Shadow of Love

Menilai sesuatu dari apa yang terlihat saja



Menilai sesuatu dari apa yang terlihat saja

Hans mengemudikan mobilnya pelan, memasuki garasi rumahnya yang luas, Ia mengeryitkan keningnya, saat melihat sorot lampu mobil dibelakangnya yang perlahan ikut berjalan masuk menuju kearahnya 'Siapa yang malam-malam begini berkunjung kerumah ??', Hans mematikan mesin mobilnya, tatapan matanya sekilas tertuju pada jam di dashboard mobil, saat ini waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, masih menebak dengan bingung, siapa gerangan tamu yang bertandang kerumahnya malam-malam begini ?, ia berjalan memutar kearah samping, sambil membuka pintu mobil untuk Anita, tatapannya mencuri pandang pada mobil mewah dibelakangnya. tapi pandangannya terhalang oleh mbak Sri yang telah stand by dipintu belakang dan tampak bersiap membantu membawa barang-barang bawaan milik Bryan, sementara mbak fitri mengendong Bryan yang tertidur lelap dalam pelukannya.     

Hans mengunci mobilnya sambil tersenyum manis pada Anita, tangannya spontan mengenggam tangan Anita dengan erat, bermagsud mengajaknya bergandengan tangan masuk kedalam rumah, " Loh, Kalian habis darimana ?" tiba-tiba suara renyah yang terdengar tidak asing lagi ditelinga Hans, menyapa dari arah belakang,     

Hans langsung membeku, menatap kearah wanita anggun setengah baya didepannya dengan wajah tidak percaya, "Eh-hh mamah ??..." Sapa Hans ramah, tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya,     

"Aw-whhh mamah datang yah..." Anita langsung melepaskan pegangan tangan Hans dan menghambur memeluk mamahnya dengan erat, Hans ikut mendekat pada mamah dan memberi salam dengan mencium tangan kanan mamah sebagai tanda hormat, "Mari masuk kedalam mah.", Ajak Hans hangat, sambil menggiring mamah dan Anita masuk kedalam rumah, sementara Anita tampak terus berbincang dengan mamahnya, tangan mereka masih saling berpelukan saat berjalan kedalam rumah.     

Hans meminta ijin pada mamah untuk mandi duluan. saat Anita membawa mamahnya berbincang hangat diruang keluarga, Anita tampak menemani mamah yang ingin melihat Bryan, tapi karena cucunya itu sudah tertidur lelap, ia hanya bisa menciuminya diam-diam.     

"Mah.... bawa nita pulang sama mamah dong...." rajuk Anita dengan manja,     

"Kamu Apaan sihh.... jangan suka ngaco napa ?!... ehh jangan-jangan ... apa kalian lagi bertengkar ?" tanya mamah suspicious, sambil menatap kearah Anita dengan ekspresi menuduh,     

"ihh enggak kok mah,... barusan mamah juga lihat, pas mamah datang tadi, kami juga baru saja pulang dari dinner berdua..",     

"Lalu ?",     

"Yaelah mah, paranoid aja bawaannya, nita cuma pengen tidur dirumah sama mamah doank, khan udah lama nita gak pulang kerumah, nita cuman tiba-tiba kangen sama suasana rumah...",     

"Ehh enggak !!, gak boleh pulang sama mamah. mamah gak enak sama suamimu... kau jangan kolokan yah... jangan bikin mamah jadi bad influence didepan Hans yah !",     

"Ihh bad influence Apaan sihh, kami baik-baik saja kok mah, meski kami LDR-an selama nita stay di singapore tapi Hans dan ibu rutin jenguk Bryan kesana kok ..",     

"Terus apa masalahnya ??" tanya mamah bingung.     

"Lah nita udah bilang tadi kan .... nita cuma pengen 'me time' sama mamah doank kokk, ... Yaa Ampun gitu aja dramatic amat yah ... lagian nita kangen sama mamah emang salah ?....."     

"Masalahnya, aku harus bilang gimana sama suamimu ?"     

"Bilang saja, kalau mamah mau bawa nita pulang sehari saja, soalnya mamah masih kangen gitu... khan kita emang udah lama gak meet up... yaa khan ...",     

"Apa Hans akan memberi ijin ?"     

"Menurut mamah ?" Mereka berdua jelas tahu pasti jawabbannya, Hans tidak mungkin berkata 'tidak ' pada mamah. Anita mengangguk , sambil menatap mamahnya meyakinkan, dan akhirnya mamah luluh juga pada bujukan puterinya, terpaksa ikut menganggukkan kepalanya dengan ragu "Yaa udah...."     

Dengan berat hati Hans langsung mengiyakan saat mamah mengungkapkan niatnya mengajak Anita pulang bersamanya, mamah berjanji esok hari, ia akan mengantar Anita kembali ke rumah sakit untuk merawat ibu. ia hanya meminta waktu semalam saja untuk melepas rindunya.     

Setelah menghabiskan malamnya dirumah mamah, Keesokan paginya Anita menyetir mobilnya menuju kearah pusat kota, sesuai perbincangan mereka semalam, ia berjanji pada mamahnya untuk menemaninya mengambil tas mewah yang dipesannya di toko branded langganan yang terdapat dimall elite di pusat kota, dan saat ini mereka berada di tengah lalu lintas yang merayap di jalanan pusat kota Jakarta, Mamah duduk didepan bersamanya dan Anita mendengarkan celotehnya sambil menatap mobil didepan mereka. Tiba-tiba entah kenapa, Anita melihat kearah trotoar saat lalu lintas berhenti. dan tepat diseberangnya seorang lelaki jangkung, berambut coklat kemerahan dan mengenakan setelan jas formal keluar dari gedung, Pandangannya tampak mencari-cari sesuatu, Sepertinya sedang menunggu mobil jemputannya, tapi kemudian ia seperti mengenali mobil Maserati Anita,     

'Ohh tidak. Yaa Ampun. ingin rasanya Anita memandang kearah lain. dan pura-pura tidak melihat kearah lelaki itu. Andai jalanan kosong, ia pasti sudah menginjak pedal gas dalam-dalam dan melesat pergi sekarang juga.     

Tapi tatapan Chen seolah tertumpu pada mobil Anita lalu beralih ke penumpang mewah yang berpakaian mahal disebelahnya. Chen tersenyum kecil, dan mulai berjalan mendekat kearah mobilnya, untuk menghampirinya. dan tiba-tiba berjuta perasaan berkecamuk dalam diri Anita.     

Sejak dulu, Mamahnya mempunyai kebiasaan membuka kaca jendela mobil jika merasa suntuk, saat terjebak dalam kemacetan. mamah tahu, ini adalah kebiasaan yang berbahaya, dan tidak boleh dilakukan jika sedang berada didaerah rawan kejahatan. atau mereka akan dalam masalah.     

Dan karena kebiasaan mamah itu, membuat Chen otomatis dapat melihat dirinya dengan jelas, bahwa ia yang berada didalam mobil.     

Sambil berjalan elegant kearahnya Chen tampak tersenyum ramah pada mamahnya juga. tapi karena mamah merasa tidak kenal, ia tidak memperdulikannya, ekspresi wajah mamah tampak biasa saja, terkesan angkuh dan tidak ramah.     

"Hei nitt.... it's really you...." sapa Chen dari luar jendela,     

"Ohh Hii Chen.. iya kok bisa kebetulan banget sihh .." jawab Anita gugup, berusaha membalas senyum Chen seramah mungkin, wajah Anita berubah merah padam karena masih tidak menyangka dengan 'kebetulan' ini, Mamah tampak menatap Chen dengan kesal, Anita tersenyum canggung, melihat reaksi tidak bersahabat mamahnya Anita segera berkata, "Mah, biar kukenalkan ini Reino Chen... teman kerja nita dikantor,"     

'Yaa. Ampun apa yang barusan kukatakan !, teman kerja ??, Huh sadar nitt. dia adalah boss mu !' tapi sudah kepalang basah sekarang. "Hallo tante, perkenalkan saya teman nita, Reino Chen...", sapa Chen ramah, sambil menundukkan kepalanya sejenak, mamah menjawab dengan menganggukkan kepalanya juga.     

Anita melihatnya dengan tatapan awkward, tapi ia tetap melanjutkan aktingnya dan berpura-pura sok akrab, "Apa yang kau lakukan disini....?"     

"Seperti yang kau lihat, aku butuh tumpangan hehehe...",     

Anita membalas senyum manis Chen dengan tertawa awkward. Huh kenapa ia bisa se-sial ini. ia tidak ingin memberi tumpangan pada Chen, tapi bagaimana mungkin ?, wajah Chen sekarang jelas-jelas menggambarkan bahwa ia menginginkan kursi belakang mobilnya yang nyaman itu.     

"Tunggu apa lagi, cepat naik sekarang ",     

Anita tahu dia sedang bunuh diri, karena mungkin sebentar lagi Chen akan mengatakan pada mamahnya, bahwa dia sebenarnya adalah Bossnya dikantor, dan semacamnya. tapi sesaat kemudian Anita merasa lega karena ternyata Chen tampak bisa membaur dan bercakap-cakap dengan sopan pada mamahnya.     

"Mamah pikir mamah kenal semua temanmu nit," ucap mamah dengan polos, "Ahh mamah, nita sekarang sudah dewasa, dan sudah bisa bergaul dengan baik",     

"Benar juga, kau sekarang bahkan punya teman lelaki dari tempat kerjamu, mamah bangga padamu..." ucap mamah datar, sambil melirik kearah Chen yang duduk dibelakangnya.     

"Memangnya nita tidak punya teman sebelumnya tante ?" tanya Chen dengan nada penasaran, melihat rasa interesting Chen, mamah menanggapinya dengan wajah exited,     

"Huh asal kau tahu, dia itu super introvert, dia hanya memiliki beberapa teman dari sekolahnya dulu, itu juga mamah yang sengaja deketin mereka lebih dulu, biar mau temenan sama nita. bahkan ia kenal dengan suaminya juga karena mamah yang gencar comblangin",     

"Ahh begitu....",     

Anita terdiam, tenggelam dalam rasa malu, tapi parahnya lagi mamah meneruskan kata-katanya. "Tapi suaramu rasanya pernah kudengar, apa kau bekerja dibagian custumer services ?? kau yang mengangkat telfon sewaktu aku menelfon Anita waktu itu ?"     

"Sepertinya ?...," jawab Chen ringan.     

Mall yang dituju mamah tidak terlalu jauh, Anita hanya berharap untuk segera sampai disana dan menurunkan mamah sebelum keadaan semakin parah. tapi kelegaan Anita hanya sesaat, karena mamahnya tiba-tiba menatap Anita, membandingkan penampilannya sendiri yang sempurna, juga pakaian lelaki yang mereka beri tumpangan yang sepadan dengannya, dan seolah malu pada Anita, "Kalau boleh jujur, selera berpakaianmu sangat jelek sekali nitt, kau terlihat jauh dari elegant, seharusnya sebagai seorang istri pengusaha property terbesar di Jakarta, kau seharusnya peka dengan penampilanmu",     

'Hentikan mah ! mamah tolong hentikan !', tapi sudah terlambat, tamu yang tidak diharapkan , tidak diundang dan cerdas itu kini tampak sangat tertarik untuk membicarakan tentang siapa sosok suaminya.     

"Pemilik Perusahaan property terbesar dijakarta ?", ucap Reino Chen sambil mengeryitkan keningnya, menatap kearah mamah no clue, "Iya.... apa nita tidak pernah bercerita padamu tentang siapa suaminya ?"     

'Tidak. Tidak. untuk apa Chen harus mengetahui siapa suaminya ?',Anita menepi untuk menurunkan mamahnya. tapi sebelum ia sempat pergi dan mengucapkan Selamat tinggal, mamah berkata ringan, "Suami Anita adalah Hans Siddhartha, pengusaha property sukses yang sangat terkenal itu", ungkap mamah ringan dengan ekspresi bangga.     

"Ah~hh..." Chen menganggukkan kepalanya mengerti, lalu ia bergumam kecil, "Anita hanya bercerita tentang anak lelakinya ", Anita pikir semua sudah selesai sampai mamahnya menjawab "Namanya Bryan.... Bryan Siddhartha",     

"Aku harus segera pergi kerumah sakit mah," sela Anita cepat-cepat "Dilarang parkir disini", tatapan Anita seolah menunjuk ke sign yang diletakkan didepan pintu mall, Tapi apa gunanya, Chen tidak perlu mendengar apa-apa lagi, dia sudah mendengar semua yang perlu ia dengar. dan Chen segera keluar dari pintu belakang lalu membukakan pintu untuk mamah Anita.     

"Terima-kasih ",Kata mamah dengan anggun. lalu tanpa menyadari kesulitan yang dia timbulkan bagi puterinya, dia pun melenggang pergi.     

Yang tidak dibutuhkan Anita adalah ketika Chen tiba-tiba beralih duduk dikursi yang baru ditinggalkan mamahnya, dan Anita hanya bisa pasrah menerimanya, "Aku tidak mau mamahmu mengira kita bukan sahabat baik",gumam Chen lembut, dan Anita tahu saat ia menjalankan mobil lagi dirinya dalam masalah.     

"Mau kuantar kemana ?",     

"Ke sudirman Palace please..", jawab Chen diplomatis, dengan nada bagai memerintah pada sopir pribadinya. Anita merasa kesal, ia tampak cemberut, menggembungkan kedua pipinya dengan kesal.     

"By the way, Apa semua informasi pada profile di lamaran kerjamu itu bohong ?"     

"Aku baru tahu kau begitu perhatian pada surat lamaran karyawanmu " jawab Anita sekenanya ,     

"Denganmu Anita Marie, aku belajar untuk tidak menilai sesuatu dari apa yang terlihat saja",     

Apa magsud kalimat itu ?, memangnya apa yang kulakukan ?, Anita berharap bisa menginggat apa yang pernah ia tulis dulu, "Eh-hh Alamat yang kutulis itu benar ", jawabnya dengan gelagapan,     

"Alamat temanmu ?",     

Ohh sial !, Anita menggigit bibirnya dengan gugup, benar. saat itu ia menulis alamat rumah Jenny di lamaran kerjanya, "Aku tidak bohong. Um-m sebenarnya saat itu aku memang tinggal disana hingga beberapa waktu,.... tapi karena alasan tertentu kemudian moving",     

Tentu saja Anita tidak akan mengungkapkan alasan kepindahannya pada Chen, untuk apa.     

Suasana mobil menjadi hening, tapi tak lama Chen kembali bertanya, meski Kedengarannya seperti pernyataan. "Jadi saat itu kau tinggal dirumah temanmu itu..., sebelum kemudian kau berbaikan kembali dan memutuskan tinggal bersama suamimu kembali yang kau bilang hanya seorang specializes reproduksi yang bekerja dirumah sakit...?",     

Anita seperti kena pukulan telak, ia tampak mati kutu. ia bagai ditelanjangi dengan paksa, seluruh kebohongannya telah diketahui oleh Chen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.