanya, Anita terus berpura-pura sibuk mengelap lantai hingga kering.     

"Apa kamu baru datang ?" tanya anita pelan. memberanikan diri membuka percakapan.     

"Sudah kira-kira sejam yang lalu ..."     

"Ohh ..." Wajah Anita kian memerah, 'Sial !! pantas saja dia tidak terkejut melihatku!!'Anita menutup kedua matanya rapat-rapat, sambil memaki dalam hati 'Huh siapa suruh kau datang-datang malah molor duluan!' hardik Anita menyalahkan diri.     

"Bagaimana Bryan ? "     

"D-Dia sehat..." Anita back to reality,     

"Aku kangen banget sama dia ...."     

Anita terdiam, tiba-tiba lidahnya terasa kelu, tidak mampu berkata sepatah katapun. ia sangat tahu arti ucapan Hans. saat ini mungkin ia sedang sangat marah padanya, karena telah memisahkan paksa dirinya dengan puteranya.     

Anita menggigit bibirnya dengan gugup, saat dilihatnya ia telah mengelap lantai itu hingga kering, ia kemudian berdiri dan langsung membuang tissue kotornya ketempat sampah. Hans tampak mengikuti setiap langkahnya di belakang. ia ikut membuang tissue kotornya bersamaan dengannya.     

Anita menyadari jika Hans terus mengamati setiap gerak geriknya. dan ia menjadi salah tingkah sendiri, ia lalu mengambil satu gelas kertas baru lagi, dan menuangkan air hangat dari dispenser lalu meminumnya dengan perlahan.     

Hans tetap dengan sikapnya, Anita mencuri pandang kearahnya. tatapan mata mereka bertabrakan. "Uhuk....Uhuk... uhuk !!" Anita langsung tersedak. Hans tersenyum kecil, dan langsung menepuk punggungnya dengan lembut. "Pelan-pelan saja minumnya, gak usah buru-buru ~...", Anita dapat merasakan nada suara Hans yang terdengar seperti mengejeknya.     

Anita merasa kesal, ia buru-buru menepis tepukan tangan Hans dibahunya. dan membalas menatapnya tajam. 'Dasar Bedebah !! beraninya....', melihat tatapan maut Anita, Hans langsung mengangkat dua tangannya, dan tersenyum kecil, sengaja menggoda.     

"Kamu udah bangun nitt ?...", tanya mamah tiba-tiba. Anita tersentak, ia segera berjalan mendekat dan duduk disisi tempat tidur ibu, "Iyaa mah... maaf berisik jadi bangunin mamah yah, barusan gak sengaja nita tumpahin air dilantai..." Anita langsung menempelkan punggung tangannya di dahi ibu, untuk mengetahui perkiraan temperature tubuh ibu saat ini,     

"Hah kok bisa ?" Ibu langsung menatap kearah Hans dengan nanar, "Kau pasti yang sudah bikin nita kaget khan !" ujar ibu dengan nada galak, tatapan mata ibu seolah ingin menelan Hans hidup-hidup.     

"Ehh, galak amat. Hans gak sengaja kok bu~...",     

"Huh Modus saja kau! Awas yah. kamu gak boleh menganggu nita-ku lagi. paham !!"     

"Apaan sih ibu, aku gak ngapa-ngapain dia kok-, barusan nita sendiri yang minumnya terburu-buru, jadi tersedak ..."     

Ibu mengacuhkan penjelasan Hans, ia fokus menatap dan mengenggam tangan Anita dengan erat,     

"Kau kasih tahu mamah saja jika dia berani menganggumu lagi. paham !!" ucap ibu tegas, sambil matanya melirik kearah Hans sinis. Anita spontan tertawa kecil, balas menatap ibu gemas, "Nita baik-baik saja kok mah...."     

'Huh, sebenarnya aku ini benar-benar anaknya bukan sih ?!!...' gerutu Hans kesal, sambil berjalan dan duduk disofa kembali.     

"Mah... apa mamah sudah lebih baik..."     

"Iya. mamah udah agak baikan nit, hanya masih sedikit pusing kepala saja."     

"Nita kasih tahu ke perawat yang jaga yahh... biar dikasih obat untuk sakit kepalanya "     

"Tidak perlu... tadi mamah udah ngasih tahu sendiri ke perawat yang barusan mengukur tekanan darah kok, ... katanya dia akan report ke dokter jaga, agar nanti segera diberikan tindakan ... kalau sudah dikasih resep, dia akan segera mengantarkan obatnya kesini..",     

"Begitu yah.... Mmm apa mamah lapar ? Eh mamah khan belum sarapan yah..."     

"Sebelum kamu datang tadi, bibik sudah menyuapi bubur untuk sarapan ... sekarang mamah masih gak lapar, mamah gak punya nafsu makan",     

"Meski mamah gak punya nafsu makan, mamah tetap harus makan walau sedikit. biar daya tahan tubuhnya meningkat dan mempercepat proses kesembuhan."     

"Iya-aa.. nanti..." ujar ibu ngeles.     

"Kalian berdua juga pada belum makan khan. keluar dulu sana. .. cari makan siang gihh ...."     

Anita dan hans kompak saling bertatapan.     

"Apa kamu lapar ?..." tanya anita pelan,     

"Hmmm sedikit " balas Hans lirih, memasang ekspresi sendu,     

"Kalau begitu kamu saja yang keluar gihh, cari makan sana ...."     

"Em-mm enggak ah - gak jadi... tiba-tiba gak jadi laper kok nitt, it's okay aku mau tetap disini saja," jawab Hans lesu, kembali menatap smartphone miliknya dengan ekspresi tidak bersemanggat. Anita mengerti magsud ucapan Hans, ia langsung berdiri dan mengambil tote bagnya. "Ayok kita keluar cari makan,"     

Wajah Hans langsung berseri cerah, ia segera berdiri gagah, menyambut ajakan anita dengan wajah exited.     

Anita berpamitan pada bibik yang kebetulan datang dengan membawa satu gelas juice sayuran segar untuk ibu, untuk menggantikan menjaga ibu sementara dia pergi.     

Sebenarnya Anita juga merasa sedikit lapar. karena ia juga belum makan apapun sejak pagi.     

"Bu-u.. Hans bawa nita keluar makan siang dulu yahh... apa ibu mau nitip sesuatu..."     

"Enggak ada hans... kalian berdua enjoy saja, sayang kamu makan yang banyak yahh", ucap ibu seolah khusus mengingatkan pada Anita saja. Hans mengerutkan alisnya, memasang wajah cemberut.     

"Iyaa mah pasti. kami pamit keluar dulu yahh"     

Mereka berdua pergi meninggalkan kamar perawatan ibu dengan berjalan beriringan, saat berada didalam lift. mereka juga saling tidak berbicara, Anita tampak bersikap cuek, ekspresi wajahnya benar-benar terlihat dingin. mereka bagai dua orang asing yang tidak saling kenal.     

"Kamu mau makan apa ?.."     

"Apa saja .... terserah kamu saja... "     

"Ke Oliver yuk...",     

Oliver adalah sebuah restaurant elite bernuansa Vietnam yang terletak di pusat kota, Hans tahu Anita dulu sangat menyukai masakan Vietnam yang memiliki cita rasa asam pedas khas negri topi bundar itu.     

"Gak usah, kejauhan. kita cari tempat makan didekat-dekat sini saja."     

Sambil menyetir, pandangan Hans memencar kesekitarnya. "Emm kalau di dekat sini, yang ada cuma gerai Fried chicken nitt.."     

"Boleh... gak apa-apa...."     

"Ohh..."     

Hans mengangguk dan langsung membawa mobilnya kearah gerai Fried chicken yang terletak hanya beberapa menit dari rumah sakit.     

Sesampai ditempat makan....     

Anita tampak memesan beberapa menu makanan dan soft drink untuknya dan Hans. sementara Hans menunggunya dimeja mereka. pelayan gerai fast food itu selesai menghitung transaksi pembelian Anita, satu tangan Anita terus mengaduk isi tasnya. bermagsud mengambil dompet didalamnya untuk membayar tagihan makanannya di cashier.     

Pelayan pria itu menunggu dengan wajah ramah, tetapi antrian dibelakangnya tampak tidak sabar. "Maaf mas, pesanan saya di pending sebentar yah.... saya lagi nyari kartu saya..." ucap Anita penuh penyesalan,     

"Iyaa bu... gak apa-apa...."     

Dengan wajah bingung Anita menggeledah isi tas miliknya, matanya tampak memeriksa dengan seksama isi dalam tas miliknya satu persatu. ia mengambil dompetnya, matanya langsung terbelalak lebar, saat mendapati dompetnya itu telah bersih.     

ia tidak dapat menemukan semua kartu kreditnya, termasuk black card pemberian ibu. mata Anita tampak berkaca-kaca, ia hampir mau menangis ketika ia juga tidak menemukan passport dan ID CARD yang merupakan kartu identitas tinggalnya di singapore, dengan wajah panik, Anita segera mengangkat tasnya ke atas meja cashier, ia terus mencoba mencari kedalam bagian tasnya yang lain. berharap dapat menemukan barang yang dicarinya itu.     

Ia terdiam sejenak, seperti sedang menginggat sesuatu, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi pucat pasi, 'Astaga... jangan-jangan aku tadi kecopetan dibandara ?!!'     

'Ohh Tuhan, bagaimana ini....' Anita merasakan kakinya terasa lemas, dan tubuhnya seakan tidak bertenaga.     

Hans menatap kearah depan, mendapati Anita belum selesai juga dengan pembayarannya, ia seperti menyadari ada sesuatu yang salah, ia lalu datang menghampiri Anita ditempat cashier.     

"Ada apa ?..."     

"Em-mm tolong kamu bayarin dulu makanannya yah" ucap anita pelan. sambil mengalungkan tote bagnya pada lengannya. Anita meninggalkan meja cashier dengan langkah terseok, ia bahkan tidak membawa serta nampan berisi pesanan makanan dan minumannya.     

Hans tersenyum kecil, ia mengerti, dan langsung menyelesaikan pembayaran makanan mereka di cashier. ia lalu kembali ke meja dengan membawa serta pesanan makanan mereka. Hans menaruh nampan diatas meja. menyajikan beberapa makanan tepat didepan meja milik Anita dan dirinya, sebelum kemudian ia duduk kembali dikursinya.     

Wajah Anita terlihat frustasi, matanya tampak berkaca-kaca, ia tampak kembali meraih tas dipundaknya. dan membuka tote bag miliknya lebar-lebar. Hans meneguk Latte miliknya dengan tenang, menggigit hamburger lezat ditangannya dengan nikmat, Anita terus mencoba mencari barang miliknya yang hilang entah kemana. ia bahkan tidak dapat menyembunyikan wajah paniknya lagi     

"Kamu kenapa ?, cepettan makan, nanti makananmu keburu dingin."     

"Ehhh enggak kenapa-kenapa kok... kamu makan aja duluan.."     

"Apa kamu kehilangan sesuatu ?"     

Degh !     

Wajah anita tiba-tiba berubah suram, ia langsung mendengakkan wajahnya keatas, menatap kearah Hans dengan tajam. ia seperti telah menyadari sesuatu.     

"Apa kamu yang telah mengambilnya ?!" tatapan mata Anita jelas menunjukkan jika ia sangat yakin seribu persen bahwa Hans-lah pelaku yang mengambil documentsnya.     

"....magsudmu ??..." Hans pura-pura tidak mengerti, ia mencocolkan kentang gorengnya pada saos sambal dikotak makannya.     

"Tidak usah berpura-pura lagi !! cepat kembalikan padaku sekarang !!" Anita menatapnya super garang.     

"Apa kamu sedang menuduhku sebagai pencuri ?"     

"Apalagi. Cepat kembalikan semuanya padaku !!"     

"Bo~leh.... kau ambil sendiri jika kau mampu", jawab Hans santai, tidak berbasa-basi lagi.     

"Hans !! jangan bermain-main denganku "     

"Apa aku terlihat sedang bermain-main ??"     

"Ha-aanss.... Apa sebenarnya maumu ! !"     

"Kembali pulang kerumah bersamaku..."     

"Kau benar-benar yah!!"     

"Terserah kamu... kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa, aku tidak akan memaksamu" ucap hans santai. kembali menggigit fried chicken ditangannya. Anita mengatur nafasnya yang terengah-engah, karena menahan amarah, ia berusaha tenang dan bersikap sabar.     

"Hans, aku mohon, jangan bersikap begini padaku. aku bahkan tidak pernah menuntut apapun darimu. aku tidak mengambil sepeserpun uangmu, aku hanya ingin hidup dengan damai bersama Bryan... jadi please, tolong lepaskanlah aku..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.