Shadow of Love

Takut jika kau tidak siap



Takut jika kau tidak siap

0"B-Bagaimana nita bisa tahu ?....", Hans menatap ibu dengan linglung, Hans menekan kuat-kuat kedua matanya yang terasa penuh, dadanya terasa semakin sesak, ia lalu menatap kearah wajah membisu isterinya didepannya sana dengan pilu, sambil menekan dadanya dengan kuat, Hans seolah baru mengerti, mengapa isterinya itu begitu lost control saat melihatnya bersama Vanessa kemarin malam, karena Anita telah menumpuk rasa sakit yang tak terbayangkan darinya ....     

"Ibu.... mengapa ibu tidak mengatakannya padaku dari awal, ... kenapa ibu menyembunyikan ini ..." sesal Hans tersedu-sedu, seolah menyalahkan ibu,     

"Ibu tidak bermagsud menyembunyikan ini darimu hans.... kejadian ini berlangsung dengan cepat, kemarin sore, saat kita baru pulang dari dokter, ternyata tante chealse sudah berada dirumah, dan ibu langsung berusaha mencegah nita agar tidak mendengar perbincangan kami.... ibu langsung menyuruh nita pergi istirahat kekamarnya diatas...., mana ibu tahu kalau diam-diam nita ternyata mencuri dengar pembicaraan kami...."     

".... nita mendatangi ibu di kamar, dan ia mengatakan jika ia sudah mendengar semuanya, ibu sangat terkejut, ibu langsung bilang padanya, jika ia berhak marah dan memukulmu, ibu mengijinkannya, tapi ibu memintannya agar jangan meninggalkanmu, nita langsung bilang okay, ia juga bilang jika dia baik-baik saja, "Ibu berhenti sejenak terisak...."Nita justru yang kemudian menghibur ibu agar tidak khawatir dengan masalah ini, dan ia meyakinkan ibu, jika ia tidak akan meninggalkanmu karena sirena...", ibu terbatuk, tersedak oleh air matanya,     

"Bu.... " Hans mengenggam tangan ibu dengan kuat,     

Tangis mereka kembali pecah, "Ibu juga sangat menyesal Hans, mengapa ibu tidak tahu saat nita pergi meninggalkan rumah, mengapa ibu harus tertidur .... mengapa ibu tidak membelikan ice-cream favorite Bryan itu sebelumnya dan menyimpannya di kulkas sebagai persediaan.... mengapa ibu tidak tahu kalau nita pergi keluar rumah, mengapa pak rahmat tidak mengantarnya pergi .... ibu memang salah Hans... ibu memang patut disalahkan....",     

Hans langsung menimpali dengan rasa sesalnya,"Bu... kemarin, ... saat terakhir, Bryan memanggilku, ia menangis dengan keras, dan berkata ingin ikut bersamaku, ... tapi aku terlalu lemah untuk mengambilnya ... aku sungguh menyesal bu.... mengapa aku tidak mengambilnya paksa saja saat itu .... mengapa aku tidak menahan mereka sekuat tenaga..... mengapa aku membiarkan mereka pergi .... mengapa aku tidak berguna bu ...."     

Ibu memeluk Hans dengan erat, mereka saling berpelukan dan menangis terisak....     

"Mengapa aku tidak menghentikan nita sekuat tenagaku .... padahal aku tahu.... bahwa kecelakaan ini akan terjadi.... aku tahu bahwa nita akan mengalami ini bu ... aku telah merasakan ketakutan ini sebelum menjadi kenyataan... tapi aku membiarkannya terjadi..."     

Ibu memeluk tubuh kekar Hans semakin erat, membiarkan puteranya itu menumpahkan penyesalan dihatinya....     

"Mengapa aku tidak bisa mencegahnya bu...."     

"Padahal aku berada disana...."     

"Semua salahku bu ...."     

"Semua adalah salahku..."     

"Ibu~uuu..... aku ingin mereka semua kembali ....."     

Hans mendengakkan wajahnya pada ibu, mengelap air yang keluar dari mata dan hidungnya dengan lengan bajunya,     

"Ibu~uu.... jika mereka kembali .... aku janji... aku janji.... aku benar-benar berjanji, tidak akan pernah melukainya lagi.... ibuu ~ aku janji bu....",     

Sambil terisak, Ibu membelai bahu Hans dengan lembut, mencium rambutnya penuh kasih, "Anakku, ibu sangat mengerti rasa sesalmu ... ibu juga sangat mengerti kesedihanmu ... tapi kau harus kuat yah nak .. kau harus bertahan... kau harus tegar nak ... ",     

"Lihatlah isterimu disana.... ia masih membutuhkanmu,... ia juga terluka dan telah kehilangan sepertimu... jika kau lemah seperti ini.... bagaimana kau bisa menguatkannya jika ia bangun nanti....?"     

"...",     

"Tapi Hans benar-benar merindukan Bryan bu.... Hans sangat merindukannya... Hans telah merenggut nyawanya.... Hans telah membunuhnya....",     

"Tidak nak... kau tidak membunuh anakmu, Bryan pasti tahu jika kau sangat mencintai dan menyayanginya.... semua yang terjadi diluar kuasa kita,... semua adalah takdir Tuhan.... ."     

"Ibu~....",     

.     

.     

.     

Satu bulan kemudian.....     

Anita akhirnya sadar dari coma-nya, dan saat ingatannya kembali, satu-satunya kata yang diucapkan hanyalah ingin bertemu puteranya Bryan, tapi karena kelemahan fisiknya, yang bahkan tidak mampu mengangkat tangannya sendiri, Anita hanya bisa terus memohon pada siapapun yang berada didekatnya, untuk membantunya membawa Bryan padanya, ia meminta tolong pada semua yang dilihatnya, agar diperbolehkan melihat puteranya itu meski hanya sebentar saja.     

Meskipun satu fakta yang telah ia tahu dengan pasti, bahwa ia telah kehilangan janin dalam perutnya, ....     

Dan dengan tidak berdaya ia terus menangisinya dalam diam....     

Sikap Anita berubah sangat dingin pada Hans, ia tidak mau dirawat dan disentuh olehnya, Anita menolak niat baik suaminya yang ingin menyuap makanan atau obat untuknya,     

"Yank apa kau mau berjalan-jalan ditaman depan.... aku bisa membawamu kesana..."     

"....."     

"Di depan sana ada kolam ikan.... suasananya sepi.... pemandangan tamannya juga lumayan... aku bisa mengantarmu kesana yukk....",     

"...."     

"Sayang..... aku takut kau bosan karena terus berbaring ... bagaimana kalau ... ",     

Hans memilih tidak melanjutkan ucapannya, saat ia mendengar hembusan nafas Anita yang keras, seolah merasa terganggu oleh suaranya ....     

"Baiklah aku akan menunggumu diluar, kau istirahatlah... aku tidak akan menganggumu..",     

Setiap hari, saat Hans menjenguknya dan mengajak isterinya itu berbicara, Anita selalu berpura-pura tidur, ia sengaja berbaring membelakanginya, dan menolak melihat suaminya itu, membiarkan Hans berbicara satu arah, tanpa response balik darinya....     

Anita seolah terbelenggu dalam kelemahan fisiknya, yang tidak memungkinkan ia pergi dari suaminya itu sejauh mungkin....     

Dua minggu kemudian.....     

Kondisi Anita semakin hari semakin membaik, ia mendapatkan kekuatan fisiknya sedikit demi sedikit, ia telah dapat menggerakkan tubuhnya dan berjalan dengan perlahan-lahan,     

"Ayolah makanlah sesuap saja yah....", pinta mamah membujuknya,     

Tetapi Anita tetap menutup mulutnya rapat-rapat....     

"Pokoknya aku tidak akan menyentuh makanan itu, sampai aku bertemu Bryan ...",     

"Sayang....",     

"Mah.... nita kangen banget sama Bryan.... please... biarkan nita melihatnya sebentar...."     

Mamah terdiam, ia menundukkan kepalanya kebawah, dan langsung menangis terisak....     

"Mah.... kenapa mamah nangis ...."     

"Nitt.... kau harus kuat yahh..."     

"Mah.... Apa-apann ini....", Anita seperti baru menyadari sesuatu,     

"Nitt .... " Mamah menatap Anita dengan pilu,     

"Tidak. Hans bilang sama nita.... kalau Bryan hanya luka ringan, ... Hans bilang Bryan hanya pergi ke singapore untuk perawatan.... Hans bilang Bryan baik-baik saja....",     

"Sayang.... suamimu tidak berani bilang yang sebenarnya, dia takut jika kau belum siap, dan akan membuatmu terguncang dengan berita ini... "     

"Tidak mah.... tidak mungkin.... mamah pasti bohong khan ... mamah pasti bohong...." Anita berkeras menolak pernyataan mamah,     

.     

.     

"Yank.... Maafkan aku....." ucap hans lirih, melihat kedatangan Hans, sontak membuat tatapan murung Anita langsung berubah menjadi garang seketika....     

"Keluar kamu.... enyah kau dari hadapanku " teriak Anita dengan histeris, dan langsung melempar bantal yang ada di kepalanya sekuat tenaga, Hans spontan menangkapnya dengan sigap, Anita semakin marah, ia lalu mengambil vase bunga yang ada dimeja ditepi ranjangnya, dan langsung melemparkan pada suaminya itu lagi...     

PRAANKK !!     

Suara pecahan kaca vase bunga berhamburan dilantai kamar,....     

Beruntung, Hans reflects menghalau lemparan vase bunga itu dengan bantal, hingga tidak melukainya, tapi Anita tampak semakin marah saat melihat Hans tampak baik-baik saja, ia lalu mengambil kotak tissue dan semua barang yang ada dalam jangkauan tangannya untuk dilemparkan pada suaminya itu tanpa ampun, dan Hans terus menggunakan bantal untuk berlindung....     

Tokk tokk tokk !     

Bibik membuka pintu ....     

Bibik yang sehari-hari bertugas menjaga anita dengan sigap menggiring Hans untuk keluar dari kamar perawatan anita. agar mencegah suasana semakin panas, dan menghindari hal yang tidak di inginkan terjadi,     

Anita tampak melihat kekanan dan ke kiri, masih sibuk mencari barang apa lagi yang bisa dilemparkan pada suaminya itu..     

Bibik membiarkannya saja....     

Dengan tenang, seperti biasanya, bibik akan membersihkan semua kekacauan yang terjadi. membersihkan kamar yang telah berubah menjadi berantakan seperti kapal pecah ....     

Bibik tampak memungut bunga yang berhamburan dilantai satu persatu, menyapu serpihan kaca vase bunga agar tidak melukai siapapun, mengelap air yang membasahi lantai kamar hingga kering, juga mengganti bantal kepala Anita dengan bantal yang baru.     

Dengan sabar, bibik menghadapi konflik suami istri itu dengan tenang, tanpa bicara sepatah katapun, tanpa menghakimi siapapun.     

Saat Anita telah mengetahui fakta bahwa Bryan, mbak fitri juga janin dalam kandungannya meninggal dalam kecelakaan itu ia begitu shocked, ia merasa sangat marah dan terus menyalahkan dirinya sendiri. anita tidak berhenti menangis terus menerus, siang dan malam, ia menolak makan, dan berbicara dengan siapapun...     

Hingga dokter akhirnya harus memberinya obat anti depresi untuk menenangkannya...     

Dan hari demi hari Anita terus mengalami kemunduran psikologis, meskipun secara fisik ia telah mampu untuk berjalan sendiri dan bergerak, namun depresi yang dideritanya kian bertambah parah, Anita berubah sangat emotional, dia akan marah, menjerit dengan histeris saat melihat hans datang ke kamar untuk menjenguknya. ia akan melempar apapun kearah hans, dan berusaha menyakitinya secara fisik, Hal yang tidak pernah dilakukan anita pada hans sebelumya, pada saat ia sangat marah sekalipun.     

Dokter yang menanganinya mengatakan jika anita menderita gangguan psikologis pasca trauma, yang mempengaruhi perilaku dan temperamentnya. dan membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa sembuh seperti semula, yang terpenting Anita harus punya kemauan diri yang kuat untuk dapat menerima realita yang ada....     

Satu minggu kemudian.....     

Karena kondisi fisik Anita telah berangsur pulih, ia akhirnya diijinkan untuk kembali pulang kerumah, tampak Pak Azka yang datang menjemput Anita pulang kerumah dimenteng, sementara bibik dengan setia mendampinginya penuh kasih,     

Bibik tampak mengantar anita hingga masuk kedalam kamar pribadi yang telah disiapkan khusus untuknya,     

tentu saja anita harus dipisahkan dari Hans,     

Setiap hari Hans hanya dapat melihat isterinya itu dari kejauhan. ia harus terlebih dahulu memastikan anita tidak berada di sekelilingnya saat ia pergi dan pulang dari kantor, atau jika sampai mereka bertemu tanpa sengaja, Anita akan langsung berubah histeris dan menyerangnya lagi....     

Hans merasa tidak tega ketika harus melihat Anita dibekap seluruh tubuhnya agar ia bisa tenang lagi....     

Hatinya merasa sakit saat melihat isterinya itu harus diikat agar tidak menyakiti dirinya sendiri....     

Hans terus menatap kearah kolam renang didepannya sana.... ia berdiri ditepi balcon kamarnya, melihat kearah Anita yang tampak duduk terdiam ditepi kolam renang.....     

Wajah polosnya tampak bersinar diterpa cahaya pagi..... ia tampak begitu cantik, sangat memukau seperti biasanya... tatapan matanya tampak kosong melihat kearah depannya...     

Hans menggerakkan tangannya kedepan, seolah sedang membelai wajah isterinya itu penuh cinta.... dan air matanya tiba-tiba jatuh, sambil terus menatap wajah isterinya itu, ia menangis dengan pilu ...     

Ia menginggat semua goresan luka yang telah ditorehkan terus menerus dihati murninya ... memberi trauma demi trauma yang terukir perih pada hati lugu yang penuh cinta itu.....     

"Anita... Maafkan aku....."     

"Sungguh.... maafkanlah aku..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.