Shadow of Love

Akan marah jika tidak disisinya



Akan marah jika tidak disisinya

0Rumah pondok indah seketika berubah menjadi lautan air mata, isak tangis para pelayan dan semua pekerja dirumah itu menggema di seisi rumah, mereka tampak saling berpelukan dan berkumpul diruang tamu dengan geger, suasana rumah yang tadinya tenang berubah menjadi histeris diliputi kesedihan yang dalam, semua orang seolah tidak percaya dengan kabar mengejutkan itu, saat pihak kepolisian datang mencari ibu dan mengabarkan tentang kecelakaan yang terjadi pada Anita, mereka serempak terkejut bukan kepalang, tidak mempercayai apa yang terjadi...     

Seolah bagai semenit yang lalu mereka mendengar celoteh riang Bryan dan mbak fitri yang sedang bercanda berkejar-kejaran dalam rumah, sebelum tiba-tiba mereka menerima kabar bahwa keduanya telah meninggal dunia secara tragis dalam kecelakaan mobil yang dikendarai Anita....     

Semuanya bagai mimpi buruk yang tidak nyata.... sangat sulit untuk dipercaya     

"Ha~anns .." seru ibu memanggil puteranya, ibu tampak berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Hans mendengakkan wajahnya yang terlihat berantakan, menatap kearah ibu dengan wajah putus asa,     

"Maafkan hans bu.... Maafkan hans.... Hans memang tidak termaafkan.... Maafkan aku bu ..." Hans masih terduduk dilantai ketika ibu menghampirinya, ia langsung bersujud dikaki ibunya dan melunglai disana. ibu memegangi pundak Hans lembut, membiarkan puteranya itu menangis dikakinya,     

meskipun ibu tahu, air mata sudah tidak ada gunanya lagi,... tapi, seperti pepatah mengatakan. kasih ibu sepanjang masa... tidak peduli sebanyak apapun kesalahan yang dibuat anaknya, tetapi ibu tetaplah ibu. nalurinya akan selalu memaafkan tanpa batas.... karena hati ibu seluas samudra, yang akan mengasihi anak tercintanya tanpa batas .... hingga ajal tiba....     

Begitupun ibu, ia pasti akan selalu 'ada' dan memaafkan anak terkasihnya itu tanpa batas....     

Terlebih, saat ini mereka harus tetap tegar, karena banyak hal yang harus mereka urus esok hari, "Kau harus kuat nak.... kau harus tegar untuk mengurus pemakaman Bryan esok. ibu telah mengutus bibik dan beberapa perwakilan kita untuk mengantar jazad fitri kekampung halamannya malam ini juga, untuk memohon maaf pada mereka atas apa yang telah terjadi pada fitri... bahwa kita juga merasa sangat kehilangannya seperti kehilangan satu nyawa kita... .", bicara ibu terhenti, suaranya terdengar parau dan bergetar, ia mengusap air mata yang tidak berhenti mengalir membasahi diwajahnya,     

Masih teringat jelas dalam ingatan ibu saat tadi sore mbak fitri mengantar Bryan kekamarnya untuk memberi salam dan mengajak Bryan bercengkrama dengannya,     

Seperti biasanya mbak fitri tampak tersenyum tulus padanya , ia telah membantu merawat Bryan sejak bayi, dan seolah telah menganggapnya seperti adiknya sendiri, ibu sangat terhibur melihat bagaimana kedekatan antara mbak fitri dan Bryan tercipta, setiap hari mereka akan saling bercanda, lalu bertengkar, berkejaran , kemudian akan berpelukan erat, dengan jiwa yang bebas dari beban,     

Tapi sekarang, semua tiba-tiba terenggut darinya, ibu harus menerima kenyataan pahit dihadapannya, menemukan tubuh mbak fitri dan cucu kesayangannya itu terbaring kaku tak bergerak, dan selamanya ibu tidak akan pernah mendengar lagi pertengkaran mereka yang lucu itu,     

Dan ini sungguh merobek relung hatinya...     

Ibu membelai rambut Hans dengan lembut, mengangkat tubuhnya agar duduk dikursi bersamanya.... dan berusaha menghibur hati puteranya yang hancur itu, sebisanya...     

.     

.     

Keesokan harinya ....     

Seluruh halaman rumah menteng tampak telah dipenuhi dengan karangan bunga duka cita, yang dikirim oleh para rekan, keluarga besar dan sahabat sesama pengusaha, mereka seolah berbondong-bondong mengungkapkan rasa dukanya atas kepergian putera Hans untuk selamanya,     

Pemakaman Bryan dilakukan dengan khidmat, mamah Anita tampak terduduk ditepi pusara cucunya itu dengan wajah kalut, bik imah tampak terus berada disisinya, setia menjagai mamah,     

Mamah seolah teringat pada kejadian kemarin sore , saat ia melakukan panggilan video call dengan cucunya itu, yang dengan polosnya berkata betapa ia sangat mencintainya, Bryan seolah takut jika neneknya itu akan merasa cemburu pada oma-nya, karena minggu ini ia menginap dirumah oma-nya, dengan gaya polosnya cucunya itu bahkan berjanji padanya, akan merindukannya sebesar ia merindukan oma-nya.... mamah tidak menyangka, bahwa itu akan menjadi perbincangan terakhir mereka, dan kini tiba-tiba ia harus menerima kenyataan bahwa cucu satu-satunya itu telah pergi untuk selamanya....     

Mamah kembali mengusap air matanya dengan kasar, hingga membuat seluruh matanya merah dan membengkak..     

Hans melihatnya, tapi ia hanya bisa menundukkan kepalanya, tidak mampu berbuat apa-apa untuk menenangkan mamah Anita itu, ia-pun tampak tidak sanggup menguasai dirinya sendiri, Meskipun ia telah bertekat untuk tegar, tetapi pertahanannya seketika roboh, saat tadi ia harus mengendong jazad puteranya itu kedalam liang kubur,     

Hatinya sungguh terasa hancur.... hingga rasanya ia ingin mati bersamanya....     

Disisi lainnya, Prastian tampak memeluk Jenny dengan erat, berusaha menguatkannya.... penyesalan yang dalam menyelimuti Jenny, saat menginggat jika ia telah membatalkan meet up mereka di mall minggu lalu,     

Saat itu, Anita telah menghubunginya untuk shopping bersama, mereka berencana bertemu sambil menemani Bryan main, tapi karena kesibukannya, ia terpaksa membatalkan meet up itu pada detik-detik terakhir,     

Jenny tidak menyangka bahwa itu akan menjadi kesempatan terakhirnya bertemu Bryan, ia benar-benar menyesal telah mengingkari janjinya itu. "Sudah jangan terus menangis.... Bryan pasti akan sedih jika melihat bundanya begini...."     

"Aku memang jahat,.... bahkan di telfon terakhir, saat nita bilang kalau Bryan sangat rindu padaku, aku justru mengabaikannya. .. saat itu, aku bahkan hanya terus tertawa saat ia terus memanggilku bunda....",     

"Tidak. kau tidak mengabaikannya jenn.... semua sudah takdir yang kuasa, dan kita tidak mampu menolaknya.... kau tidak perlu menyalahkan diri seperti ini ... hal yang terbaik yang harus kita lakukan sekarang, hanyalah mengirim doa baik untuk Bryan... agar ia mendapatkan tempat terbaik disana... mengerti...",     

Tante chealse dan keluarga besarnya juga tampak hadir dipemakaman, sirena, jayden dan suaminya duduk dengan rapi dibawah tenda, sementara tante chealse terlihat berdiri mematung dipojokan, menutupi seluruh rambutnya dengan kerudung hitam, dan membungkus wajahnya dengan masker juga kaca mata hitam, rona penyesalan tergambar jelas diwajahnya, ia masih tidak menyangka jika kedatangannya kemarin sore telah membawa petaka dalam keluarga sepupunya itu....     

Dan ketakutan terbesarnya ... ia merasa takut jika keluarga besar akan menyalahkannya atas kejadian yang menimpa Anita dan Bryan ini....     

Semua pelayat yang hadir tampak khidmat mengikuti doa, dan larut dalam pikiran dan penyesalan mereka masing-masing....     

.     

.     

Setelah acara pemakaman usai, ibu menemani Hans pergi menuju ke rumah sakit, mereka tampak saling terdiam, menatap anita yang masih tampak terbaring lemah di ruang ICU nan luas didepan mereka, tangan ibu tampak membelai kaca bening yang memisahkan mereka.     

'Nita sayang.... cepat sembuh yah.... maafkan mamah nak... yang terus menyakitimu... mamah benar-benar minta maaf nak... karena sudah membuatmu menjadi begini...'     

Ibu tampak terus memandang lekat kearah wajah Anita, dengan wajah kembali berlinang air mata,     

"Hans...kamu pulang dulu sana ... ganti baju dan istirahatlah sejenak, .. biar ibu yang akan menemani nita disini yah ...." ucap ibu lembut, sambil membelai rambut putra kesayangannya itu penuh cinta,     

Hans tidak bereaksi. tatapan matanya terus menatap kearah isterinya yang tampak terbaring diranjang tak sadarkan diri, kepalanya terlihat diperban dengan kain kassa warna putih yang melingkar diseluruh kepala dan dahinya. dengan wajah yang penuh luka lebam akibat benturan, kedua tangan dan kakinya juga penuh luka terbuka yang menyakitkan, dengan seluruh tubuh isterinya itu kini terpasang selang, mulai dari selang di hidung, di mulut, di kemaluannya, hingga beberapa selang cairan infus dikedua tangan kanan dan kirinya,     

"Pulanglah nak.... nurut apa kata ibu yah... biar ibu gantiin kamu jagain nita.... it's okay Anita pasti akan sembuh kembali ....all is well...." ucap ibu lembut, berusaha menenangkan hati puteranya itu penuh kasih,     

"Tidak bu... Hans mau tetap disini nemenin nita ... bagaimana kalau nanti nita tiba-tiba bangun. ... aku takut dia akan marah jika tidak menemukanku disisinya bu... dia pasti akan marah dan menghukumku ....", jawab Hans pilu,     

Ibu dapat mendengar nada penyesalan yang dalam pada setiap kata yang keluar dari mulut puteranya itu, meskipun ia mengucapkannya dengan nada miris, ....     

Sebenarnya, ibu juga telah mengetahui pangkal awal yang menyebabkan kecelakaan tragis itu terjadi, setelah polisi menunjukkan tangkapan cctv terakhir saat Anita dan Bryan berada di toko bakery, ibu telah melihat semuanya dengan jelas....     

Tetapi.... sekarang ini, semuanya telah terjadi, menghukum Hans juga bukan solusi, justru satu-satunya hal yang harus dilakukan ibu kini adalah menyelamatkan jiwa puteranya itu, dari rasa terpuruk dan penyesalannya, atau ia juga mungkin bisa kehilangan puteranya itu akibat depresinya....     

"Bu.... "     

"Hmm...."     

"Sebenarnya nita sedang mengandung adik Bryan sebelum kecelakaan kemarin ...", ucap Hans pelan, ia tampak terus mengamati isterinya dari tempatnya duduk dengan tatapan pilu...     

"Ibu sudah tahu tentang itu ...",     

"...." Hans menatap kearah ibunya dengan tatapan tidak mengerti, yang ia tahu, saat dokter mengatakan padanya kemarin, jelas-jelas ibu tidak berada disana bersamanya....     

"Kemarin siang, aku sendiri yang mengantar nita periksa kedokter kandungan.... dan nita melarangku memberitahumu tentang kabar ini, karena ia berniat memberi surprise padamu saat kau kembali dari Surabaya... ",     

Ibu seakan tidak mampu melanjutkan ucapannya, tiba-tiba dadanya terasa sesak, saat menginggat senyum bahagia menantunya itu ketika memberitahu bagaimana rencananya membuat surprise untuk puteranya itu,     

Anita benar-benar dalam suasana terbaiknya siang itu, .. dan wajah ibu berubah mengeras, menginggat kedatangan tiba-tiba mami sirena... yang menghancurkan kebahagiaan menantunya itu dalam sekejap mata....     

Ibu tertunduk lesu...."Sebenarnya.... Anita juga sudah merelakan jika kau harus menikahi sirena ",     

"Hah.....",     

"Iyaa.... nita sudah tahu kejadian antara kamu dengan sirena.... ",     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.