Shadow of Love

Kau tidak pernah mencintaiku



Kau tidak pernah mencintaiku

0Selama tiga hari merawat ibu, Anita otomatis mulai dapat membangun kembali komunikasinya dengan Hans, tanpa disadari hubungan mereka perlahan mulai mencair, mereka tampak mulai dapat berbicara dengan hangat, sesekali terselip canda pada perbincangan hangat mereka. saat menonton acara televisi, mereka akan berdiskusi membahas berita yang sedang menjadi trending topic. dari sikap mereka saat ini, seolah menunjukkan semuanya tampak normal dan baik-baik saja, seperti tidak pernah terjadi masalah apapun diantara keduanya.     

Setiap hari Hans menengok Bryan di rumah mamah Anita, sebelum kemudian memutuskan untuk membawanya pulang kembali kerumah menteng, atas persetujuan Anita tentu saja. menginggat fasilitas bermain dirumah menteng lebih beragam daripada di rumah mamahnya, di rumah menteng, Bryan dapat bermain lebih menyenangkan, ia bisa berenang, bermain ayunan, perosotan, atau trampoline di taman belakang. juga bermain dengan beragam koleksi mainannya dikamarnya, yang jelas Bryan tidak akan merasa bosan sementara ia masih menjaga ibu dirumah sakit.     

Saat jam istirahat siang, Hans sengaja datang ke rumah sakit dengan membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama anita dan ibu, mereka menikmati makan siang bersama dengan bahagia.     

"Hans... nanti kamu ajakin nita pulang yah .. biar nanti malam dia istirahat dirumah dulu.... kasihan selama tiga hari ia selalu tidur disofa. pasti badannya capek banget, nanti malam biar gantian bibik yang jagain ibu." ucap ibu dengan tegas, memutuskan untuk Anita,     

Anita segera menelan nasinya dengan cepat, dan buru-buru menyahut ibu dan menolak perintah ibu tak kalah tegas, " Ehh, gak usah mah.....nita mau tinggal disini, nita seneng kokk temenin mamah, mamah gak usah khawatir nita strong kok hehehe, nita beneran baik-baik saja, nita pengen sama-sama mamah sampai pulang kerumah nanti ",     

"Pokoknya tidak boleh. kamu sudah tiga hari gak istirahat dengan baik. kamu harus nurut sama mamah yah !!...lagian kasian Bryan juga,.. gak pernah main sama mamahnya tiga hari ini, dia pasti kangen banget tuh sama kamu",     

"Bryan baik-baik saja kok dirumah mah.... embaknya tuh dah dianggap seperti mamahnya sendiri... nita ada sama enggak , gak ngaruh buat Bryan kok mah hehehe "     

"Kamu tuhh yahh... terlalu ngasih peranmu ke mbaknya sih... nanti Bryan gak punya bonding sama kamu loh.... bagaimana ntar kalau sudah besar dia jadi gak sayang kamu ?.. baru kamu nyesel dah.."     

"Ahh gak begitu juga konsepnya mah.... kalau Bryan udah gede pasti ia juga tahu sendiri siapa mamahnya hehehe " jawab Anita dengan nada manja.     

"Ihhh dikasih tahu orang tua ngeyeel aja, pokoknya kamu harus pulang sekarang... Hans bawa nita pulang sekarang sana. suruh istirahat dirumah."     

Hans menatap kearah anita dengan ragu, mereka saling memberi kode. Hans ingin memastikan pada Anita, bagaimana dia harus menjawabnya.     

"Biarin lah bu ...terserah nita saja, gak apa-apa juga kalau nita mau nginep lagi disini, lagian ia pasti merasa gak tenang juga kalau tidur dirumah ... kepikiran ibu disini..." Jawab Hans patuh, berusaha membela anita. Anita tersenyum manis, merasa puas dengan pembelaan Hans. ia menyilangkan jari telunjuk dan jempolnya menjadi satu membentuk isyarat love ala-ala Korea dan menunjukkannya teruntuk Hans. dan Hans membalasnya dengan senyuman kecil. ibu melihat kekompakan itu dengan wajah kesal.     

"Kalian yah... sudah gak mau dengerin apa kata mamah sekarang.... udah pada kompak ngelawan mamah yah.. "     

"Apaan sihh... gitu saja marah... iyaa.. iyaa Hans bawa nita pulang sekarang.... udah gak usah marah-marah gitu ...nanti darah tingginya naik lagi." Hans dan Anita spontan kaget dengan reaksi marah ibu. mereka takut emosi ibu bisa memicu darah tingginya kumat.     

"Begitu dong.... itu baru anak mamah", jawab ibu dengan wajah puas. ia mengapit bibirnya rapat-rapat, menahan senyumnya, akhirnya tricks nya berhasil menjebak keduanya.     

"Hans pamit dulu bu ... bawa nita pulang"     

"Iyaaa ... kalian hati-hati dijalan yah ... jangan ngebut nyetirnya hans..."     

"Iya bu ....beres !"     

Didalam mobil....     

"Bagaimana kalau kita dinner di Oliver malam ini, aku telah berjanji membawamu kemarin, tapi karena kau harus menemani ibu exercise, terpaksa kita harus membatalkannya... sekalian kita ajak Bryan main sebentar ke play kids di sana..."     

"Kedengarannya menyenangkan..." Anita mencoba terdengar antusias. "Sepanjang aku tidak menganggu kehidupan pribadimu..." lanjut Anita datar.     

"Tidak sama sekali", jawab Hans meyakinkan.     

Mereka saling tersenyum, Anita mempersepsikan Hans telah perlahan dapat menerima step hubungan mereka terkini, entah proses perceraian mereka sedang ditahap apa, ia ingin menjalin hubungan yang harmonis dengan Hans seperti teman baik. layaknya ia menjalin hubungan pertemanannya dengan mantan pacarnya dulu prastian. meskipun mereka sudah tidak menjalin cinta, mereka masih dapat berkomunikasi dan berteman dengan baik.     

Jelas hatinya masih terluka, dan ia belum bisa memaafkan Hans, tapi biar bagaimanapun ada Bryan diantara mereka. jadi setidaknya mereka harus bersikap bijaksana dan dewasa.     

Hans membawa Anita pulang kerumah mereka di menteng. seorang pelayan menyambut kedatangan keduanya didepan pintu garasi. seperti biasanya salah satu pelayan akan menyapa dan membawakan barang bawaan mereka jika ada.     

"Selamat datang Ibu Anita ... Tuan...." Sambut pelayan itu dengan ramah,     

"Terima kasih mbak ... bagaimana kabar semua disini.... sehat khan ?" balas Anita berbasa-basi.     

"Sehat bu... kami semua sehat disini" Senyuman sumringah mengembang dibibirnya. Anita menepuk bahu mbak Sri, mbak Sri adalah assistant bibik, yang menggantikan posisi bibik sebagai kepala rumah tangga jika bibik sedang tidak dapat melakukan tugasnya.     

"Syukurlah kalau begitu mbak... .nita naik dulu keatas yah ... mau segera mandi, badanku kotor banget",     

"Ohh silahkan ibu...bapak... "     

Anita dan Hans kemudian berjalan menuju ke kamar mereka masing-masing. Hans mengerti jika Anita masih tidak mau bersamanya, dan dia memutuskan menghormati keputusan Anita itu. Mereka berjalan ke lantai dua dalam diam dan suasana dingin.     

Anita segera menutup pintu kamarnya dengan rapat, ia lalu membongkar kopernya dan menggantung gaunnya. ia lega gaunnya itu tidak kusut. gaun hitam itu sudah berusia beberapa tahun, tetapi ia menyukai design classicnya, ia bermagsud mengenakannya untuk pergi dinner ke Oliver nanti, karena itu adalah restaurant elite ia tentu harus berpakaian selayaknya tamu yang lain, agar tidak terkesan memalukan saat duduk semeja dengan Hans nanti. meski sebenarnya di wardrobe kamar pribadi Hans, mungkin masih tersimpan banyak gaun-gaun mahal miliknya... jika Hans tidak membuangnya....     

Anita melepas seluruh pakaiannya dan berendam di bathtub kamar mandi berlantai teraso mewah itu, untuk melemaskan ototnya yang terasa kaku setelah beberapa hari tidur disofa. ia membubuhkan essential aromatherapy rose dan lavender dalam air di bathtub.     

Belum satu jam ia berendam disana, ia mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, Anita sedikit terkejut, 'Kenapa cepat sekali, bukannya tadi bilangnya jam setengah delapan berangkat ?', Anita sudah bisa menebak jika Hans yang mengetuk pintu kamarnya, ia buru-buru bangkit dari bathtub dan membilas tubuhnya di showers.     

"Tu~nggu ...," jawab Anita berteriak, setelah membilas tubuhnya ia segera mengelap tubuhnya dan langsung mengenakan satu stel pakaian dalam yang telah ia siapkan sebelumya. lalu memakai gaun hitamnya. tapi sialnya karena terburu-buru, kira-kira 10 cm dari atas resleting belakangnya macet, ia terus berusaha membetulkannya sendiri, sementara satu tangannya membuka pintu. Anita masih berusaha melepaskan resletingnya.     

Pintu terbuka, Hans tampak berada didepan pintu kamar dengan tampannya, ia telah mengganti setelan kerjanya dengan pakaian santai. "Ada masalah ?"     

"Emm-mm tunggu sebentar. aku belum selesai berpakaian... " tangan Anita berusaha menggapai dan membetulkan sendiri resleting gaunnya.     

"Berbaliklah, mari aku bantu membetulkan resleting itu."     

Dengan sangat terpaksa Anita menurut. sambil satu tangannya mengangkat rambutnya yang tergerai panjang bak sutra itu dan meletakkan dibahunya.     

Ketika Hans meletakkan gigi resleting yang terjepit dan membuat resleting itu lancar. jari-jarinya dengan sengaja mengusap kulit halus di punggung Anita. dan itu membuat Anita merasa sedikit gugup. tubuhnya otomatis gemetar. Anita segera menepis tangan Hans tapi terlambat karena Hans telah memanfaatkan kesempatan itu dan kedua tangannya menahan pinggang Anita dengan kuat.     

Merasakan getaran kuat itu, tangan Hans merayap keatas dan memegang bahu Anita dengan lembut. Anita membeku, Hans menunduk dan menyapukan bibirnya ke tengkuk Anita yang hangat. semakin lama bibir Hans semakin merayap ke bagian atas leher Anita, Anita menggeliat dan berusaha membebaskan diri. tetapi pegangan Hans justru semakin menguat. terus menahan Anita agar tetap ditempatnya. dan mulut Hans menelusuri alur halus telinga Anita.     

Jantung Anita berdegup kencang. ia tidak menyerah, terus berusaha melepaskan diri. dan seolah sebagai balasan Hans menggigit kecil cuping telinga Anita. Anita bernafas terengah-engah. saat ia merasakan pegangan jari-jari Hans melonggar, Anita mengira pria itu akan melepaskannya. tetapi dengan gerakan tiba-tiba Hans membalikkan tubuh Anita dan berakhir ke dalam pelukannya. dan detik selanjutnya bibir Hans sudah melumat bibir Anita dengan intense, ciuman itu lebih seperti sebuah hukuman daripada ciuman bergairah.     

Anita mendorong tubuh Hans sekuat tenaga, dan berhasil melepaskan ciuman itu,     

"Nit..... Mari kita perbaiki sekali lagi... beri aku satu kesempatan lagi, " Hans menatap lekat wajah anita dan langsung meraih tangannya dan merapatkan tubuhnya mendekat padanya lagi. Anita merasakan hembusan nafas Hans yang terengah menyapu kasar wajahnya.     

"Kamu jangan egois Hans, jangan hanya kamu saja yang maunya didengar, dan hanya kehendakmu saja yang berlaku.... bagaimana denganku ?, apa aku tidak punya hak atas hidupku ?. kau jelas telah memiliki Katty dan bayimu, aku sudah merelakannya, meski itu menghancurkanku, kau melukaiku hingga tak terbayangkan. jadi apa lagi yang kau inginkan dariku...."     

Entah mengapa Anita tiba-tiba merasa rapuh, ia menangis sambil berusaha melepaskan tangan Hans yang melingkar di pinggangnya.     

"Aku mencintaimu nit..." Hans berkeras tidak melepaskan pelukannya .     

"Tidak. kau tidak pernah mencintaiku,.." Anita menggelengkan kepala menolaknya.     

"Aku mengatakan yang sebenarnya..."Hans semakin merapatkan tubuhnya pada Anita, mendorong tubuh Anita hingga menempel didinding, mereka saling bertatapan, Hans merasa tidak tahan melihat air mata Anita, ia mencium seluruh wajah Anita dengan putus asa, "Hans... tunggu dulu.... kamu tidak bisa memperlakukanku begini ...please " ucap anita dengan wajah memohon. tapi Hans sudah tidak mendengarkan lagi, tanpa basa basi hans kembali menyambar bibir Anita dan menciumnya dengan panas untuk membungkam protestnya.     

Hans mengunci tubuh anita didinding dan mendekapnya erat. tangannya yang terampil telah dapat membuka gaun anita dan menurunkan hingga bagian dadanya terbuka, meskipun Anita terus berusaha memberontak tapi usahanya seolah sia-sia belaka.     

Tangan Hans terlalu professional untuk bisa dihandlenya, Anita tersentak saat putingnya telah dikuasai mulut rakus Hans yang sibuk mendera menghisap dan mengulum kedua putingnya tanpa jeda. Anita feel high, ia memegangi kepala Hans didadanya dengan erat,     

"Daddy...Daddy...."Suara ceria Bryan menggema dari depan pintu kamarnya sana. Hans mendengakkan wajahnya keatas, dan mereka spontan saling bertatapan penuh arti, Anita segera merapikan rambut dan wajahnya yang berantakan. sambil mengatur suara nafasnya yang masih terengah-engah. Hans tersenyum kecil menatapnya, dan spontan membantunya membetulkan kembali resleting gaun yang ia lepaskan tadi, Anita merasa kesal, ia langsung mendorong tubuh Hans, dan berjalan menuju ke pintu kamarnya.     

"Mo-mmy...." Bryan langsung memanggil Anita, begitu melihat Anita keluar dari kamar tamu dibelakangnya.     

"Bryan udah siap yah... Bryan pengen jalan-jalan sama mommy bukan ?"     

"Daddy -... sama Daddy...."     

"Iyaa. jalan-jalan sama Daddy juga yah..." balas Hans yang ikut keluar dari kamar tamu. Hans langsung mengendong Bryan dan menciuminya gemas.     

"Mbak fitri, udah siapin keperluan adek khan ?" tanya Anita, berusaha bersikap biasa saja.     

"Udah buk...."     

"Yaa udah ayok kita berangkat sekarang... " ucap Hans exited, sementara satu tangannya mengendong Bryan, satu tangannya lagi langsung mengenggam tangan Anita dengan erat, dan menariknya turun kebawah bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.