Shadow of Love

Itu artinya, kita harus bekerja sama



Itu artinya, kita harus bekerja sama

0Hans datang ke rumah sakit pada pukul dua belas lewat sekian menit, seperti biasa ia datang dengan membawa berbagai menu makan siang untuk disantapnya bersama Anita dan ibu. Saat memasuki kamar, ia langsung mengeryitkan alisnya, terheran saat melihat Anita dan bibik tampak sibuk mengemas barang-barang kedalam koper, "Ada apa ?" tanya Hans pada Anita,     

"Mamah boleh keluar rumah sakit hari ini... kita sekarang sedang mengemas barang-barang punya mamah, cuma tinggal menunggu obat datang, dan mamah boleh langsung pulang...",     

"Oiya ?..."     

"Hmm" Jawab Anita sambil menganggukkan kepalanya dengan tegas. mendengar percakapan keduanya, ibu yang semula tidur perlahan membuka matanya. "Eh-hh kamu udah datang, em-m kamu bawa apa hari ini ?...", tanya mamah exited, matanya tampak langsung menatap kearah lunch box yang masih dipegang Hans, "Kebetulan banget, abis bangun tidur ibu merasa sangat lapar nih....", tambah ibu dengan ekspresi penasaran, matanya tidak melepaskan pandang dari lunch box ditangan Hans, seolah sudah tidak sabar untuk melihat isi didalamnya.     

"Ini .... Hans tadi ditelfon sama kepala rumah tangga, suruh bawain masakan dari rumah, katanya sesuai yang di request nita kemarin sama mereka," ujar Hans datar, tiga puluh menit sebelum jam istirahat siang, mbak Sri sengaja mengirim lunch box itu kekantor Hans untuk dibawanya ke rumah sakit hari ini, persis sesuai perintah Anita kemarin kepadanya.     

"Hmm ... kalau nita yang request pasti enak. ibu pengen makan sekarang dong...." pinta ibu sembari menatap kearah Anita manja, Anita mengerti, ia segera meninggalkan aktivitasnya packing barang-barang ibu, dan menyerahkan pengurusannya pada bibik di depannya.     

Anita langsung membuka isi lunch box mewah yang dibawa Hans. bibik melihat Anita tampak sibuk menata seluruh makanan diatas meja, ia ikut berdiri dan berinisiative membantu menyiapkan piring dan sendok untuk mereka. Anita membuka satu persatu isi wadah stainless steel yang tersusun pada lunch box mewah berukuran large itu, tampak didalamnya terdapat aneka sayuran segar yang menggoda lidah, ada Sup jamur creamy , Nasi bayam , Sup ayam wortel , Sup oyong misoa, sambal terasi dan juga berbagai lauk seperti tahu, tempe goreng, Ayam bumbu kuning goreng, ikan goreng, bahkan perkedel kentang, dan kerupuk udang.     

"Um-mm ha~rum amat .... pasti lezat nih nom nom...", ujar ibu sambil menelan ludahnya, wajahnya tampak bersemanggat saat melihat berbagai menu masakan favoritenya tersaji dimeja. ibu langsung turun dari ranjang tidurnya untuk bergabung duduk disofa. Anita tersenyum kecil melihatnya, ia merasa senang, ibu terlihat berselera untuk makan makanan yang di pesannya. Anita segera melayani ibu, ia mengambilkan satu porsi nasi bayam dan mempersilahkan ibu untuk mengambil lauknya sendiri,     

Hans tampak sibuk dengan ponselnya, sembari menunggu giliran untuk dilayani Anita selanjutnya, "Makan dulu Hans...", ujar ibu menginggatkan, Hans melihat sekilas kearah Anita yang masih sibuk mengambilkan beberapa lauk untuknya, "Nih .. kamu makan dulu sekarang ...", ucap Anita sopan, sambil menyodorkan piring berisi nasi yang sudah dicampur sayur dan lauk itu kedepan Hans.     

"Aa- aakk !" Alih-alih segera menerima piringnya, Hans justru langsung membuka mulutnya dengan lebar. sengaja meminta suap pada Anita, Anita terbengong, tidak bisa berkata-kata, sementara ibu memilih berpura-pura sibuk mengaduk sop berisi potongan ayam dan wortel dimangkoknya, dan langsung mengalihkan pandangannya, berpura-pura tidak melihatnya, meski wajah ibu tidak dapat berbohong, pipinya tampak merona merah , seolah sedang menahan tawanya,     

Anita tersipu malu, ia segera menundukkan wajahnya kebawah, menahan rasa kesal, tapi ia juga tidak punya pilihan lain, selain mulai menyendok nasi dan terpaksa menuruti keinginan Hans, dengan hati-hati ia mulai menyuapkan sesendok demi sesendok nasi itu ke dalam mulut Hans yang mengangga, dan hanya dalam waktu sekejap saja, Hans telah menghabiskan dua porsi nasi, ia tampak menikmati makan siangnya dengan lahap, "Bu.... apa nanti malam nita juga harus temanin ibu lagi ?", tanya Hans dengan nada menuduh, raut wajahnya menatap ibu dengan waspada, Ibu mengunyah makanannya dengan kesal, ia jelas mengerti magsud tersembunyi anaknya itu, "Gak perlu !! "Jawab ibu dengan nada ketus, tapi detik selanjutnya ekspresi wajah ibu langsung berubah lembut, menatap kearah Anita dan berkata dengan sangat halus ".....nitt nanti malam kamu bisa temenin Bryan tidur di rumah, ... mamah sudah merasa lebih baik kok sekarang, lagian dirumah juga banyak pelayan yang akan membantu merawat dan melayani mamah, jadi kamu tidak perlu khawatir yahh...",     

"Tidak !. mamah gak usah dengerin dia, nita bakal temenin mamah sampai mamah sembuh !", balas Anita galak, sambil mengelus bahu ibu dengan lembut,     

"Ahh Kamu memang terbaik sayang..", ucap ibu manis, sembari mengusap pipi Anita gemas, "Tapi, kamu tidak perlu melakukannya lagi, mamah beneran udah baikan kok... lagian kasihan Bryan kalau ditinggalkan terus-terusan",     

"Nita bisa ajak Bryan ikut pulang kepondok indah mah.... jadi bisa dekettan sama mamah juga",     

"Terus aku gimana dong ...", tanya Hans menyela, protest pada aksi Anita dan ibu yang tidak menyertakannya dalam pertimbangan mereka.     

"Tuh lihat kelakuan si bayi gede, gak rela banget kamu temenin mamah huh...",     

"Ahh dia hanya bercanda kok mah... jangan dimasukkin kehati...",     

"Udah. udah. jangan protest lagi. pokoknya kamu harus pulang ke menteng..."     

Anita melihat wajah ibu yang tampak tidak happy dengan protestnya, ia akhirnya bertanya dengan lembut, "Apakah mamah yakin....?",     

"Iya.... mamah sudah baikkan kok sekarang ... su~ngguh...",     

Sebelum Anita membalas ucapan ibu, Hans langsung menimpalinya dengan lugas,"Baiklah kalau ibu sudah merasa lebih baik dan tidak membutuhkan bantuannya lagi. Hans akan mengajaknya pulang ke menteng",     

Anita tersenyum kecil, menatap kearah ibu yang sedang menatap Hans kesal, sambil menelan nasi didalam mulutnya dengan gondok.     

.     

.     

Malam harinya kemudian....     

Setelah mengantar ibu pulang kerumah pondok indah, dan memastikan keadaan ibu sementara waktu, akhirnya Hans dan Anita berpamitan pulang.     

Didalam mobil....     

"Apa kau masih berkeras tidur diruang tamu malam ini ?",     

"Boleh,... jika kau mengijinkan....",     

"Tentu saja aku tidak mengijinkan !'     

"Baiklah. kalau kau tidak mengijinkan, aku tidak keberatan kalau harus naik taksi dan pulang kerumah mamah lagi.... ," jawab Anita santai,     

"Dasar keras kepala !.... Sampai kapan kau akan bersikap kekanakan begini hah !!",     

"Kenapa ?! aku hanya ingin menjaga hatiku ... agar lebih jelas melihat hubungan kita sekarang ini. apa itu salah ??"     

"Jadi kau berkeras tidak ingin kembali padaku bukan ??",     

"Because, I won't fall into the same river twice !!",     

Chiitttt !!     

Tiba-tiba mobil itu berhenti mendadak, Hans menghentikan mobilnya dipinggir jalan. Anita terkejut, mereka masih berada ditepi jalan yang sepi, di area taman kota arah senopati yang sedikit gelap dari penerangan jalan. Hans menarik dasi dan kerah kemeja putihnya seraya menatap Anita dengan tajam,     

"Apa ? Kenapa ?", tanya Anita gugup dan tampak tidak mengerti, pandangan Anita mengedar kesekitarnya menatap jalanan yang sepi itu dari dalam mobil.     

"Sepertinya kita harus menyelesaikannya disini."     

"Magsudmu....?", Anita menoleh kearah Hans, dengan wajah polos, belum juga Anita dapat mengerti situasinya yang sebenarnya, Hans tiba-tiba menarik lengan Anita dengan kuat, hingga tubuh ringan Anita tertarik mendekat kearahnya, "Aw-whhh !", teriak Anita keras, sontak menjerit karena terkejut.     

"Apa-apann sih kamu ! sakit tauk ! main tarik saja !", Anita spontan memukul bahu Hans tak kalah keras, seraya berusaha melepaskan cengkraman tangan Hans dilengannya. Tapi wajahnya seketika berubah panik, saat Hans tidak mau melepas cengkraman tangan dilengannya. mereka kemudian saling beradu pandang, Hans menatap Anita dengan tajam, Anita menatap balik dengan raut polos, Hans terpana, wajah murni Anita tampak begitu menggoda, dan bibirnya yang tanpa lipstick terlihat sensual menggairahkan, nafas gugupnya terdengar sangat menantang, Hans menelan ludahnya dengan berat, Anita sedikit berkidik, tiba-tiba dengan gerakan super gesit Hans langsung menyambar bibir pasrah Anita dan mulai menciuminya dengan rakus, Anita berusaha melawan "Please Hans ... hentikan ! jangan disini ..... ",     

Hans melepas ciumannya sejenak, Anita merasakan Hans melonggarkan cengkraman tangannya, karena merasa takut, Anita buru-buru bangkit dari duduknya dan ingin melarikan diri, tapi Hans lebih cepat darinya, ia segera mengunci pergelangan tangan Anita dengan satu tangannya, seraya melepas ikat pinggang celananya dengan tangan yang lain. mendengar suara ikat pinggangnya dilepas, Anita memberontak lebih keras, dan memandang Hans dengan tatapan malu, "Hans please.... kita masih di dalam mobil."     

"Apa salahnya jika ini didalam mobil !!",     

"Bagiku dimanapun sama saja, kita adalah pasangan sah. kita boleh melakukannya dimanapun dan kapanpun, apa yang kau takutkan !!, aku sudah tidak punya kesabaran lagi untuk bermain tarik ulur denganmu, you must deal with it. mulai sekarang aku yang memegang kendali, dan kau harus mengikutiku",     

"Tidak. aku tidak ingin melakukannya disini. mari kita selesaikan ini dirumah... please...", Anita merasa terdesak, Hans telah melumpuhkannya. ia telah berada di atas tubuhnya dengan kaki terbuka.     

"Kalau aku bilang disini, Yaa disini !", ucap Hans tegas sambil tangannya menekan tanda merah dan mendorong kursi duduk Anita ke posisi setengah tidur, Karena panik Anita spontan melawan, tetapi semakin ia memberontak semakin Hans ingin melumpuhkannya. Hans menekan kedua tangan Anita keatas dan menguncinya diatas kepalanya. sementara tangan satunya sudah bergerilya kebagian bawah milik Anita, dan Hans semakin memperdalam ciumannya, Anita tidak tahu harus bagaimana, semua tulangnya terasa lemas dibawah berat tubuh Hans, "Hans please , ini jalan umum, apa kau tidak takut kalau ada orang lewat dan memergoki aksi kita", Anita berusaha bernegoisasi dengan nada memohon,     

"Itu artinya.. kita harus bekerja sama, agar tidak menarik perhatian orang ",     

"Tapi, ... tetap saja, pasti akan ada suaranya",     

"Jadi, kau kecilkan suaramu, agar orang lain tidak bisa mendengarnya..",     

"Kau !! Aa-ghhhh !!", Anita tersentak, bola matanya membelalak lebar, saat tiba-tiba Hans mendorong kejantanannya yang keras masuk jauh kedalam tubuhnya. Anita spontan meremas tangan kekar Hans yang mengikat pergelangan tangannya diatas kepalanya dengan kuat. hingga kukunya terasa menancap ditangannya, Hans terus mendorong dengan tajam miliknya pada Anita.     

"Wait Hans ~ S-Sa-kit....", keluh Anita meratap, mencoba melepas ciuman Hans yang membungkam bibirnya, Hans merasakan sensasi sesak pada penyatuan mereka, Hati Hans seolah sedang bersorak menikmati rasa yang tak terbayangkan itu, nafas mereka terengah-engah saling memburu, Anita memejamkan kedua tangannya dengan erat, keringat dingin membasahi dahinya, "Hans ... sakit..", ucap Anita lagi, Hans tersadar, dan merasa iba, ia langsung melepas cengkraman tangannya, dan perlahan-lahan mengendurkan dorongannya dengan berhati-hati, mengangkat tubuhnya keatas agar tidak terlalu menindih tubuh Anita, dan memberikan waktu Anita mengatur nafasnya,     

Setelah Anita tampak terkendali, Hans langsung memeluk tubuh Anita dengan erat dan memutar posisinya keatasnya, hingga membuat posisi Anita on top, "Begini apa lebih baik ?" tanya Hans dengan lembut, berbicara lirih ditelinga Anita, dengan perasaan tidak rela, Anita terpaksa menganggukkan kepalanya. ia telah ada di situasi seperti ini, tidak ada gunanya berdebat lagi. ia hanya ingin membuat sesi sexual ini cepat selesai as soon as possible.     

Ditepi jalan , di malam yang dingin dengan langit mendung yang menghitam mobil yang semula tenang itu tiba-tiba berguncang hebat. erangan dan desahan terdengar bersahutan, tampak bayangan dua sosok yang sedang berciuman intim dengan tubuh yang saling terjerat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.