Shadow of Love

Masukkan mamah dalam pertimbanganmu



Masukkan mamah dalam pertimbanganmu

0"Tidak heran kau menjadi CEO Perusahaan !", seru Anita dengan nada mengejek, "Jadi kau bertengkar dengan suamimu, lalu kau memutuskan pergi dari rumah, dan tinggal dirumah temanmu. meskipun suamimu seorang pengusaha property yang kaya raya, dia tidak men-support keuanganmu ," Chen melanjutkan analisanya sendiri, menganggap seolah Anita tidak berkata apa-apa. "Dia mensupport keuanganku !" ,sangkal Anita. "Suamiku tidak pernah meninggalkan kewajibannya dalam menafkahiku dan anakku,"     

"Tapi kau menolaknya ?",     

"Ini masalah harga diri ",     

"Karena itu kau membutuhkan pekerjaan", Chen seolah langsung bisa menyimpulkan pada inti masalah, 'Kurang Ajar !' Anita merasa kesal setengah mati, namun mulutnya seolah terbungkam. ia memegang setir kemudi dengan erat, sambil pura-pura fokus menatap jalanan didepannya, meski tidak diucapkan, jelas Chen telah dapat menarik benang merahnya, ia telah dapat melihat keseluruhan masalah yang dihadapi Anita dengan lebih jelas. dan satu persatu tanda tanya dalam benaknya selama ini terjawab dengan sendirinya. pantas saja, Anita terkesan cuek dan tidak silau saat menatap dirinya, Anita menyikapi kehadirannya dengan santai, menganggapnya biasa saja. ia seakan tidak terpengaruh dengan jabatan dan uang yang dimilikinya, bahkan ia juga tidak tergiur dengan tawaran kerja yang memungkinkan dia mendapatkan income yang lebih tinggi, juga kemungkinan untuk bisa lebih dekat bersamanya. Sikapnya itu jelas berbeda dengan sikap kebanyakan wanita yang berada di sekelilingnya, yang selalu bersikap fake dan menebar pesona demi mencari perhatiannya.     

"Mamahmu tidak tahu kau bertengkar dengan suamimu ?"     

"Aku bisa bilang, mamahku pasti akan mengamuk jika tahu anak perempuannya pergi dari rumah suaminya dan mencari nafkah untuk membiayai hidup," jawab Anita lega, akhirnya bisa bersikap jujur setelah sekian lama menyembunyikan identitasnya pada Chen.     

Chen tentu sangat percaya pada ucapan Anita, ia punya pengamatannya sendiri, bahkan gaji Anita sebulan tidak akan dapat afford penampilan mewah mamahnya hari ini. dan Chen akhirnya mengerti, selama ini Anita bekerja keras, itu bukan karena motif ekonomi.     

Chen tampak terdiam sejenak, ia tampak memikirkan sesuatu, lalu lehernya menoleh kesamping dan menatap kearah Anita dengan lekat, kedua matanya tiba-tiba menyipit, seolah sedang menganalisa reaksi Anita "Mmm.... tapi, apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku ?" ucap Chen sambil jari telunjuknya menunjuk kearahnya sendiri dan Anita.     

"W-What .... about ?" jawab Anita bingung,     

"Misalnya..., Apa kau tidak merasa berhutang satu penjelasan padaku ?",     

"Ohh ..." Anita menganggukkan kepalanya, Anita seolah bisa memahami pemikiran Chen padanya, Anita segera memasang ekspresi serius dan berkata pada Chen dengan tulus, "I'm really sorry Chen.... tentang apa yang telah terjadi diantara kita, tapi seperti yang aku jelaskan padamu ditelfon kemarin, aku benar-benar tidak bermagsud berbohong padamu tentang statusku. sungguh !!, aku minta maaf jika telah membuatmu salah paham",     

"Kurasa kau sudah cukup dewasa untuk bisa mengerti situasiku ini. terus terang, pernikahan kami sedikit bermasalah, tapi kami juga sedang mencari jalan untuk bisa memperbaiki semuanya", ucap Anita ringan, seraya mencuri pandang kearah Chen ia menambahkan, "Sorry, jadi curhat hehehe, but come on dude, aku yakin ini bukan masalah besar bagimu khan, life must go on right ...."     

Chen tersenyum miris, ' bukan masalah besar ??, life must go on ?, Apa kau pikir hatiku terbuat dari batu?? Kau benar-benar tidak punya kepekaan sama sekali ... kau begitu kejam nita !!' Chen menahan perasaannya. sengaja membentengi rasa rapuhnya dan menatap Anita dengan wajah dingin, memaksakan tertawa kecil, "Yes you're right, life must go on....", Chen menirukan ucapan Anita.     

Anita tertawa, pupil matanya yang hitam memancar cerah, dan bibir cantiknya berkata dengan lancar, "Aku percaya, kau akan segera bertemu dengan gadis yang tepat untukmu Chen.... kau sangat luar biasa. gadis manapun pasti tidak akan bisa menolak pesonamu..."     

"Tapi kenyataannya gadis yang kusukai menolakku ",     

"Hahaha apakah gadis yang kau magsud itu aku ?, come on, aku bahkan tidak masuk dalam kwalifikasi seorang gadis lagi. aku sudah jadi seorang ibu , jadi aku diluar circle itu...."     

"Tapi aku hanya menginginkanmu....."     

"Jadi, intinya tidak ada kesempatan untukku right ?",     

"I'm sorry... " jawab Anita lirih,     

Mobil Anita berhenti didepan rumah mewah Reino Chen, dan mereka saling bertatapan,     

"Alright aku mengerti. Terima-kasih banyak atas tumpangannya Mrs, Hans Siddhartha..." ucap Chen dengan nada mengejek,     

"You're welcome, Mr Chen... it's my pleasure to take you home safely...", jawab Anita manis, sambil membungkukan setengah badannya di belakang setir kemudinya dengan anggun.     

"Hahaha menarik sekali. apa kau ingin masuk kedalam.... hmm barangkali mau minum kopi sebentar...?"     

"Tidak. Terima-kasih, aku harus buru-buru ke rumah sakit", tolak Anita dengan tegas,     

"Em-mm baiklah,", Chen melepas sabuk pengamannya, Anita dengan sabar menunggu Chen untuk keluar dari mobilnya, tapi Chen seolah enggan beranjak dari kursinya, Chen menatap kearah Anita sejenak, sebelum keluar dari mobilnya dengan wajah muram, Chen hanya bisa tersenyum pahit, saat melihat kepergian mobil Anita dari depan garasi rumahnya.     

Faktanya pertemuan 'kebetulan' mereka yang terjadi hari ini sebenarnya telah dipersiapkan sedemikian rupa, Chen sengaja terbang menyusul Anita ke jakarta dan mengerahkan beberapa orang kepercayaannya untuk track lokasinya , merancang rencana dan memastikan eksekusi pertemuan kebetulan itu dengan rapi. hingga terkesan 'kebetulan' yang mereka buat terlihat natural.     

Chen ingin memastikan perasaan Anita padanya, ia tidak terima dengan keputusan Anita yang seolah mencampakkannya begitu saja. bahkan cintanya baru saja bertumbuh, namun Anita dengan paksa meruntuhkan hatinya. ia hanya ingin bertemu dan berbicara secara langsung dengan Anita, untuk memastikan bahwa apa yang dirasakannya terbalas.     

Chen sungguh tidak tahu jika cinta itu sangat berat. ia meremas kepalanya dengan erat, ia sungguh ingin memutar waktu dan menghapus saat pertemuan dengan Anita. Ia tidak ingin merasakan rasa patah hati yang menyakitkan ini.     

.     

.     

"Honey... besok adalah jadwal operasi Caesarku, kau akan mendampingiku di kamar operasi right ?" ucap Katty manja, berbicara pada sambungan telfonnya dengan Hans. sementara Merry sang asisten tampak sibuk mencatok rambut panjangnya dibelakang.     

"Tidak. kau minta keluargamu saja untuk menghandle semuanya." jawab Hans datar, terkesan acuh tak acuh,     

"Honey... kau tega sekali... akutuh mau lahiran, ini masalah hidup dan matiku, aku butuh support penuh darimu, please Honey datang yah, apa kau benar-benar menganggap anakmu ini tidak berarti apa-apa bagimu... hiks hiks hiks " protest Katty dengan nada merengek manja,     

"Aku sibuk ! ada meeting penting besok. banyak urusan yang harus kukerjakan paham !!, aku tidak bisa mengorbankan perjanjian jutaan dollarku hanya untuk menemanimu. kau jangan manja. Aku sudah memberi semua yang kau mau, kau jangan banyak bertingkah.!"     

Katty langsung kicep, tidak dapat berkata sepatah katapun. faktanya memang benar jika Hans telah melakukan tanggung jawabnya secara financial. bahkan bisa dibilang Hans telah memberi lebih dari cukup padanya, jadi meskipun ia tidak dapat bekerja selama masa kehamilannya sekarang ini, ia masih tetap bisa berbelanja mewah dan menjalani hidup hedonnya seperti biasanya.     

Tapi masalahnya seminggu yang lalu, Hans masih sangat manis padanya, ia memberi banyak waktu dan perhatian padanya, meskipun Hans tidak pernah menyentuhnya lagi, tapi ia sudah bersedia untuk tinggal dan menginap satu atap dengannya. itu adalah kemajuan pesat dalam hubungan mereka. Katty pikir Hans mempunyai kriteria dengan proporsi tubuh saat berhubungan badan, Hans mungkin tidak tertarik bercinta dengan tubuhnya yang kini sedang hamil besar, meskipun Hans tidak mengatakan secara terbuka, mungkin takut melukai hatinya, Katty mengerti itu, ia cukup merasa bahagia, saat melihat hubungan mereka perlahan semakin membaik. dan impiannnya untuk menjadi nyonya Hans secara resmi mungkin akan segera terwujud tidak lama lagi.     

Tapi melihat perubahan sikapnya saat ini, ia tampaknya harus menelan impiannnya itu kembali, Nyatanya sikap Hans sungguh tidak mudah diprediksi, seperti cuaca yang mudah berubah, dari panas terik, tiba-tiba menjadi turun hujan deras.     

"Sudahlah buk, gak usah sedih.... kalau bapak emang gak bisa dampingin di kamar operasi besok, khan masih ada papa, mama dan abang yang akan terus ada didekat ibu selama proses persalinan. mereka pasti akan memastikan ibu mendapatkan pelayanan terbaik di rumah sakit..." Merry, pria ayu yang menjadi asisten Katty tampak membantu menaruh ponsel Katty dimeja sebelahnya, berusaha menghibur artis nya itu sebisanya.     

"Hmm aku tahu...."     

"Begitu dong... ihh biar orangnya gak datang yang penting khan duta lara (duta lara= duit) lancar jaiyah Iyaa khan buk...", ucap Merry genit, sambil jarinya membuat kode menghitung uang,     

"Ihhh pastinya dong .."jawab Katty ceria, spontan menepuk pantat Merry yang sedang melintas disampingnya "Aw~wwhhh !" teriak Merry manja, Katty tertawa terbahak, kesedihannya seolah langsung hilang dalam sekejap, Merry ikut senang, ia tampak berjalan kebelakang menuju ke ruang wardrobe untuk mengambil beberapa pakaian yang yang dikirim oleh beberapa brand pakaian online dan ternama untuk diterima endorsement nya.     

"Yukk cuss, pilih costume untuk press conference before and after brojolan nanti yahh buk~", Merry menggantung beberapa baju berjejer didepan Katty untuk dipilihnya, sementara ia kembali sibuk mengambil pilihan baju yang lain, Katty menghela nafasnya panjang, tangan putihnya membelai perut buncitnya dengan lembut, "Anakku kau harus bisa membuatnya mencintai kita, dan mengikatnya pada mama selamanya.... mengerti !"     

.     

.     

"Ehh sayang kamu datang...", sapa ibu lembut, sorot matanya berbinar cerah, menatap kedatangan Anita dengan exited.     

"Iya mah.... nita datang ", Jawab Anita sopan, seraya membalas senyum ibu sekilas, ia tidak langsung mendekati ibu, tapi berjalan menuju ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mencuci tangannya.     

"Sayang hari ini mamah sudah boleh pulang lohh.... tadi pagi, dokter datang, dan dia bilang hasil laboratorium mamah udah normal, jadi mamah bisa pulang hari ini...",     

"Ahhh benarkah.... yeay "Nita membalas mengenggam tangan ibu, dan memberinya pelukan Selamat atas kesembuhannya, tapi Anita terkejut ketika tiba-tiba ibu mengeratkan pelukan ditubuhnya.     

Sambil membiarkan ibu tetap memeluknya, Anita bertanya dengan nada berhati-hati, "Mamah kenapa?, apa terjadi sesuatu ?",     

Ibu menghela nafasnya dengan berat, "Sayang bisakah kau memaafkan puteraku ..",     

"Maafkan mamah jika terlalu ikut campur, tapi bisakah kau masukkan mamah dalam pertimbanganmu selain Bryan tentunya ?",     

"Mah~.... nita..."     

"Aku tahu. kesalahan Hans tak termaafkan. dan dia tidak pantas menerima maaf darimu. .... tapi, mamah juga merasa takut kehilanganmu sayang..", ungkap mamah dengan nada pilu,     

Mereka saling bertatapan penuh arti, Anita tersenyum lembut, ia tahu, perasaan ibu padanya tulus. tapi mungkin Hans telah berbicara pada ibu tentang masalah semalam. saat ia sengaja meminta bantuan mamahnya agar bisa pergi dari rumah. Anita yakin Hans tahu, ia sengaja melakukannya demi bisa menghindarinya.     

Dan bisa jadi Hans sengaja mempengaruhi ibu untuk membantunya untuk menjadi penengah, mendamaikan dirinya dan Hans.     

"Biar Nita pikirkan dulu yah mah...",     

"Iya. Iya. kamu boleh memikirkannya terlebih dulu.... tidak perlu terburu-buru hmm, Ohh sayang~ Terima-kasih .... Terima-kasih sudah mau memikirkannya lagi, mamah bahagia sekali", ibu kembali meraih tubuhnya dan memeluknya dengan erat, Anita hanya bisa membalas memeluknya sambil tersenyum canggung, entah apa yang salah dari ucapannya, tapi ia barusan hanya bilang akan memikirkannya terlebih dahulu, namun sikap yang ditunjukkan ibu sekarang seolah ia sudah memutuskan untuk menerima Hans kembali. dan kini sedang merayakannya bersamanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.