Shadow of Love

Menjadikanmu istriku selama hidupku



Menjadikanmu istriku selama hidupku

0"Enak banget kau ngomong !. lalu bagaimana denganku ?. apa kau pikir aku tidak merindukan Bryan ??. dan apa kau pikir Bryan juga tidak merindukanku ??. kau seenaknya saja membawanya pergi, tanpa memperdulikan perasaanku dan Bryan. kenapa kau begitu egois nita ? ... kenapa kau hanya memikirkan perasaanmu sendiri. tidak bisakah kau sedikit menghargai perasaan orang lain.",     

Mereka saling bertatapan tajam, tiba-tiba bibir Anita melengkung keatas, tersenyum sinis pada Hans. "Huh, apa kau sedang berakting ??, Kau Jangan playing victim !! , kau tahu dengan pasti, apa alasanku berkeras minta bercerai dan pergi dari rumah !!",     

"Tapi tetap saja. kau tidak bisa pergi menghilang begitu saja !!, "     

"Jadi, apa magsudmu aku harus tetap bertahan dirumahmu ?? berbesar hati melihatmu membawa para wanitamu kerumah dan menyaksikan kalian memadu cinta dengan vulgar setiap hari ?..."     

"Aku sengaja melakukannya saat itu. karena aku merasa sangat marah padamu... siapa suruh kau terus mengabaikanku... kau membuatku frustasi.... tapi aku benar-benar menyesal setelahnya.... aku benar-benar sangat terpukul atas kepergianmu.... aku sangat merindukanmu dan Bryan nit... sungguh...",     

Anita menghela nafasnya pelan, mereka saling bertatapan penuh arti, Hans terlihat sangat rapuh, ia tampak menekan hidungnya yang tiba-tiba berair, Anita melihatnya dan hatinya tersentuh. ia akui ... ia telah berlaku egois pada Hans dan Bryan. telah memisahkan mereka sekian bulan lamanya, dan kenyataannya Bryan telah berulang kali mencari daddynya dalam beberapa kesempatan. ia tahu, dalam hati Bryan diam-diam memendam kerinduan pada sosok daddynya. juga sebaliknya, Hans-pun merasakan rindu yang sama.     

Anita menundukkan kepalanya kebawah dan berkata pelan, "Tapi bukankah kau akan segera memiliki anak bersama Katty. kemudian Bryan mungkin hanya akan menjadi duri dalam hidup kalian... bukankah lebih baik jika ia tetap bersamaku, biarkan aku yang merawatnya sendiri... agar kau bisa fokus dengan keluarga barumu",     

"Huh, Kau tahu apa ... "     

"Memang aku tidak tahu apa-apa.... karena kau terlalu pintar menyembunyikannya dariku..."     

"Aku tidak melakukannya," balas Hans tegas. berkeras mengelak ucapan Anita.     

"Huh terus saja berkilah !!, aku tetap tidak percaya padamu !!, cepat balikin semua kartuku sekarang !!"     

"Gak akan !!,"     

"Ha-ans !!...." bentak Anita keras, sambil menatap wajah Hans dengan kesal, ... namun detik berikutnya ia tiba-tiba menemukan ide cemerlang di kepalanya, dan ia buru-buru melunakan ekspresi wajahnya dan berkata dengan lembut, "... atau..., bagaimana, jika kita fifty- fifty. jadi.... Bryan akan tinggal bersamaku, tapi ... jika kau rindu padanya, kau bisa datang kapanpun kau mau, kau boleh menjenguknya sewaktu-waktu dan mengajaknya menginap dirumahmu, atau jika kau mau kau juga bisa mengajaknya liburan dengan membawa serta mbak fitri untuk menjaganya... bagaimana.?" ucap Anita dengan wajah bersinar,     

"Huh, Bukan itu yang aku mau !"     

"Lalu apa maumu ?, Kau tidak bisa menguasai Bryan hanya untukmu, biar bagaimanapun aku adalah Ibunya, lagian aku yang memegang hak perwaliannya, aku sudah berbaik hati menawarkan access lebar padamu, tapi sepertinya kau masih tidak puas dengan itu !...., Yaa sudah kalau kau merasa keberatan. kau ajukan saja gugatan perwalian ke pengadilan sekali lagi, biar nanti hakim yang akan memutuskannya !!, sekarang kembalikan semua kartu dan passportku !", balas Anita galak. sambil mengadahkan tangannya keatas. menodong Hans untuk mengembalikan semua barang miliknya.     

Hans mengelak, ia tidak memperdulikan permintaan Anita. "Apa kau benar-benar ingin passport dan kartumu kembali ?",     

"Apa masih kurang jelas ?!!"     

"Baik. aku akan kembalikan semuanya padamu ... tapi dengan satu syarat..."     

Anita memalingkan wajahnya, tidak ingin mendengar syarat yang diajukan Hans. Hans melanjutkan kata-katanya, "Aku mau kita bersama lagi,"     

Anita langsung menatap Hans dengan wajah tidak percaya, "... apa kau sadar dengan apa yang kau katakan ?"     

"Tentu saja !" Jawab Hans penuh percaya diri. "Bagiku, menikah hanya sekali seumur hidup, aku telah berjanji akan menjadikanmu istriku selama hidupku. itu adalah janji yang kuucapkan padamu dan pada Tuhan, meskipun sekarang kau berusaha menghancurkan pernikahan ini, dengan berkeras bercerai dariku. tapi selama aku masih bernafas, aku tidak akan menyerah padamu",     

Anita menatap Hans dengan wajah putus asa, mungkin jika kata-katanya tadi ia ucapkan dimasa lalu... mungkin ia akan terpengaruh dan langsung jatuh kembali kepelukannya.     

Anita memejamkan matanya sejenak, ia seolah baru menyadari, jika Hans sangat pintar mengaduk-aduk perasaannya. membuatnya luluh.     

"Sudah, buruan makan. tuh makananmu udah dingin ", Hans menyodorkan makanan fast food itu ke depan mejanya. Anita cemberut,     

"Kamu makan aja sendiri... aku udah gak berselera makan."     

"Sudah, Jangan ngambek lagi dong ... buruan makan..." bujuk Hans merajuk, ia membantu membuka kotak makanan Anita.     

"Enggak mau !.. aku ngak lapar !! "     

"Kalau kamu gak mau makan, ntar aku kasih tau ke ibu loh, kalau kamu ngambek dan gak jadi makan." ancam Hans dengan nada membujuk,     

"Siapa takut... kau kasih tau saja !! ...Oiyaa sekalian kamu kasih tau juga, kalau kamu sengaja mengambil passport dan semua kartu kreditku untuk menahanku disini ...dasar gak tahu malu!"     

"Ingat... status kita sekarang sudah resmi bercerai. jadi kau tidak punya hak memperlakukanku begitu..."     

"Hahaha siapa yang sudah resmi bercerai ?? jangan mimpi kamu !!" balas Hans tak kalah sengit.     

Anita langsung mengangkat kepalanya dengan tegak. membalas menatap hans dengan tatapan nanar.     

"Apa magsudmu ! jelas-jelas putusan pengadilan sudah ada ditanganku. faktanya kita memang sudah resmi bercerai. dan hak perwalian Bryan juga sudah jatuh padaku … you can't deny !!"     

"Hmm... sepertinya lawyermu tidak memberi informasi lengkap padamu....",     

"Hah ??" Anita menatap Hans dengan wajah tidak mengerti,     

"Nita sa-yang...putusan pengadilan yang kau pegang itu belum final sa~yang ... "     

Hans menatap wajah Anita lekat, berbicara dengan nada lembut tapi terdengar sangat tajam. Anita diam, merasa sedikit gentar, "Listen ..., saat putusan pengadilan itu keluar, saat itu juga aku langsung mengajukan proses banding,... dan fortunately proses itu diterima, aku bisa pastikan, ... sekarang dan selamanya kamu itu akan tetap menjadi istriku mengerti ?!", Hans sengaja memasukkan satu slice kentang goreng pada mulut Anita yang membuka.     

Anita tersadar, dan ia langsung melepeh kentang goreng itu dengan kesal,     

"Ohh Ha-ans... can you just~...." Anita menatap Hans dengan wajah putus asa, ia menelan ludahnya dengan berat, ia benar-benar merasa tidak percaya pada pernyataan Hans, tapi melihat kharakternya, apapun bisa terjadi.     

Anita menundukkan kepalanya kebawah, perasaan kecewa menyelimuti hatinya, entah apa yang dikatakan Hans benar atau tidak, ia seperti sudah tidak bertenaga untuk membalas argumentnya lagi.     

"Kalian sudah kembali " tanya ibu lembut, saat melihat kedatangan mereka kembali dari makan siangnya.     

"Iyaa mah ... kami sudah makan dengan kenyang... " jawab Anita lembut, langsung menghampiri ibu ke tempat tidurnya dan menyambut uluran tangannya.     

"Kalian makan apa tadi..."     

"Makan angin dia bu..." Hans spontan menjawab dengan suara keras, Anita terkejut, ia memelototi Hans dengan wajah panik, lalu kembali menatap ibu sambil tertawa yang dipaksakan. "Hahaha jangan dengerin dia mah, Hans memang suka jail,"     

Hans tersenyum samar, mereka saling beradu pandang dan Hans tahu, jika ibu sampai tahu Anita tidak jadi makan, ia pasti akan sangat khawatir, dan Anita tidak mau ibu menjadi khawatir padanya. 'Baiklah nanti aku akan memesan sesuatu untuknya ', mereka saling bertatapan dan saling mengerti. Hans berhenti menggodanya, dan kembali sibuk dengan smartphone ditangannya.     

"Barusan bibik sudah suapin makan dan bantu bersihin badan mamah, makanya mamah udah merasa lebih segar sekarang..."     

"O-iya... Syukurlah kalau mamah sudah merasa lebih baik "     

"Hmm "     

"Bagaimana kalau nita pijitin kaki mamah .... biar gak kram yahh..."     

"Gak usah nit, mamah barusan abis minum obat untuk siang. dan sekarang mamah ngantuk, pengen tidur lagi,..."     

"Yaa udah... mamah istirahat saja kalau begitu. kalau mamah butuh sesuatu, panggil saja nita yah... nita duduk disofa sama Hans...."     

"Iya..."     

Setelah merapikan selimut ibu, Anita berjalan kearah sofa, ia sengaja memasang wajah cuek dan langsung berbaring disofa. wajahnya tampak tidak bersemangat. ia lalu membenamkan wajahnya dibantal , dan pura-pura tidur .     

Hans terus mengamatinya. ia tahu, Anita masih marah padanya. bukan hanya karena ia telah mengambil semua kartu kredit dan passportnya saja, juga karena proses bandingnya yang baru saja diketahuinya, yang ternyata masih di proses dipengadilan.     

Hati Hans meluruh, ia merasa tidak tega melihat reaksi murung Anita, ia kemudian berjalan mendekat dan duduk menyempil disamping sofa Anita.     

"Jangan marah dong ... nanti ibu curiga" bisik hans lembut. satu jarinya mencolek pinggang Anita, bermagsud menggelitiknya.     

"Jangan ganggu aku. aku mau tidur. kepalaku pusing !" jawab anita tegas. satu tangannya spontan menghempas tangan Hans yang membelai bahunya, mengusir Hans agar menjauh darinya.     

"Yaa sudah... kalau begitu aku balik ke kantor dulu yahh. nanti pulang kantor aku kesini lagi."     

Anita terdiam. tidak merespon ucapan Hans sedikitpun. ia benar-benar merasa tersandera lahir dan batin. dan tanpa terasa air matanyapun keluar, ia menangis dalam diam. saat ini merasa sangat putus asa, ia merasa sedang berjalan di lorong gelap tanpa jalan keluar. dan ia terus meraba-raba untuk menemukan pegangan hidupnya.     

Hans berpamitan pada ibu sebelum kembali kekantor, ia menatap kearah sofa sekali lagi, merasa sedikit cemas, sebenarnya ia tidak ingin pergi, ia masih ingin bersama Anita, rasa rindunya belum terobati. tapi saat melihat sikap Anita, ia segera mengurungkan niatnya, Hans tahu kehadirannya membuat Anita tertekan, ia ingin memberi space dan membiarkan anita mengurus ibu dengan perasaan tenang.     

.     

.     

Chen mengerutkan keningnya, saat menerima sebuah pesan singkat dari Lee. "Hei boss... gadismu meminta cuti selama satu minggu, ia beralasan ada keperluan mendadak dan harus pulang ke Jakarta, untuk mengurus ibunya yang sakit. apa kau sudah tahu tentang itu ?"     

"Okay !," balas Chen singkat.     

"Apa sebaiknya aku panggil Yeoh bekerja kembali ?, agar gadismu itu tidak semena-mena pergi tanpa kabar padamu ?"     

"Tutup mulutmu !!"     

Lee terkekeh kecil, menatap balasan chat dari Chen yang terkesan sangat kesal padanya. ia membayangkan bagaimana wajah dongkol Chen saat membaca cemooh darinya.     

.     

.     

Pesan pertama.     

"Are you okay ? What's going on ?, apa perlu bantuanku ?"     

Pesan kedua.     

"Come on, just tell me what happens ? Lee bilang mamah kamu sakit... apa boleh aku menjenguknya kesana ?",     

Puluhan message dari Chen memenuhi notifikasi ponsel Anita.     

Anita hanya melihatnya sekilas dan membiarkannya. pikirannya sedang kacau. ia hanya ingin berdiam diri. tidak ingin membagi cerita pada siapapun.     

Tapi Chen tidak menyerah, saat pesan singkatnya tidak kunjung dibalas, ia akhirnya menelfon Anita.     

"Hallo " Akhirnya Anita menjawab telfon Chen dengan nada kesal,     

"Bagaimana kabarmu ?"     

"Baik..."     

"I miss you so bad... "     

"Huh dasar Anak kecil..."     

"Come on... jangan memanggilku seperti itu !!", protest Chen tak kalah kesal,     

"Huft "     

"Hmm Bagaimana keadaan mamah ? apa sudah lebih baik ?"     

"Iya. sudah agak baikkan sekarang, emm Chen.... mungkin kamu tidak tahu ini, sebenarnya... mamah yang kumagsud adalah my mother in law...."     

"W-What ?"     

"Hehehe... actually, i have good relationships with my mother in law, she absolutely nice to me, she's treat me like her own daughter.",     

"But, em-m bukankah kalian sudah bercerai ?, jadi bukankah seharusnya kau memanggilnya ex mother in law ", ucap Chen berhati-hati, mengoreksi perkataan Anita.     

"Apakah aku pernah berkata demikian ?, maaf ~ magsudku, apakah aku pernah mengatakan bahwa aku telah bercerai ??, maaf sebelumnya, tapi aku tidak ingat pernah berkata begitu padamu...."     

Chen merasa tiba-tiba udara dalam ruangan terasa penuh. hingga membuat paru-parunya terasa sesak bernafas. ia mengingat-ingat lagi, dan menyadari bahwa Anita memang tidak pernah menjelaskan dengan detail tentang statusnya padanya. bahkan pada resume personal profile nya pun ia masih menggunakan statusnya as married woman. tapi ia sendiri yang berkeras menyimpulkannya sendiri, berdasarkan persepsi dari pembicaraan mereka.     

"Chen aku benar-benar tidak bermagsud untuk membohongimu, Maafkan aku jika terkesan ambigu, tapi statusku sekarang actually still in married relationship..", ucap Anita menjelaskan, kata-katanya seolah meluncur tanpa beban,     

"Chen. Aku minta maaf jika sudah membiarkanmu salah paham. tapi aku sungguh-sungguh ingin berteman denganmu... dimataku kau adalah pria yang sangat baik dan berdedikasi tinggi. terus terang aku sangat kagum padamu... asal kamu tahu yah... semua wanita dikantor bermimpi untuk menjadi kekasihmu... mereka sangat mengidolakanmu ... "     

"Stop !.... jangan teruskan lagi..."     

"Baik...." jawab Anita patuh. ia langsung mengunci mulutnya rapat-rapat.     

dan suasana menjadi hening, Chen tidak berbicara sepatah katapun. Anita dengan sabar menunggu, hingga sekian detik kemudian ..     

"Apakah kau tidak mau lagi berbicara denganku ??... kalau begitu, aku akan matikan telfonnya yah..."     

satu ... dua ....ti~.....     

"Wait...!."     

"....??."     

"Apakah kau bahagia ?"     

"Aku tidak akan menjelaskan privacyku padamu..."     

"Fine. aku mengerti..." Chen berusaha menjawabnya dengan suara tegar.     

"Jadi, Apa kau akan kembali bekerja setelah ini...?"     

"Aku tidak tahu..."     

" ... " Chen mengenggam ponselnya dengan kuat, hatinya terasa ingin meledak. tapi ia berusaha sekuat tenaga menahannya.     

Tapi bagi Anita, Chen adalah seorang lelaki cerdas yang bermartabat. dan ia yakin ia tidak akan pernah terluka karenanya. jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentangnya.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.